Perdagangan Gelap Candu dan Puncak Kejayaan Cina Lasem di Abad 19

Tembok tinggi yang di dalamnya adalah bangunan rumah Cina di Lasem. (MP/Widi Hatmoko)
Perdagangan gelap opium atau candu merupakan puncak kejayaan orang-orang Cina (Tionghoa) di Lasem pada sekitar abad ke-19. Bangunan-bangunan tua yang saat ini masih terkurung benteng kokoh, diyakini juga sebagai bukti bahwa suksesnya perekonomian orang Cina Lasem kalai itu sangat cemerlang.
Sejarawan Lasem, Edi Winarno megungkapkan, salah satu bukti jika Lasem merupakan daerah pemasok candu terbesar di Jawa, adalah adanya rumah yang saat ini dikenal sebagai Lawang Ombo. Rumah yang terletak di Desa Soditan, Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang ini, dulunya adalah rumah candu (gudang tepat penyelundupan candu).
Peradaran candu ini, menurut Edi, pada sekitar tahun 1830 oleh pemerintah Hindia Belanda dilegalkan, namun dengan sistem pajak. Para pengedar candu yang umumnya adalah orang-orang Cina ini diperbolehkan berbisnis candu, tetapi harus memberikan kontribusi berupa pajak kepada pemerintah Hindia Belanda.
"Kalau semula ada undang undang legalnya, hanya dipajaki, semula itu tahun 1830-an. Tetapi, pada belakang hari, setelah banyak kehancuran karena narkoba, pemerintah Belanda melakukan larangan. Tapi dagang gelapnya ini masih jalan. Oleh karena itu, adanya terowongan-terowongan gelap ini sebenarnya untuk penyelundupan candu," ungkap Edi Winarno kepada merahputih.com.
Melalui peredaran gelap inilah, kata Edi, perekonomian orang-orang Cina Lasem saat itu mengalami kejayaan. Untuk memuluskan bisnis haramnya itu, mereka menjadikan para oknum-oknum opsir Belanda sebagai beking. "Dan kalau Kita amati, membekingi bisnis narkoba itu sejak zaman dulu itu sudah ada," katanya.
Orang-orang Cina kaya di Lasem saat itu, membuat bangunan-bangunan rumah yang megah, dan hampir seluruhnya tertutup oleh benteng. Disinyalir, rumah-rumah yang saat ini menjadi bagian dari cagar budaya di Lasem itu, di dalamnya memiliki pintu-pintu rahasia, sebagai tempat persembunyain dan media komunikasi antara satu rumah dengan rumah lainnya.
Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya lubang sumur rahasia yang menghubungkan salah satu ruangan di Lawang Ombo menuju pelabuhan Dasun di Lasem (kala itu). Terowongan bawah tanah lain juga ditemukan di bangunan tua yang berada di Tiongkok Kecil Heritage Lasem.
"Ada mitos seperti itu, misalnya untuk hubungan-hubungan rahasia, kalau dagang candu. Itu kan kalau ada operasi, dari rumah ke rumah kan harus ada kontak-kontakan. Dan, mereka membuat tempat-tempat pelarian itu kan bisa terkait dengan ilegal, bisa terkait kalau takut ada kerusuhan. Karena berkali-kali memang ada kerusuhan," paparnya.
Sampai saat ini, bangunan rumah orang-orang Cina atau Tionghoa di Lasem yang terkurung benteng-benteng tinggi masih terdapat di beberapa desa. Seperti di Desa Karangturi, Desa Soditan, Desa Sumbergirang, Desa Babagan (Mbagan), dan Desa Gedong Mulyo.
Untuk mengetahui berita lain tentang wisata di Lasem, baca juga: Pantai Caruban, Destinasi Wisata Bahari Paling Favorit di Lasem
Bagikan
Widi Hatmoko
Berita Terkait
Kenang Sosok Kwik Kian Gie sebagai Guru sekaligus Sahabat, Ganjar Pranowo: Ekonom Kritis dan Penuh Idealisme

Kesetiaan Ganjar Pranowo Hadiri Sidang Dugaan Suap Sekjen PDIP, Panggil Hasto Pak Doktor

Pramono Absen di Pengarahan Kepala Daerah, Ganjar: Akan Hadir di Hari Lain
Ganjar Titip Pesan ke Sekjen PDIP: Yang Penting Sehat dan Semangat

Hadir di Sidang Hasto, Ini Kata Ganjar Pranowo

Ganjar Ungkap Banyak Kader yang Ingin Megawati Jadi Ketum PDIP Lagi
Prabowo Ingin Kembalikan Pemilihan Kepala Daerah ke DPRD, Ganjar Lempar Sindiran

Ucapkan Selamat untuk Presiden Prabowo, Ganjar Minta Pendukungnya Bersatu
