Makan Gorengan Boleh Saja, Tapi Ada Syaratnya


Boleh kok makan gorengan. (Foto: Pixabay/Ashish_Choudhary)
MAKANAN yang digoreng bukanlah suatu yang terlarang. Hanya saja harus mengontrol makanan tersebut di menu diet sehari-hari. Hal tersebut diutarakan oleh Dokter Spesialis Gizi dari Perhimpunan Dokter Spesialis Gizi Klinik Indonesia (PDGKI) dr. Elfina Rachmi, MGizi, SpGK, seperti dilansir Antara, Kamis (12/5).
"Kenapa mengonsumsi gorengan atau lemak yang tinggi tidak boleh berlebihan karena energinya atau kalorinya dua kali lipat lebih tinggi dari karbohidrat dan protein," ujarnya.
Baca juga:
Jika terlalu banyak kalori maka seseorang akan mengalami masalah berat badan dan kesehatan lainnya seperti jantung. Tubuh memang membutuhkan kalori yang cukup untuk berfungsi. Namun jika berlebihan maka tubuh akan menyimpan kalori dalam bentuk lemak.

Ektra kalori disimpan dalam bentuk trigliserida, yang bila meningkat akan mengganggu kinerja jantung. Trigliserida yang menumpuk di arteri dapat meningkatkan risiko arteri menjadi keras, kaku dan sempit atau aterosklerosis. Hal tersebut mengakibatkan risiko terkena serangan jantung atau stroke.
Elfina menyarankan untuk memilih sumber lemak baik seperti minyak zaitun ataupun kacang-kacangan dan sumber buah lemak baik seperti buah alpukat. Namun sebelum itu, ia merekomendasikan untuk mengetahui lebih dulu status gizi melalui indeks massa tubuh (IMT).
Baca juga:
"Kita cukup mengetahui berat badan dalam kg dan tinggi badan dalam meter saat ini. Kita bagi berat badan dengan tinggi badan (dalam satuan kuadrat meter). Tinggal dilihat indeks massa tubuhnya," tutur dia.
Setelah itu, perhatikan jenis makanan yang dikonsumsi, salah satunya tetap memasukkan karbohidrat. Khususnya yang kompleks karena mengandung serat. Karbohidrat kompleks seperti nasi merah, nasi putih ditambah agar-agar, oatmeal, sereal, kentang dengan kulitnya tetapi pastikan bersih karena kulit bisa membantu menambah serat dan roti gandum.

Setelah itu penuhi kebutuhan hewani sebagai sumber protein yang adekuat karena berkaitan dengan imunitas. Protein dari hewani seperti seperti ikan, ayam, telur, daging sapi, serta lauk nabati misalnya tempe, tahu maupun kacang-kacangan.
"Dengan perbandingan lebih tinggi asupan protein hewani daripada lauk nabati 2:1," saran Elfina. (*)
Baca juga:
Bagikan
Berita Terkait
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong

Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat

Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular

Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran

Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar

Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional

Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa

Periksakan ke Dokter jika Vertigo Sering Kambuh Disertai Gejala Lain, Bisa Jadi Penanda Stroke

Iuran BPJS Kesehatan Bakal Naik, Alasanya Tambah Jumlah Peserta Penerima Bantuan Iuran
