Menengok Perkembangan Penulisan Al Qur'an di Nusantara

Zaimul Haq Elfan HabibZaimul Haq Elfan Habib - Senin, 23 Juli 2018
Menengok Perkembangan Penulisan Al Qur'an di Nusantara

Al Qur'an kuno. (Foto/ppp.or.id)

Ukuran:
14
Font:
Audio:

PERKEMBANGAN penulisan Al Quran di Nusantara telah melewati fase panjang hingga menjadi sebuah mushaf sempurna hingga kini.

Sebelum beredar luas dalam bentuk cetak, zaman dahulu, terutama sebelum abad ke-20, Al Quran ditulis secara manual oleh ulama-ulama di Nusantara.

Mushaf atau manuskrip Al Quran tersebut kemudian dikenal dengan sebutan Al Quran Nusantara.

Uniknya, pada awal penyebaran Al Quran di bumi Nusantara tidak memiliki tanda baca. "Al Quran kuno memiliki spesifikasi tidak memiliki tanda baca, tidak memiliki penomoran ayat, serta tidak mengikuti gaya menulis arab atau kaligrafi dengan benar," kata Eka Putra Wirm, Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol Padang, Sumatera Bara seperti dilansir Antara.

Ilustrasi Al Qur'an kuno. (Foto/wajibbaca.com)
Ilustrasi Al Qur'an kuno. (Foto/wajibbaca.com)


Lebih lanjut ia menambahkan, pada manuskrip tersebut juga tidak adanya pentashihan atau pengoreksian terhadap teks Al Quran yang sudah ditulis, dengan kata lain penulis itulah kemudian mentashihkannya sendiri.

"Sejatinya mushaf Al Quran kuno tersebut memiliki banyak kesalahan yang tentu saja tidak disengaja oleh penulis tersebut," jelasnya.

Eka mengungkapkan, hal tersebut terjadi lantaran belum adanya standardisasi serta lembaga berwenang dengan tugas melakupemeriksaan terhadap teks gubahan para ulama, seperti keberadaan Lajnah Pentasihan Mushaf Al Quran saat ini.

"Sekalipun demikian, keberadaan mushaf Al Quran kuno atau manuskrip merupakan saksi sejarah perjalanan Islam di Nusantara, terutama di Minangkabau," ungkapnya.

Para ulama yang menyebarkan Islam di nusantara biasanya juga gemar menulis, seperti menulis kitab yang berkaitan dengan keagamaan serta Al Quran.

Mushaf Al Quran kuno tersebut tidak dapat diedarkan kepada masyarakat sebagai bacaan sehari-hari, dikarenakan banyaknya kesalahan penulisan di dalamnya.

Akan tetapi menurut Eka Putra Wirman, keberadaannya dapat menjadi sebuah karya sejarah dan budaya serta sebagai khazanah intelektual ulama di Nusantara, Indonesia.

"Spesifikasi lain dari Al Quran kuno ialah penggunaan iluminasi atau hiasan yang terdapat pada pinggiran naskah," jelasnya.

Pada Al Quran kuno yang tersebar di daerah Sumbar, hiasan tersebut pada umumnya terpengaruh oleh ragam hias tradisional Minangkabau berupa ukiran.

"Beberapa ragam hias yang kerap ditemukan pada naskah kuno tersebut biasanya memiliki motif floral, seperti Kaluak Paku atau Pucuak Rabuang," katanya.

Ia menambahkan, dalam perkembangannya, terutama pada abad ke duapuluh barulah mulai beredar Al Quran dalam bentuk cetak yang sudah melalui proses pentashihan.

Pada saat sekarang ini, Al Quran yang dicetak dan diedarkan ke masyarakat sudah melalui pemeriksaan oleh Lajnah Pentashihan Mushaf Al Quran yang sudah dibentuk sejak tahun 1957.

Keberadaan lembaga ini bertujuan untuk menjamin kesucian teks Al Quran dari berbagai kesalahan dan kekurangan dalam penulisan Al Quran tersebut.

