Andrea Hirata hingga Ahmad Tohari, Sastrawan Indonesia Diakui Dunia


Andrea Hirata terkenal lewat Laskar Pelangi. (Foto: Wikipedia)
KARYA sastra kearifan lokal yang dituang dalam sebuah tulisan memiliki makna dan pesan tersendiri. Keindahan tersebut rupanya tidak hanya diapresiasi oleh masyarakat Indonesia saja, tetapi juga dunia. Bahkan, beberapa buku-buku para sastrawan sudah diterjemahkan dalam bahasa asing.
Sastrawan pertama adalah Andrea Hirata yang terkenal berkat novelnya berjudul Laskar Pelangi. Lewat tangan dinginnya, pria bernama asli Air Aqil Barraq Badruddin Seman Said Harun ini berhasil membawa mimpi anak-anak desa hingga mancanegara.
Karyanya yang berjudul Rainbow Troops (Laskar Pelangi) telah diterjemahkan ke dalam 34 bahasa asing dan diterbitkan di 130 negara. Selanjutnya, buku keduanya Dër Traumer (Sang Pemimpi) juga telah diterjemahkan ke berbagai bahasa asing.
Berkat kreativitas dan kontribusinya, Andre mendapat gelar kehormatan di salah satu universitas bergengsi di Inggris, Warwick University. Mengutip laman Ensiklopedia Kemendikbud, Andrea juga menghasilkan karya lain, yaitu Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas (2007), Sebelas Patriot (2011), dan Laskar Pelangi Song Book (2012) yang berisi kisah-kisah dari Negeri Laskar Pelangi.
Baca juga:

Selain Andrea Hirata, Pramoedya Ananta Toer juga dikenal sebagai pengarang novel di 1940-an, seperti Keluarga Gerilya dan Perburuan. Selama hidupnya, penulis bernama asli Pramoedya Ananta Mastoer ini telah menghasilkan lebih dari 50 karya. Seluruh karyanya tersebut diterjemahkan ke lebih dari 41 bahasa asing.
Pramoedya yang meninggal pada 30 April 2006 dikenal sebagai penulis brilian dan berani. Bahkan, ia sempat merasakan hidup di balik jeruji besi selama tiga tahun di masa kolonial dan satu tahun di masa Orde Lama. Rezim Orde Baru juga pernah menahannya selama 14 tahun tanpa proses pengadilan.
Keberaniannya mendapat apresiasi mendalam dari dunia internasional. Ia mendapat penghargaan Ramon Magsaysay Award, Wertheim Award, UNESCO Madanjeer Singh Prize, Doctor of Humane Letter, dan masih banyak lagi.
Sastrawan Indonesia yang juga diakui dunia adalah Taufiq Ismail dengan bahasa puitisnya dan menyetuh hati. Sajak yang ia ciptakan juga kerap dinyanyikan grup musik Bimbo. Taufiq Ismail yang lahir 25 Juni 1935 ini dianggap sebagai pionir sastra di era 60-an.
Baca juga:

Sejumlah karyanya seperti Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia, Tirani dan Benteng, Puisi-Puisi Langit, dan lain lain mampu membuat para pembaca merinding. Sejumlah karyanya tersebut bahkan pernah diterjemahkan ke dalam Bahasa Rusia dan Bahasa Inggris.
Jasanya dalam dunia karya sastra juga diapresiasi dunia internasional, dan pernah mendapatkan penghargaan Cultural Visit Award dari Pemerintahan Australia pada 1977 dan S.E.A Write Award di tahun 1994.
Lain Taufiq Ismail, lain Ahmad Tohari. Ahmad Tohari mulai dikenal luas setelah menulis novel berjudul Ronggeng Dukuh Paruk. Beberapa novelnya telah diterjemahkan ke Bahasa Tionghoa, Bahasa Inggris, Bahasa Belanda dan Bahasa Jerman. Ahmad Tohari juga mendapatkan penghargaan dari SEA Write Award dan Sastra ASEAN. Di 2007, ia menerima penghargaan dari Rancage Award. (and)
Baca juga:
Sastrawan Hujan di Bulan Juni Meninggal, Ini Kenangan Keponakan