Peti Mati Berbahan Rotan Laku Sampai ke Eropa


Peti mati rotan asal Indonesia diekspor hingga ke Eropa. (Instagram@Karantinapertanianyogyakarta)
PETI mati umumnya terbuat dari kayu berbentuk persegi panjang. Namanya peti mati tentunya untuk meletakan jenazah sebelum kemudian dibawa ke pemakaman atau krematorium.
Berbeda dengan peti mati yang dibuat oleh Natianingsih asal Desa Trangsan. Pria ini berani membuat kreasi peti mati dengan cara yang berbeda. Dia membuat petinya dari rotan yang dianyam dan dipadukan dengan enceng gondok serta bambu pada beberapa bagiannya. Usahanya ini dilakukan di pusat kerajinan peti mati rotan di Desa Wisata Rotan Trangsan, Kecamatan Gatak, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah.
Baca Juga:
Du Anyam Bantu Pecahkan Masalah Ekonomi Sosial Perempuan Lewat Menganyam

Pembuatan peti mati ini tidak semudah kelihatannya. Pengrajin harus melakukan pemilahan bahan dulu di awal. Bahan bakunya, rotan yang didatangkan dari berbagai daerah di Indonesia. Seperti Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi.
Kemudian setelah semua rotan sampai di ke Desa Trangsan, pengrajin akan melakukan pengayaman dengan ketelitian yang tinggi dan rumit. Hingga ke tahap finishing, proses membuat satu peti mati rotan bisa memakan waktu dua sampai tujuh hari.
Untuk desain dan panjang peti mati itu akan menyesuaikan pada keinginan klien. Misalnya jika datang pesanan dari Eropa, pengrajin akan membuat peti mati yang lebih panjang sekitar 170 cm hingga 2 meter. Sedangkan tinggi rata-rata orang Indonesia biasa berkisar di 160 cm.
Peti mati berbahan dasar rotan ini menjadi populer di banyak negara, terutama Eropa, karena bahannya yang ramah lingkungan sekaligus lebih murah bila dibandingkan kebanyakan peti mati kayu pada umumnya yang dihargai di atas Rp 3 juta. Peti mati rotan ini dijual dengan harga sekitar Rp2 juta sampai Rp3 juta. Tujuan ekspor peti ini ke Inggris, Jerman, Belanda, dan beberapa negara Eropa lainnya.
Baca Juga:

Pengaruh pandemi terhadap keberlangsungan peti rotan ini diakui oleh Natianingsih. Melansir idntimes, Natianingsih biasanya mengekspor 8 hingga 9 kontainer peti mati ke Eropa. Nah, saat pandemi, jumlah permintaan itu naik 50 persen.
Banyak negara bahkan memesan dalam jumlah banyak karena takut jika Indonesia akan mengalami lockdown di awal pandemi dulu. Menurutnya, orang di sana memilih peti mati rotan karena rotan lebih mudah hancur dan bahannya lebih ramah di lingkungan. Sayangnya, peti mati rotan ini baru dijual di luar negeri dan tidak ada di Indonesia.
Sebab, Natianingsih merasa harga peti mati rotan ini akan terjual murah jika di dalam negeri. Wah, semoga setelah ini peti mati rotan bisa ikut dijual di pasaran Indonesia dengan harga yang sesuai, ya! (mcl)
Baca Juga:
Bagikan
Berita Terkait
Dimakamkan Sabtu, Peti Mati Ricky Siahaan Dipenuhi Stiker Band Punk

Peti Mati Berbahan Rotan Laku Sampai ke Eropa