Dalam perkembangannya, kemudian lembaga ini memiliki tugas yang lebih luas daripada sekadar memeriksa Al Quran sebelum diedarkan, akan tetapi mulai masuk pada aspek-aspek lain yang berkaitan dengan Al Quran itu sendiri.

Pada peraturan Menteri Agama Nomor 1 tahun 1982 beberapa tugas dari Lajnah Pentashihan Mushaf Al Quran di antaranya ialah meneliti dan menjaga mushaf Al Quran, rekaman bacaan Al Quran, terjemah dan tafsir Al Quran secara preventif dan represif.

Selanjutnya mereka juga bertugas untuk mempelajari dan meneliti kebenaran mushaf Al Quran, Al Quran untuk tunanetra (Al Quran Braille), bacaan Al Quran dalam kaset, piringan hitam dan penemuan elektronik lainnya yang beredar di Indonesia.

Selain itu lembaga ini juga berwenang untuk menghentikan peredaran mushaf Al Quran yang belum ditashih oleh Lajnah Pentashih Mushaf Al Quran.

Eka Putra Wirman menyebutkan, beberapa waktu lalu lembaga tersebut telah melaksanakan Workshop Al Quran Nusantara dengan melakukan pembahasan terkait keberadaan Mushaf Al Quran kuno.

Menurutnya, dalam workshop tersebut, diperkenalkan model-model Al Quran tulisan tangan (manuskrip) di Minangkabau, sekaligus waktu penulisan Al Quran berikut langgam tulisannya.

Pada kegiatan tersebut juga dijelaskan spesifikasi apa saja yang terdapat pada Al Quran kuno sehingga membedakannya dari Al Quran cetak.

Kegiatan yang merupakan kerja sama antara UIN Imam Bonjol dengan Lajnah Pentashihan Mushaf Al Quran Republik Indonesia itu pun mengahadirkan beberapa pakar, seperti Dr Muchlis M Hanafi, Dr Ali Akbar, Abdul Hakim M.Si, Dr Widia Fitri serta Dr Eka Putra Wirman sendiri.

Sementara itu pakar naskah kuno atau filolog UIN Imam Bonjol Padang, Dr Ahmad Taufik Hidayat mengatakan Naskah Al Quran kuno di Minangkabau biasanya dapat ditemukan di surau atau masyarakat secara pribadi.

Ia menyebutkan beberapa naskah Al Quran kuno yang pernah ia temukan, di antaranya berasal dari beberapa surau di Sumbar, seperti di daerah Pasaman dan Ulakkan Padang Pariaman.

"Naskah Al Quran yang ditemukan di Ulakkan Padang Pariaman memiliki keunikan karena ditulis per juz," kata dia.

Selain itu ia menambahkan, secara teori iluminasi yang ada pada naskah Al Quran kuno itu harusnya mengadopsi kebudayaan lokal tempat Al Quran tersebut ditulis, seperti motif serta warna hiasannya.

Akan tetapi menurutnya ada beberapa naskah Al Quran yang keluar dari konteks itu, seperti naskah Al Quran yang diemukan di Pasaman yang memiliki motif lain.

Pada naskah tersebut ditemukan hiasan yang tidak lazim digunakan di Minangkabau sebagaimana naskah lainnya, sebab pada naskah tersebut ditemukan motif Turki.

"Hal ini mengindikasikan bahwa naskah Al Quran tersebut tidak ditulis di Minangkabau, melainkan di daerah lain dan kemudian dibawa ke daerah tersebut," katanya. (*)

