Mahfud MD Ikut Rebutan Gunungan Grebeg Keraton Yogyakarta


Mahfud MD Ikut Rebutan Gunungan Grebeg Keraton Yogyakarta (Foto: Teresa Ika)
DALAM rangka memperingati Idul Adha, keraton Yogyakarta menggelar Kirab Gunungan Grebeg Besar Keraton Yogyakarta pada Senin 12 Agustus 2019. Pemandangan berbeda nampak pada prosesi kirab tahun ini, mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD turut mengambil gunungan grebeg keraton Yogyakarta. Maklum saja. Mahfud adalah salah satu anggota Parampraja (penasihat) Gubernur DIY. Mahfud MD berpartisipasi dalam prosesi adat tersebut di Kantor kepatihan Gubernur DIY.
Beliau hadir di Kantor kepatihan sejak pagi dengan menggunakan busana tradisional Yogyakarta yakni Surjan dan blangkon. Anggota Watimpres ini bertindak mewakili Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X menerima sebuah gunungan Grebeg Besar dari raja Yogyakarta.
Baca juga:
Tradisi Unik Menyambut Idul Adha di Berbagai Daerah Indonesia
"Saya hadir dengan pakaian kayak gini (yaitu) pakaian tradisional Jawa karena itu adalah upacara keagamaan yang berbasis budaya Islam,” tutur Mahfud ditemui usai gelaran Grebeg Idul Adha (Grebeg Besar) di Kantor Kepatihan, Senin (12/8/2019).

Usai menerima gunungan Grebeg, Mahfud kemudian mengambil hasil bumi dari dalam gunungan. Ia merasa bangga bisa berpartisipasi melestarikan budaya asli Indonesia ini. Menurutnya prosesi Grebeg unik lantaran hanya terdapat di daerah Yogyakarta, Solo dan Jawa Tengah.
Dalam prosesi ini ada percampuran antara agama Islam dengan budaya Jawa. Salah satu pencampuran ini terlihat dari pakaian para pengawal dan penerima Grebeg yang menggunakan busana tradisional Jawa.
Berislam itu tidak harus pakai Koko karena Koko juga berasal dari Cina. Itu budaya Cina bukan budaya Islam, lebih bagus kita pakai tidak harus gamis juga. Ya bisa pakai kayak gini (surjan),"kata dia.
Baca juga:
Sama Enak, Ternyata Gudeg Yogyakarta, Solo, dan Semarang Punya Perbedaan
Mahfud melihat Islam berkembang dengan baik dan menyatu dengan budaya Yogyakarta. Di samping itu, Islam juga sudah dilaksanakan syariat-syariatnya oleh penduduk dan dikombinasikan dalam variasi tampilannya tanpa menghilangkan akidah keislaman dalam keseharian.
Dalam prosesi tahun ini ada 7 buah gunungan yang berasal dari hasil bumi diarak oleh ratusan bregodo/prajurit Keraton Ngayogyakarto Hadiningrat menuju ke beberapa titik.
Lima gunungan diarak menuju ke Masjid Kauman yang berada di sisi barat Alun-alun Utara Yogyakarta. Sementara, satu gunungan lainnya diarak hingga ke Kantor Gubernur di Kompleks Kepatihan, dan satu gunungan lagi diarak ke Kadipaten Pakualaman di Jalan Sultan Agung.
Aritkel ini ditulis berdasarkan laporan Teresa Ika, reporter dan kontributor merahputih.com untuk wilayah Yogyakarta dan sekitarnya.
Baca juga:
Bagikan
Ananda Dimas Prasetya
Berita Terkait
Polisi Diminta Usut Tuntas Kematian Mahasiswa Amikom, Bonnie Triyana: Tidak Ada Alasan yang Membenarkan Kekerasan Aparat Terhadap Pengunjuk Rasa

Pesisir Medan Berpotensi Banjir 22-28 Agustus, Hujan Lebat Akan Guyur DIY

Saat Libur Peringatan HUT ke-80 RI, Daop 6 Yogyakarta Alami Kenaikan Penumpang 5,5 Persen

Tradisi Yaa Qowiyyu Klaten, Ribuan Warga Berebut Gunungan Apem

85.792 Wisatawan Mancanegara Naik Kereta Api Selama Juli 2025, Yogyakarta Jadi Tujuan Tertinggi

Viral, Driver Ojol Dikeroyok karena Telat Antar Kopi, Ratusan Rekan Geruduk Rumah Customer

Film Dokumenter 'Jagad’e Raminten': Merayakan Warisan Inklusivitas dan Cinta dari Sosok Ikonik Yogyakarta

Libur Panjang, KAI Commuter Yogyakarta Tambah 4 Perjalanan Jadi 31 Trip Per Hari

Heboh Kasus Mafia Tanah Mbah Tupon, Nama Tersangka Penyerebot Sudah di Kantong Polisi

Tradisi Murok Jerami Desa Namang Resmi Diakui Jadi Kekayaan Intelektual Khas Indonesia
