Lukisan, Harapan, dan Kebaikan: Ekspresi Tulus Pelukis Gadis Dharsono di Pameran 'Joy in Color'

Gadis Dharsono buka pameran lukis pertama. (Foto: dok/Gadis Dharsono)
MerahPutih.com - Suasana di Institut Français Indonésie (IFI) Wijaya, Jakarta Selatan, berubah menjadi lautan warna yang memikat. Dinding-dindingnya tak lagi kosong, melainkan dipenuhi oleh 77 karya lukisan yang menyambut setiap langkah pengunjung pada pembukaan pameran hari Jumat (11/7). Warna-warna cerah seolah menghidupkan ruangan, menyampaikan cerita tanpa kata-kata.
Di balik tiap goresan kuas yang tampak spontan namun sarat makna, ada tangan lembut dan penuh ketekunan dari Gadis Dharsono, seorang pelukis disabilitas yang menuangkan sudut pandangnya terhadap dunia ke dalam kanvas.
Lukisan-lukisannya bukan sekadar visual—mereka adalah fragmen pengalaman personal, pandangan jujur terhadap kehidupan, yang diolah dengan imajinasi liar dan perasaan mendalam.
Beragam objek menjadi subjek dalam karyanya: bangunan, rumah, Menara Eiffel, kucing, manusia, lanskap, bunga, hingga ikan—semuanya hadir dalam satu benang merah: kejujuran dan ekspresi bebas.
Baca juga:
Pameran Lukisan Digital bertajuk Indonesia Dalam Sketsa: Basoeki Abdullah
Gaya visual Gadis dikenal eksploratif, intuitif, serta penuh keberanian dalam penggunaan warna dan garis. Setiap lukisan menyimpan energi mentah yang membuatnya terasa hidup dan emosional.
Pameran tunggal perdananya diberi judul 'Joy in Color; Keceriaan dalam Ekspresi Tanpa Batas', adalah sebuah penegasan bahwa keterbatasan fisik tidak membatasi semangat berkarya.
Dalam kesempatan itu, sang ibu, Poppy Dharsono—perancang busana ternama—mengungkapkan kekagumannya terhadap semangat sang putri.
“Gadis punya hasrat besar dalam melukis. Dari dirinya, saya belajar bahwa ekspresi tak harus sempurna. Menunjukkan diri apa adanya adalah bentuk seni paling tulus,” ucap Poppy, menyentuh hati banyak yang hadir.
Baca juga:
Lukisan Kesibukan Jalanan Jakarta dalam Pameran Tunggal Emte ‘REST.LESS.NEST: Life in a Megacity’
Proses penciptaan tiap karya tidaklah mudah. Gadis membutuhkan waktu satu hingga dua bulan untuk menyelesaikan satu lukisan. Mengangkat kuas pun menjadi tantangan tersendiri baginya—seolah sedang mengangkat beban lima kilogram—akibat keterbatasan fisiknya.
Namun semangat Gadis tak surut. Tak hanya mempersembahkan karyanya kepada publik, ia juga menetapkan niat mulia: seluruh hasil penjualan lukisannya akan didedikasikan untuk membantu penyandang disabilitas lain yang lebih membutuhkan.
Pameran 'Joy in Color' berlangsung dari 11 hingga 26 Juli 2025 di ruang galeri IFI Wijaya, menghadirkan bukan hanya karya seni yang indah, tapi juga semangat tanpa batas dari seorang perempuan yang menjadikan lukisan sebagai cara untuk bersuara—dengan warna, kejujuran, dan cinta. (far)
Bagikan
Berita Terkait
Resmi Ditutup, ini 5 Galeri di Art Jakarta 2025 yang Menarik Perhatian Pengunjung

Antara Alam dan Modernitas: Konsep Unik VIP Lounge Art Jakarta 2025

Dari Paris ke Bali, Pameran ‘Light and Shadow Inside Me’ Eugene Kangawa Siap Jadi Koleksi Permanen di Eugene Museum 2026

Art Jakarta 2025 Tampilkan 75 Galeri dari 16 Negara, Kembali Bawa Segmen Unggulan

JICAF 2025: Pameran Ilustrasi Terbesar di Indonesia Hadirkan Pengalaman Seni 'New Heights'

Dari Bali hingga Korea, Art Jakarta 2025 Hadirkan Arus Baru Seni Kontemporer

Solo International Performing Arts 2025 Diramaikan 9 Negara, Perkuat Posisi sebagai Kota Budaya Dunia

Mengenang Pramoedya Ananta Toer lewat 'Bunga Penutup Abad'
Ruang Seni Portabel Pertama Hadir di Sudirman, Buka dengan Pameran ‘Dentuman Alam’
ArtMoments Jakarta 2025 Tampilkan 600 Seniman dan 57 Galeri, Angkat Tema 'Restoration'
