Potensi Kecerdasan Buatan Pacu Pengembangan Budaya


Ketua ILUNI FIB UI Patria Ginting mengenalkan Pengurus ILUNI FIB UI 2022-2025. (Foto: ILUNI FIB UI)
KATA-kata mengambul deras dari mulut Patria Pinandita Ginting Suka. Tiga bait sajak tersebut menggema menyeka langit-langit Auditorium Gedung 9 Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Indonesia (2/4). Begitu kata terakhir tercetus, Ketua ILUNI FIB UI tersebut mengaku sajaknya dibuat tak sampai lima detik dengan bantuan ChatGPT.
“Sekitar 95 persen dari puisi ini dirangkai kata-katanya oleh ChatGPT dengan hanya mengetik kata kuncinya puisi tentang organisasi alumni universitas. Maka, hanya dalam lima detik kata-kata di puisi itu terangkai oleh ChatGPT,” ujar lelaki lulusan tahun 2005 Program Studi Ilmu Sejarah FIB UI tersebut.
Baca juga:
ChatGPT Kini Bisa Jelajahi Internet
Kecerdasan artifisial (Artificial Intelligence/AI), lanjut Patria, berpeluang untuk dioptimalisasi para penggiat kebudayaan sebagai salah satu medium paling aktual untuk pengembangan budaya.
“Perpaduan budaya dan teknologi akan mengkreasikan individu berkepribadian untuk pengembangan kebudayaan di era digital,” kata Patria di sesela acara pengenalan Pengurus ILUNI FIB UI 2022-2025. Dengan begitu, tak mengherankan jika kecerdesan artifisial dikembangkan pemerintah melalui Strategi Nasional Kecerdasan Artifisial 2020-2045.

ChatGPT telah membantu banyak penggunanya, termasuk membuat puisi. (Foto: Tangkapan layar ChatGPT)
Meski begitu, merujuk riset Daily Social, lanjut Patria, penggunaan AI di Indonesia masih relatif rendah di angka empat persen sehingga memungkikan para penggiat budaya untuk memanfaatkan teknologi tersebut dalam menelurkan karya terbaru.
Pemanfaatan AI bukan semata bernilai kultural, tetapi juga masih menurut riset tersebut, punya kontribusi ekonomi dengan estimasi senilai US$366 miliar terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia di tahun 2030.
Baca Juga:
“Tren AI akan berkembang dan memberikan peluang kepada dosen, mahasiswa, dan alumni FIB UI untuk mengkreasikan berbagai inovasi, antara lain aplikasi berbasis linguistik atau natural language processing, kearsipan, arkeologi, dan lainnya,” sebut Patria.
Penautan budaya dan teknologi tersebut disambut baik Manajer Kemahasiwaan dan Alumni FIB UI Dr. Alfian Syahmadan Siagian, M.Hum, karena punya dampak nyata sekaligus medium untuk beradaptasi di era disrupsi digital.
“Saya berharap ILUNI FIB UI memberikan dampak nyata terhadap pengembangan kebudayaan dan mahasiswa serta alumni mampu beradaptasi di era disrupsi digital,” ucap Alfian.

Penggunaan AI di sektor kebudayaan dan seni telah dilakukan sejumlah negara di Uni Eropa dan diperluas implementasinya di ruang publik.
ILUNI FIB UI berikhtiar untuk memperkokoh ekosistem kolaborasi para dosen, mahasiswa, dan alumni FIB UI serta melalui serangkaian kegiatan, di antaranya program berbasis budaya, kewirausahaan, ekonomi kreatif, literasi, dan sosial.
Program berkonsep Kelompok Kerja (pokja) ini mengedepankan prinsip kolaborasi dan gotong royong dengan seluruh pemangku kepentingan. ILUNI FIB UI meyakini para alumni FIB UI memiliki ketrampilan adaptif untuk mengadopsi kebaruan di era turbulensi, ketidakpastian, kebaruan, dan ambiguitas.(*)
Baca juga:
Bagikan
Yudi Anugrah Nugroho
Berita Terkait
iPhone Air Lebih Awet dari Samsung Galaxy S25 Edge, Bisa Bertahan hingga 9 Jam!

Xiaomi 17 Series Meluncur 25 September, Bawa Chipset Snapdragon 8 Elite Gen 5

Spesifikasi OPPO Find X9 Mulai Bocor, Sudah Muncul di Database NBD Vietnam

iPhone 18 Pro Berencana Adopsi Desain Semi-transparan, Jadi Keputusan Paling Berani?

Cara Mudah Bikin Logo dengan Bantuan AI, Ini 3 Contoh Prompt yang Bisa Dicoba

Vivo X300 Bakal Jadi Pesaing iPhone 17, Punya Fitur Mirip AirDrop

Casing Samsung Galaxy S26 Ultra Bocor, Desain Barunya Jadi Sorotan

Gucci, Balenciaga, dan Alexander McQueen Diretas, Hacker Sandera Data Pribadi Pelanggan

Keberadaan AI Dalam Kehidupan Manusia Menjadi Keniscayaan saat Zaman makin Canggih

Akademisi Sebut AI hanya Kopilot, tak akan Gantikan Manusia
