PDPI: Keberhasilan Berhenti Merokok di Indonesia Hanya 10 Persen
Prof Agus Dwi Susanto menjelaskan materi terkait bahaya rokok di acara peluncuran Gerakan Berhenti Merokok untuk Indonesia Sehat, di JW Marriot, Jakarta Pusat pada Rabu (11/6). (Foto: MerahPutih.com/Tika)
Merahputih.com - Penasehat Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Prof. Agus Dwi Susanto, mengatakan kalau indeks keberhasilan stop merokok di Indonesia masih rendah.
Data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menunjukkan bahwa jumlah perokok aktif diperkirakan mencapai 70 juta orang. Dari angka yang tinggi tersebut hanya sedikit yang berhasil keluar dari lingkaran adiktif rokok.
"Studi menunjukan sebenarnya cukup banyak orang yang mau berhenti merokok, tetapi 9 dari 10 gagal," kata dia saat menjadi narasumber di acara Peluncuran Gerakan Berhenti Merokok untuk Indonesia Sehat, di JW Marriott, Jakarta Pusat, Rabu (11/3).
Baca juga:
Miris, Rokok Pengeluaran Tertinggi Ketiga Keluarga Indonesia di Atas Pendidikan
Prof Agus mengatakan dengan kondisi tersebut berarti tingkat keberhasilan hanya 10 persen saja. Menurut Prof Agus hal yang perlu diselami adalah fakta-fakta terkait masalah ini.
Lebih lanjut, ia menyebutkan orang kesulitan berubah untuk tidak merokok karena empat hal. Pertama, seseorang terlalu ketagihan akibat kandungan nikotin.
Kedua kata Prof Agus, adanya nicotine withdrawal symptoms alias gejala putus nikotin.
"Sakau," katanya.
Ketiga kata Prof Agus perilaku, di mana yang sudah biasa memegang rokok jadi di momen tertentu. Lalu terakhir, kesulitan melakukan aktivitas kareba tidak disertai dengan rokok.
"Kalau tidak ada yang berada di merokok, dia menjadi sulit," katanya.
Baca juga:
Praktisi Kesehatan: Tidak Benar Vape Lebih Baik daripada Rokok Konvesional
Upaya menanggulangi masalah ini adalah menyediakan Unit Berhenti Merokok (UBM) dengan pendekatan 4 T (Tanyakan, Telaah. TOLONG DAN nasehati da Tindak Lanjut) yang merupakan modifikasi 5A (Ask, Advice, Assist dan Arrange).
Lalu kata Prof Agus dengan langkah 5 R, yakni Relevance, Risks, Reward, Roadblocks, Repetition.
"Ini untuk perokok yang belum mau berhenti," katanya. (Tka)
Bagikan
Tika Ayu
Berita Terkait
Raperda KTR DKI Final: Merokok Indoor Dilarang Total, Jual Rokok Dibatasi 200 Meter dari Sekolah
Pengecekan Kesehatan Cepat kini Tersedia di Stasiun MRT Jakarta Dukuh Atas
Pansus KTR DKI Cabut Larangan Merokok 200 Meter dari Tempat Pendidikan dan Area Anak
Bisa Ditiru nih Ladies, Cara Davina Karamoy Hindari Anemia tanpa Ribet
Menkeu Purbaya Pastikan Harga Jual Eceran Rokok Tak Naik pada 2026
The Everyday Escape, 15 Menit Bergerak untuk Tingkatkan Suasana Hati
DPR Kritik BPJS Kesehatan Nonaktifkan 50.000 Warga Pamekasan, Tegaskan Hak Kesehatan tak Boleh Disandera
DPRD DKI Minta Perda KTR Lindungi Nonperokok Tanpa Abaikan Industri Tembakau
[HOAKS atau FAKTA]: Terlalu Sering Makan Mi Instan Bisa Bikin Usus Tersumbat
Pedagang Sebut Kawasan Tanpa Rokok Bakal Gerus Ekonomi Rakyat Kecil