Orkes Gambus Duet dengan Orkestra Asal Spanyol


Ocas Vinculoas. (Foto: MP/Iftinavia Pradinantia)
APA jadinya jika musik gambus dibawakan oleh Orkes Gambus dan Orkes Spanyol? Menakjubkan. Setidaknya itulah yang terlihat di Taman Ismail Marzuki, Senin (20/8) malam. Dua bangsa dengan dua bahasa berbeda berkomunikasi dengan bahasa musik. Mereka adalah Riau Rhythm Chambers dan Orquesta De Camara De Siero (Ocas). “Lewat bahasa musik yang universal, jalinan hubungan kedua negara menjadi semakin erat dan hangat,” ucap Direktur sekaligus konduktor musik orchestra Ocas, Manuel Angel Paz Vasquez.
Kedua grup tersebut membawakan dua lagu berlatar budaya Melayu Riau. Kedua lagu tersebut berjudul Satelite of Zapin dan Sound of Suvarnadvipa. “Satelite of Zapin mengisahkan tentang musik zapin Melayu yang tumbuh dan berkembang dari dalam istana Kerajaan Siak Sri Inderaputera,” ucap pemimpin Riau Rhythm Chambers, Rino Dezapaty.
Dahulu musik gambus hanya dimainkan oleh orang-orang yang mengurus masjid. Seiring berjalannya waktu musik gambus mulai ditinggalkan oleh generasi muda. Riau Rhythm Chambers coba mengambilalih itu memainkan lagu gambus dengan pendekatan anak muda. Salah satu gebrakan yang dilakukan adalah dengan berkolaborasi dengan Ocas.

Riau merupakan bagian dari melayu. Melayu mengalami dua periode yakni Proto Melayu (Melayu Tua) dan Deutro Melayu (Melayu Muda). “Ada dua fase yang kami sepakati untuk dimainkan saat berkolaborasi dengan Ocas. Proto Melayu itu diwakili Sound of Suvarnadvipa. Sementara Deutro Melayu yang terjadi saat Islam mulai masuk ke Sumatera dan munculnya budaya asimilasi berupa Tari Zapin. Mereka angkat melalui Satelite of Zapin.
Rino mengungkapkan bahwa tantangan terbesarnya terjadi karena musik etnik memiliki standar tuning yang berbeda dengan musik klasik. Cello Melayu dimainkan dengan tuning 440 hartz sementara cello khas Spanyol biasa dimainkan di tuning 442 hartz. Adapun calempong dimainkan dengan hati. “Hasilnya mendapati spektrum bunyi yang luar biasa karena saling menghormati,” ujarnya.
Musik-musik etnik Indonesia adalah bentuk sastra lisan. Lirik-lirik yang terdapat di musik tradisional tersebut sarat akan filosofis dan cerita. “Walaupun kami tak mengerti bahasanya, namun kami bisa merasakan apa yang ada di dalam musik tersebut sehingga mudah untuk mengekspresikannya,” ungkap Manuel selaku pemimpin grup Ocas. Hasilnya musik yang dimainkan oleh kedua grup beda kebudayaan tersebut memiliki “ruh”.
Sebelum tampil di Jakarta dan berkolaborasi dengan grup Riau Rhythm Chambers, mereka telah berkolaborasi dengan musisi-musisi terbaik daerah di seluruh pelosok Indonesia seperti Ambon, Maluku, Sigi, dan Parigi Mountong. Tak ingin kolaborasi tersebut berhenti sampai di sini saja, grup musik asal Kota Asturias, Spanyol tersebut akan memainkan lagu-lagu daerah Indonesia di Spanyol. (avia)
Bagikan
Berita Terkait
JBL Festival 2025: dari Nostalgia Ari Lasso hingga Energi Gila-gilaan Slank

Angkat Tema 'Saling Silang', Synchronize Fest 2025 Bawa Ruang Kolaborasi Seni Rupa

Ratu Dangdut Elvy Sukaesih Tak Sabar Tampil di Synchronize Fest 2025

Gorillaz Keluar Kandang di Konser 25 Tahun, tak lagi Sembunyi di Balik Animasi

Belum Dibatalkan, Pestapora 2025 Tetap Digelar Sesuai Jadwal!

Hololive Indonesia Siap Gelar Konser Perdana Bertajuk Chromatic Future, Tampilkan Ayunda Risu hingga Kobo Kanaeru

Keseruan Hari Pertama LaLaLa Fest 2025 Bareng OPPO Reno 14 Series, Hasil Fotonya Enggak Kaleng-kaleng!

Noel Gallagher Ngaku Terkaget akan Respons terhadap Tur Reuni Oasis, Alami Kaki Bergetar saat Tampil Perdana setelah 16 Tahun

Dari Oslo ke Solo: Mayhem Turun Gunung di Rock In Solo 2025

Resmi Diumumkan, Jackson Wang bakal Gelar MAGICMAN 2 WORLD TOUR di Jakarta pada 18 Oktober
