Miliki Budaya Adiluhung, Pemprov Banten Gelar Konferensi Kebudayaan


Sejumlah pejabat Disbudpar Banten dalam konferensi kebudayaan 2016 (Foto: MP/Sucitra De)
MerahPutih Budaya - Pada tanggal 2-4 Oktober 2016 Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Banten menggelar Konferensi Kebudayaan, di Le Dian Hotel Jl Jend Soedirman Kota Serang. Kegiatan tersebut diisi sejumlah pembicara profesional di bidangnya di antaranya Prof Azyumardi Azra, Prof Fauzul Iman, Prof Sholeh Hidayat, Dr Herawati Ongkoharma, Dr Daenulhay, dan Dr Mochamad Ali Fadilah.
Sekretaris Disbudpar Banten Wardiyo mengatakan bahwa pada usia ke-16 tahun, Provinsi Banten telah mengalami kemajuan yang cukup pesat. Terdapat multietnis bahkan warga asing yang menetap di Provinsi Banten. Pergaulan berbagai etnis tersebut tentu akan membawa budaya baru, padahal Banten telah memiliki budaya adiluhung.
“Budaya adiluhung ini perlu dipertahankan sebagai identitas kejayaan Banten,” ujarnya, Minggu (2/10/2016) saat pembukaan acara.
Kegiatan yang merupakan rangkaian HUT Provinsi Banten ke-16 tahun tersebut digelar untuk menggali nilai budaya Banten. “Dari kegiatan ini diharapkan ada rumusan rekomendasi yang bisa menjadi rencana strategis untuk membangun kejayaan Banten,” ujarnya.
Gubernur Banten Rano Karno dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan Kepala Disbudpar Banten Opar Sochari mengatakan, citra positif yang melekat pada masyarakat Banten di masa lalu tidak lepas dari peran Sultan Banten yang tidak hanya concern dalam bidang politik dan ekonomi tapi juga memberikan perhatian lebih dalam bidang keagamaan.
“Meskipun Islam menjadi simbol peradaban baru bagi masyarakat Banten saat itu, namun Sultan Banten tidak serta merta menghapus tradisi dan budaya lokal yang sudah ada jauh sebelum Islam masuk dan berkembang,” ungkapnya.
Sedianya, konferensi tersebut direncanakan untuk dihadiri oleh 1000 peserta dengan menghadirkan nara sumber ilmuwan dari negara-negara yang pernah memiliki hubungan diplomasi dengan kesultanan Banten, namun pihak Disbudpar menemukan hambatan terkait anggaran. Karenanya peserta konferensi hanya bersifat lokal dengan 100 peserta dari delapan kota kabupaten yang ada di Banten.(Ctr)
BACA JUGA:
- Pecak Bandeng Tanpa Duri, Transformasi Kuliner Kesultanan Banten
- Memburu Pecak Bandeng, Jawara Kuliner Kesultanan Banten
- Politik Banten dalam Kacamata Budayawan
- Seren Taun Kasepuhan Banten Kidul Resmi Ditetapkan Warisan Budaya Tak Benda
- Rano Karno Lepas Tim Ekspedisi Pesisir Banten
Bagikan
Berita Terkait
Film Pendek 'Kita Berkebaya' Segera Rilis 24 Juli 2025, Angkat Keresahan Tradisi Berkebaya Agar Tak Ditinggalkan

Makna Filosofi Tarian Anak Coki, yang Viral Mendunia Lewat Video Aura Farming

Indonesia Emas 2045 Tak Akan Tercapai Tanpa Perubahan Budaya Ilmiah

Mengenal Wayang Garing, Kesenian asal Banten yang Terancam Punah

Rumah Atsiri Indonesia dan Kemenparekraf Luncurkan Koleksi Aromatik

4 Ribu Lebih Aparat Dilibatkan untuk Pengamanan KTT AIS 2023 di Bali

Kampanye #IniIndonesiaku Ajak Rayakan Keindahan Budaya Indonesia
