Mainkan Isu PKI, Gatot Nurmantyo Dinilai Tengah 'Jualan' Politik dan 'Playing Victims'

Angga Yudha PratamaAngga Yudha Pratama - Jumat, 25 September 2020
Mainkan Isu PKI, Gatot Nurmantyo Dinilai Tengah 'Jualan' Politik dan 'Playing Victims'

Gatot Nurmantyo. (Foto: MP/Instagram @nurmantyo_gatot)

Ukuran:
14
Font:
Audio:

Merahputih.com - Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo tengah jadi sorotan. Hal ini karena ia mengungkit pencopotan dirinya tak berselang lama setelah membuat program wajib menonton film pemberontakan G30S/PKI.

Pengamat politik Karyono Wibowo menilai, propaganda isu komunis dan PKI ini adalah propaganda usang yang terus digaungkan ke tengah-tengah publik dari masa ke masa.

"Tak terkecuali film tentang G 30 S PKI versi orde baru yang kontroversial itu tak jarang dijadikan alat propaganda untuk menarik simpati publik. Di sisi lain digunakan untuk menjatuhkan lawan politik," jelas Karyono kepada Merahputih.com di Jakarta, Jumat (25/9).

Baca Juga:

PDIP Sebut Tudingan Gatot Nurmantyo Berpotensi Pecah Belah Bangsa

Karyono menyebut, jika benar pernyataan Gatot Nurmantyo yang mengaku diberhentikan menjadi panglima karena memutar film G 30 S PKI maka patut diduga, Gatot sedang memainkan gaya politik "playing victim".

Ia tengah membangun opini publik seolah menjadi pihak yang teraniaya. Di sisi lain, pernyataan Gatot yang meminta agar film G 30 S PKI produksi pemerintah orde baru diputar kembali merupakan strategi propaganda yang dijadikan "jualan" untuk mendapatkan keuntungan dan manfaat politik (political benefits).

"Dengan propaganda ini diharapkan dapat membangun empati dan simpati;" ungkap Gatot.

"Gaya politik Gatot yang getol menggunakan narasi komunis dan PKI mirip gaya politik orde baru yang gemar "jualan" isu komunis/PKI;" tambah dia.

Karyono menganggap, langkah Gatot ini terkesan sulit laku karena momentumnya sudah lewat. "Propaganda menggunakan narasi komunis/PKI tidak sama kondisinya ketika Orde Baru menggunakan narasi ini karena momentumnya tepat," jelas Karyono.

Selain itu, propaganda isu komunis/PKI sudah tidak efektif untuk menaklukkan lawan politik. Hal itu teruji ketika isu tersebut digunakan guna membendung laju dukungan PDI Perjuangan dan Joko Widodo dalam beberapa kali pemilu.

"Propaganda isu komunis/PKI terbukti tidak mampu menaklukkan lawan politik yang diserang dengan isu tersebut," jelas Direktur Indonesia Public Institute ini.

Presiden Jokowi bersama Gatot Nurmantyo
Presiden Jokowi bersama Gatot Nurmantyo (Foto: Biro Pers Setpres)

Karyono melihat, pihak yang terus menerus menggunakan isu komunis dan PKI sebagai propaganda politik untuk tujuan berkuasa adalah kelompok yang tidak mau belajar dari kegagalan.

"Mereka kurang kreatif dan inovatif dalam membuat propaganda yang lebih efektif dan simpatik," tutur Karyono.

Gatot Nurmantyo berbicara soal perintah menonton film 'G30S/PKI' dalam channel YouTube Hersubeno Point seperti dikutip pada Rabu (23/9). Gatot Nurmantyo mulanya menyinggung berita pada 2017 soal generasi muda tidak percaya adanya PKI.

Gatot pun berbicara soal arahannya untuk menonton film 'G30S/PKI' untuk memberi peringatan ketika dia menjabat Panglima TNI. Gatot lalu mengaitkan arahan ini dengan pergantian Panglima TNI.

Baca Juga:

PDIP: Pergantian Gatot Tak Ada Hubungan Dengan Perintah Nobar Film G30S/PKI

"Pada saat saya menjadi Panglima TNI, saya melihat itu semuanya, maka saya perintahkan jajaran saya untuk menonton film G30S/PKI. Pada saat itu, saya punya sahabat dari salah satu partai, saya sebut saja Partai PDI, menyampaikan, 'Pak Gatot, hentikan itu. Kalau tidak, pasti Pak Gatot akan diganti'," kata Gatot.

"Saya bilang terima kasih, tapi di situ saya gas karena ini adalah benar-benar berbahaya. Dan memang benar-benar saya diganti," sebut Gatot. (Knu)

#Gatot Nurmantyo
Bagikan

Berita Terkait

Bagikan