Perjalanan Sulit Lembaga Seni Tari Didik Nini Thowok


Didik Nini Thowok
MerahPutih Budaya - Didik Hadiprayitno atau lebih dikenal Didik Nini Thowok merupakan salah satu maestro tari yang saat ini masih eksis di kancah nasional maupun internasional.
Sebelum namanya bersinar seperti saat ini, Didi Nini Thowok mendirikan sanggar tari. Sanggar itu bernama Sanggar Tari Natya Lakshita. Didirikan pada 2 Februari 1980.
Seiring berkembangnya sanggar, saat ini tidak lagi sekadar sanggar. Sanggar telah menjadi lembaga pendidikan dan kepelatihan (LPK). Pada tahun 1994 Sanggar Tari Natya Lakshita terdaftar sebagai anggota HIPKI, Himpunan Penyelenggaraan Khusus Indonesia.
LKP Natya tidak hanya mengajarkan tari. Ada juga kelas koreografi, tata rias, dan manajemen pertunjukan. Memang, kelas utama dan andalannya ialah tari. Berbagai jenis tari diajarkan. Mulai dari tari tardisional Sunda, Jawa, Cirebon, tari dangdut, hingga tari Tiongkok.
Di bawah manajemen Didik, LPK Natya Lakshita mampu menarik minat 13.850 siswa. Jumlah siswa ini dicapai dari sejak lahirnya sanggar hingga saat ini.
Siswa aktifnya saat ini mencapai 60 siswa. Sebagian besar siswa lulusan LPK Natya pun telah menjadi penari-penari profesional. Bahkan, beberapa di antara mereka juga telah mendirikan sanggar tari, seperti Kinanti Sekar.
Kediaman penari Didik Nini Thowok, Perum Jatimulyo, Kricak, Kota Yogyakarta. (Foto: MerahPutih/Fredy Wansyah)
Awalnya LPK Natya berada di Jalan Godean Km 2,8. Lapak tersebut telah digunakan sejak puluhan tahun. Namun, kini LPK Natya telah pindah lokasi. Tidak lagi di Jalan Godean, melainkan di samping rumah Didik Nini Thowok, Perumahan Jatimulyo, Kricak, Kota Yogyakarta.
"Yang di Godean sudah dijual. Kita resmi pindah ke sini (rumah) belum lama ini aja," kata Didi Ninik Thowok saat berbincang dengan merahputih.com di rumahnya, baru-baru ini.
Hidup matinya LPK Natya tidak lepas dari aktivitas pertunjukan Didik di berbagai panggung. Dana LPK Natya tidak lain berasal dari dana yang ia dapat dari panggilan menari. Meski para siswa dikenai tarif belajar, akumulasi biaya tersebut tentu tidak dapat mencukupi kehidupan asisten serta pengelola hariannya.
"Sekarang sudah bukan saya lagi yang mengajar tari, tapi asisten saya. Karena waktu dan tenaga usia saat ini juga tidak mendukung," kata Didik.
Apa yang ia lakukan dengan LPK Natya merupakan kebanggaan tersendiri. Ia bangga bisa melahirkan seniman-seniman tari. Paling tidak, ia telah mendidik ribuan anak-anak peduli akan seni.
"Saya hanya membekali mereka seni, seni tari. Dengan begitu, besarnya mereka punya apresiasi kesenian. Saya mengajar anak-anak, ngunduhnya nanti setelah mereka dewasa. Mereka akan sadar seni," katanya menjelaskan. (Fre)
BACA JUGA:
Bagikan
Berita Terkait
Film Pendek 'Kita Berkebaya' Segera Rilis 24 Juli 2025, Angkat Keresahan Tradisi Berkebaya Agar Tak Ditinggalkan

Makna Filosofi Tarian Anak Coki, yang Viral Mendunia Lewat Video Aura Farming

Berkiprah di Korea, Miyu Pranoto Harumkan Nama Indonesia Lewat Dunia Tari

Festival Solo Menari 2025: Angkat Tema Alam Lewat Ratusan Penari Daun

Selama 24 Jam 1.500 Orang Menari di Solo, Ada Perwakilan Dari Thailand dan Malaysia

Tari Ma'randing dari Sulawesi Selatan, Prosesi Pengantar Menuju Pemulasaraan

Etoile Dnace Center Persembahkan 'Full Length Ballet - Le Corsaire Jakarta' Karya Lisa Macuja Elizalde, Pertunjukan Digelar 2 Hari
Padepokan Seni Alang-Alang Kumitir Unjuk Gigi di Galeri Indonesia Kaya

Indonesia Emas 2045 Tak Akan Tercapai Tanpa Perubahan Budaya Ilmiah

Tari Lenso dari Maluku, Seni Peninggalan Penjajah sebagai Perekat Persaudaraan
