'Planetarium Berjalan' Indonesia Diminati Warga Laos

suasana didalam planetarium Jakarta (jakarta-tourism.go.id)
Merahputih.com - Planetarium berjalan yang dibawa dari Indonesia diminati ratusan warga Laos yang mengunjungi Pameran Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Vientiane Center, Laos, 5-6 Mei 2018.
"Sudah ada sebanyak 425 orang yang mencoba masuk ke planetarium berjalan pada hari pertama pameran," kata Managing Director Ilmuwan Muda Indonesia (IMI) Kartika Oktorina di Vientiane, Laos, Minggu (6/5).
Planetarium berjalan adalah kubah dengan alat proyektor elektronik berukuran diameter sekitar lima meter yang menampilkan tentang cerita sains terkait astronomi-perbintangan.
Di dalam kubah tersebut diperkirakan dapat menampung hingga kapasitas sekitar 20 orang dewasa.
Menurut Kartika Oktorina, seperti dikutip Antara, planetarium berjalan untuk bisa memberikan pengalaman pembelajaran sains ilmu perbintangan yang menyenangkan terutama bagi anak-anak.
Apalagi di Indonesia, jumlah bangunan planetarium hanya terdapat lima buah yaitu dua di Jakarta, dan masing-masing satu di Yogyakarta, Surabaya, dan Kutai.

Dia mengungkapkan, pihaknya juga mendistribusikan alat planetarium berjalan yang bernilai sekitar Rp800 juta rupiah yang diimpor dari sejumlah negara seperti Australia dan Amerika Serikat itu.
Sedangkan sejumlah pihak di Laos, menurut Kartika, juga sudah ada yang menunjukkan ketertarikannya. Untuk itu, pihaknya juga akan menjajaki lebih mendalam antara lain melalui pertemuan antarpebisnis yang digelar Senin (7/5) di Vientiane.
Terkait sektor pendidikan nasional, Direktur Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan, Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Muhammad Dimyati mengatakan pihaknya sedang menggagas riset kelas dunia.
"Salah satu upaya untuk meningkatkan situasi atau pengutipan adalah dengan memasangkan dosen-dosen kita dengan peneliti asing melalui skema riset kelas dunia," ujar Dimyati.
Dimyati menambahkan program riset kelas dunia tersebut akan disandingkan dengan program mendatangkan profesor kelas dunia atau World Class Professor (WCP).
Dimyati menambahkan ada dua pendekatan yakni penunjukkan peneliti asing yang disandingkan dengan peneliti lokal dan kerja sama dengan luar negeri melalui kompetisi.
"Potensi kita, bisa menulis 151.000 jurnal dalam satu tahun, tapi yang baru dipublikasikan di jurnal internasional baru 19.000 an. Jadi masih sangat tinggi," katanya. (*)
Bagikan
Angga Yudha Pratama
Berita Terkait
Fraksi PSI Jakarta Ingin Dualisme Pengelolaan Planetarium Segera Selesai

Dualisme Pengelolaan Jadi Penyebab Planetarium Jakarta Masih Ditutup
