Pertumbuhan Ekonomi AS Melambat, China Tegaskan Siap Berunding Tapi Ada Syaratnya
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jian dalam konferensi pers di Beijing pada Selasa (06/05/2025) (ANTARA/Desca Lidya Natalia)
MerahPutih.com - Media di Amerika Serikat (AS) memberitakan pertumbuhan ekonomi AS melambat tajam pada kuartal I 2025 yang ditunjukkan dengan Produk Domestik Bruto (PDB) menyusut 0,3 persen, turun dari pertumbuhan 2,4 persen dalam kuartal IV 2024 berdasarkan data Departeman Perdagangan AS.
Hal tersebut menjadi yang terburuk sejak awal 2022. Kontraksi itu bahkan terjadi sebelum dimulainya perang dagang.
AS tinggal menghitung hari sebelum gangguan rantai pasokan sedangkan masa jeda 90 hari atas tarif timbal balik akan berakhir pada 8 Juli 2025.
Pemerintahan Donald Trump mengenakan tarif hingga 245 persen atas barang-barang impor dari China, sementara China membalas dengan tarif sebesar 125 persen terhadap produk-produk AS.
Baca juga:
PM Anwar Telepon Presiden Prabowo Bahas Perang Tarif dan Persiapan KTT ASEAN di Kuala Lumpur
Trump sudah memberi negara-negara lain jeda tarif selama 90 hari, karena para pemimpin negara tersebut berjanji untuk bernegosiasi dengan AS, meski China tetap menjadi pengecualian.
Sementara itu, Pemerintah China menyebut masih terbuka untuk melakukan perundingan dagang dengan Amerika Serikat (AS) tapi dengan syarat AS berhenti melakukan ancaman dan memberi tekanan.
"Perang tarif ini dilancarkan oleh AS. Posisi China konsisten dan jelas, kami akan melawan, jika memang harus melawan. Pintu kami terbuka, jika AS ingin berunding," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jian dalam konferensi pers di Beijing pada Selasa (6/5).
Lin Jian menegaskan, jika AS benar-benar ingin berunding, maka negara tersebut harus berhenti mengancam dan memberikan tekanan.
"AS harus mengupayakan dialog dengan China berdasarkan kesetaraan, rasa hormat dan saling menguntungkan," ungkap Lin Jian.
Presiden Donald Trump pada Minggu (4/5) mengatakan, setidaknya satu kesepakatan perdagangan akan segera terjadi tapi tidak menyebutkan dengan negara mana. Trump juga mengatakan bahwa keputusan ada di tangannya, bukan di tangan negara lain.
"Kami sedang bernegosiasi dengan banyak negara tetapi pada akhirnya saya akan membuat kesepakatan saya sendiri karena saya yang membuat kesepakatan, bukan mereka yang membuat kesepakatan," kata Trump.
"Ini bukan seperti kesepakatan besar yang akan ditandatangani dalam beberapa kasus kami akan menandatanganinya, tetapi kami tidak harus menandatanganinya. Saya akan menetapkan kesepakatan, saya akan menetapkan tarif," katanya. (*)
Bagikan
Alwan Ridha Ramdani
Berita Terkait
China Kerahkan 100 Kapal AL Imbas Pernyataan Kontroversial PM Jepang
Bincang Ringan Presiden Prabowo dengan Ketua MPR China, Bahas Guci dan Bayi Panda
Takut Bobol, Kepolisian Kanada Cuma Pakai Drone China untuk Operasi Nonsensitif
Kebakaran Hong Kong, Pemerintah Lakukan Penyelidikan di tegah Tekanan China
[HOAKS atau FAKTA]: Indonesia Tenggelamkan 31 Kapal Asal China di Natuna, Masuk secara Ilegal
Impor BBM dan Gas Dari Amerika Serikat Melalui Tender, Hanya Buat Vendor AS
Indonesia Contek China Kembangkan Kereta Api
[HOAKS atau FAKTA]: Cara Menkeu Purbaya Guyur Dana ke Perbankan untuk Bantu Kredit Rakyat Rupanya Ditiru China
Prabowo Yakinkan Perundingan Tarif Ekspor Nol Persen Dengan AS Masih Berlangsung
Indonesia Harapkan Amerika Kenakan Tarif Ekspor Minyak Sawit 0 Persen Seperti ke Malaysia