#Islam #Agama Islam #Mushaf Al Quran
Bagikan
Ditulis Oleh

Zaimul Haq Elfan Habib

Low Profile

Berita Terkait

Indonesia
Ketum Muhammadiyah: Rangkaian Ibadah Idul Adha Media Kikis Sifat Kebinatangan Manusia
Idul Adha 1446 Hijriah menjadi momen ajang meningkatkan kepedulian dan pengorbanan terhadap sesama.
Wisnu Cipto - Jumat, 06 Juni 2025
Ketum Muhammadiyah: Rangkaian Ibadah Idul Adha Media Kikis Sifat Kebinatangan Manusia
Indonesia
3 Panduan Dasar Cara Cek Arah Kiblat Saat Istiwa A’zam 27-28 Mei
Matahari melintas tepat di atas Kabah atau dikenal sebagai fenomena Rashdul Kiblat akan terjadi pada Selasa dan Rabu pekan depan atau 27-28 Mei mendatang.
Wisnu Cipto - Rabu, 21 Mei 2025
3 Panduan Dasar Cara Cek Arah Kiblat Saat Istiwa A’zam 27-28 Mei
Indonesia
Matahari Tepat di Atas Kabah, Jangan Lupa Cek Akurasi Arah Kiblat 27 dan 28 Mei
Pada pukul 16.18 WIB atau 17.18 WITA, matahari akan berada tepat di atas Kabah
Wisnu Cipto - Rabu, 21 Mei 2025
Matahari Tepat di Atas Kabah, Jangan Lupa Cek Akurasi Arah Kiblat 27 dan 28 Mei
Indonesia
Membangun Harmoni dan Persaudaraan Kebangsaan, Begini Seruan MUI untuk Kolaborasi Lintas Sektor Melawan Islamofobia dan Menjaga Integrasi Nasional
Sudarnoto menyambut baik kebijakan pemerintah yang mengedepankan kerukunan antarumat beragama
Angga Yudha Pratama - Kamis, 17 April 2025
Membangun Harmoni dan Persaudaraan Kebangsaan, Begini Seruan MUI untuk Kolaborasi Lintas Sektor Melawan Islamofobia dan Menjaga Integrasi Nasional
Indonesia
Marak Hasutan Provokasi, Ketum Walisongo: Jangan Sampai Terprovokasi Adu Domba Oknum Tak Bertanggungjawab
Kita harus membereskan perkara-perkara yang sudah dibelokkan, dipalsukan, dan dihancurkan oleh klan-klan tertentu
Angga Yudha Pratama - Minggu, 13 April 2025
Marak Hasutan Provokasi, Ketum Walisongo: Jangan Sampai Terprovokasi Adu Domba Oknum Tak Bertanggungjawab
Indonesia
Umat Islam Diminta Jaga Persatuan di Momentum Lebaran, Jangan Terprovokasi Hasutan Memecah Belah
Habib Abubakar juga mengingatkan bahwa musuh sejati umat Islam bukanlah sesama Muslim, melainkan kebodohan
Angga Yudha Pratama - Minggu, 13 April 2025
Umat Islam Diminta Jaga Persatuan di Momentum Lebaran, Jangan Terprovokasi Hasutan Memecah Belah
Indonesia
Muhammadiyah Masuk 4 Besar Ormas Terkaya di Dunia, Ini Deretan Asetnya yang Mencapai Rp 460 Triliun
Sumber data seasia.stat menunjukan aset total Muhammadiyah sebanyak Rp 460 triliun.
Wisnu Cipto - Selasa, 25 Maret 2025
Muhammadiyah Masuk 4 Besar Ormas Terkaya di Dunia, Ini Deretan Asetnya yang Mencapai Rp 460 Triliun
Fun
6 Fitur TV Bikin Nonton Kajian Lebih Khusyuk saat Ramadan, Nasihat Ustaz Pasti Mengena di Hati
TV canggih membuat menonton acara kajian semakin nyaman.
Ikhsan Aryo Digdo - Selasa, 18 Maret 2025
6 Fitur TV Bikin Nonton Kajian Lebih Khusyuk saat Ramadan, Nasihat Ustaz Pasti Mengena di Hati
Indonesia
Memahami Metode 'Rukyatul Hilal'
Kata 'rukyat' bermakna melihat dengan mata dan 'hilal' berarti bulan sabit.
Dwi Astarini - Minggu, 16 Maret 2025
Memahami Metode 'Rukyatul Hilal'
Lifestyle
Hibah, Hadiah, dan Sedekah, ini nih Perbedaannya
Dalam bahasa maupun pandangan syariat Islam, sedekah, hadiah, dan hibah memiliki makna yang khas serta kaya akan nilai-nilai tersendiri.
Dwi Astarini - Sabtu, 15 Maret 2025
Hibah, Hadiah, dan Sedekah, ini nih Perbedaannya
Bagikan