Memperingati Seabad Nelson Mandela, Pejuang Pembebas Apartheid Afrika


Nelson Mandela. (Foto/medium.com/@adriennezelene)
TEPAT satu abad lalu Afrika Selatan kedatangan sosok nan kelak membawa perdamaian di tanah kelahirannya.
Si Rolihlahla atau 'pembuat masalah' itu, lahir di desa Mvezo di Umtatu, Afrika Selatan, 18 Juli 1918. Dunia lebih mengenalnya dengan nama Nelson Mandela.
Sama seperti anak kecil Afrika Selatan lainnya, Mandela tumbuh dengan adat, banyak ritual, hingga percaya pada hal-hal tabu.
Ia tinggal di Kraal, desa kecil sejuta kenangan, tempat menghabiskan waktu mengembala bersama teman-teman kecilnya.
Beranjak remaja, Mandela mulai sedikit menjauh dari kebiasaan tradisional tanah airnya. Ia pergi belajar hukum ke Fort Hare University lalu melanjutkan studinya di University of Witwatersrand. Di sinilah ia mulai terlibat politik antikolonial.

Ketika menetap di Johannesburg, Mandela bergabung dengan Kongres Nasional Afrika (ANC) dan kelak menjabat sebagai presiden di organisasi tersebut.
Ia berkali-kali kena cekal lantaran aktif mengampanyekan semangat antikolonialisme dan menghapus apartheid di Afrika.
Tak hanya dicekal, Mandela pun acap terkena delik lantaran sebagai ketua ANC acap dianggap menghasut. Ia diadili sepanjang 1956 hingga 1961, namun akhirnya divonis tidak bersalah.
Mandela kembali masuk ruang pengadilan dengan tuduhan lebih berat. Ia dan Partai Komunis Afrika Selatan mendirikan militan Umkhonto we Sizwe (MK) dituduh menjadi aktor atas serangkaian pengeboman terhadap target-target pemerintahan.
Pada 1962, ia ditahan dan dituduh melakukan sabotase dan bersekongkol menggulingkan pemerintahan, dan dihukum penjara seumur hidup di Pengadilan Rivonia.
Perjuangan Mandela menemui babak baru. Atensi internasional terhadap sepak terjangnya mengemuka. Simpati internasional berhasil mendesak penguasa untuk membebaskan Mandela. Ia pun menghirup udara bebas pada 1990.
Usai bebas dari masa penahanan, Mandela ditunjuk sebagai Presiden ANC. Dengan jabatan tersebut ia bernegosiasi dengan Presiden F.W. de Klerk untuk menghapuskan apartheid dan melaksanakan pemilu multiras tahun 1994. Lewat pemilu ini juga Mandela menjadi Presiden Afrika Selatan periode 1994-1999.
Karena kesuksenan inilah, PBB memberikan penghargaan berupa 'Hari Internasional Nelson Mandela'. Kenapa tidak, selain sukse mengadakan pemilu multiras, ia juga berhasil menghapuskan apartheid atau sistem pemisahan ras yang diterapkan oleh pemerintah kulit putih. (*)
Bagikan
Berita Terkait
Armada Global Sumud Flotilla Diserang Israel, PBB Ingatkan Keselamatan Aktivis Kemanusian

Israel Blokade Armada Global Sumud, Komisi I DPR: Serangan Terhadap Nilai-Nilai Kemanusiaan

Pulang dari Lawatan Luar Negeri, Presiden Prabowo Bawa Oleh-Oleh Investasi Rp 380 Triliun hingga 30 Ribu Benda Bersejarah

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu Serang Pengakuan Negara Palestina di Forum PBB, Disambut Sorakan dan Aksi Walk Out

Jokowi Apresiasi Pidato Prabowo Apresiasi Forum PBB, Disebut Tegas dan Berani Bela Kemerdekaan Palestina

Presiden Prabowo Berpidato di PBB, Komisi I DPR Sebut Kemerdekaan Palestina Harus segera Terwujud

Presiden Amerika Serikat Dongkol karena Eskalator Macet, PBB Sebut Juru Kamera Trump Biang Keroknya

Tuding ‘Sabotase’ di Markas PBB Sampai 3 Kali, Trump: Bukan Kebetulan, Seharusnya Malu

Reaksi Prabowo Pidatonya Dipuji Donald Trump: Itu Gaya Saya

Serangan Israel Bunuh 85 Warga Palestina di Tengah Seruan Damai PBB
