Memanfaatkan Kemajuan Teknologi untuk Melestarikan Bahasa Melalui Karya Sastra


Melestarikan bahasa melalui karya sastra online. (Foto: Pixabay/Nile)
INDONESIA terkenal dengan struktur bahasanya sekaligus susunan kata yang terdengar begitu romantis. Tidak hanya itu, Indonesia juga memiliki berbagai bahasa daerah yang sarat akan tradisi dan budaya khas. Tak heran sejak zaman dahulu karya sastra nenek moyang kita begitu terkenal karena susunan katanya yang cantik dan mampu memorak-porandakan hati setiap pembaca maupun pendengarnya.
Dirangkum dari berbagai sumber, UNESCO mengumumkan bahwa terdapat sekitar 2.500 bahasa di dunia yang terancam punah, 100 di antaranya adalah Bahasa Indonesia. UNESCO juga membeberkan fakta bahwa sebanyak 200 bahasa di dunia sudah punah tak berjejak selama kurun waktu 30 tahun terakhir.
Baca Juga:

Bahasa formal sebuah negara termasuk bahasa daerah serta logat khasnya, menunjukkan identitas budaya memang termasuk warisan budaya yang perlu dilestarikan. Jangan sampai hanya karena kemajuan teknologi dan gaya hidup masyarakat yang semakin modern. Kemudian mereka meninggalkan identitas dari negaranya sendiri. Justru seharusnya semakin maju sebuah negara, masyarakat harus bisa memanfaatkan kemajuan teknologi untuk melestarikan kebudayaan dan bahasa sebuah negara.
Pemerintah bisa memulai langkah pelestarian karya sastra melalui kurikulum sekolah. Misalnya siswa harus membuat karya berupa drama, puisi, atau cerita pendek dengan menggunakan Bahasa Indonesia formal sesuai dengan aturan dan kaidah yang berlaku atau menggunakan bahasa daerah masing-masing. Pemerintah juga bisa mendorong masyarakat untuk mengajarkan bahasa daerah asal masing-masing orangtua kepada anak-anaknya sejak dini. Ini akan membuat mereka tumbuh dengan rasa bangga dan mau ikut melestarikan kekayaan budaya melalui karya sastra.
Sastra siber sebagai pawang pelestari bahasa dan sastra sebenarnya sudah dimulai sejak tahun 2000-an. Beruntungnya di masa modern ini sudah begitu banyak wadah yang bisa digunakan untuk melestarikan bahasa melalui karya sastra di platform digital media.
Kamu bisa menjadi satu dari sekian pahlawan sastra siber dengan mempublikasikan karya sastra menggunakan bahasa formal sesuai kaidah yang berlaku atau bahasa daerah melalui platform seperti Facebook,Twitter, Instagram, atau platform khusus karya tulis seperti Wattpad dan lainnya.
Seorang pegiat sastra siber bisa menjaring kalangan yang lebih muda melalui media sosial. Jika ingin memperluas target dengan menjaring generasi X ke atas, media nasional juga perlu memberikan wadah dengan membebaskan masyarakat untuk mengirimkan karya sastranya untuk dimuat di koran secara objektif.
Baca Juga:
Andrea Hirata hingga Ahmad Tohari, Sastrawan Indonesia Diakui Dunia

Apalagi saat ini seluruh lapisan masyarakat dapat menikmati karya sastra secara gratis melalui internet. Berbeda dengan zaman dahulu yang harus menyisihkan budget untuk membeli buku sastra dan menunggu penulis jagoannya untuk mengeluarkan karya terbaru. Saat ini kamu bahkan bisa ikut menyumbangkan karya sastra tanpa harus mengantongi gelar sebagai ‘sastrawan’ terlebih dahulu.
Meski demikian, pegiat sastra siber tetap mendapatkan pro dan kontra dari para pengkritik maupun masyarakat awam. Mereka yang pro menganggap inisiatif dari pegiat sastra sebagai sebuah kemajuan karena tidak membatasi siapapun untuk ikut melestarikan karya sastra dalam bentuk digital. Tetapi sebagian yang memberikan tanggapan kontra menganggap karya sastra merupakan karya yang harus melalui proses panjang dan penuh dengan aturan.
Mereka juga menganggap seseorang tidak bisa disebut sebagai sastrawan dalam semalam hanya karena menulis sebuah karya ringan melalui internet. Memang dengan kemunculan pegiat sastra siber, hampir semua orang bisa menghasilkan sebuah karya. Sebagian menghasilkan karya sesuai dengan kaidah yang berlaku, sebagian yang lain terlihat seperti asal-asalan dan nyeleneh karena belum mengikuti aturan dan kaidah yang berlaku.
Kedua tanggapan pro dan kontra ini tentunya tetap bisa menemukan jalan tengah. Dengan menjamurnya pegiat sastra siber seiring dengan kemajuan teknologi, pemerintah harus bisa menemukan cara untuk memberikan penyuluhan pentingnya menggunakan kaidah yang berlaku agar mampu menghasilkan karya sastra berkualitas meskipun menggunakan media sosial sebagai platform utama. (Mar)
Baca Juga: