Lubang Intip Jadi Solusi Aman Nonton Pertunjukan Teater selama Pandemi


Lubang intip jadi cara baru untuk menikmati sebuah pertunjukan dengan cara yang aman selama pandemi. (Foto: Twitter/@mo_on_light_)
SALAH satu hal yang berubah setelah pandemi COVID-19 melanda adalah mengenai bagaimana cara kita menikmati seni. Tempat pertunjukan terpaksa tutup pintu karena mengumpulkan banyak orang di satu tempat yang sama berisiko menularkan virus. Oleh sebab itu, pegiat seni akhirnya putar otak cari solusi terbaik untuk menghidupkan kembali pertunjukan yang sempat mati suri.
Bukan dengan virtual seperti yang sudah umum terjadi belakangan ini, perusahaan seni pertunjukkan asal Nagoya muncul dengan sebuah ide unik. Bahkan bisa dibilang cukup kreatif.
Alih-alih membangun tempat pertunjukkan biasa, Tsukiakari Movement Theater menciptakan panggung bundar yang dikelilingi bilik-bilik kecil. Jadi kalau biasanya penampil ditonton dari depan panggung, kini penonton disuguhkan dengan pertunjukan 360 derajat karena venue berbentuk lingkaran.
Baca juga:
Unik, di Pameran ini Pengunjung Bisa Mencuri Karya Seni yang Dipajang

Mengutip laman Sora News 24, panggung bernama Peeping Gardern ini dilengkapi dengan 30 bilik. Setiap bilik menghadap sebuah pintu setinggi 199cm dan selebar 99cm yang masing-masingnya disertai dengan lubang intip dan lubang surat.
Penonton dapat menyaksikan pertunjukan melalui lubang intip tersebut. Untuk menjaga keamanan serta mematuhi physical distancing, sisi samping kiri dan kanannya dibatasi sekat-sekat setinggi pintu.
Nobuyoshi Asai, salah satu anggota rombongan seni pertunjukkan Tsukiakari berharap inisiatif ini bisa jadi salah satu bentuk panggung kenormalan baru. Harapannya, tamu dapat merasa aman ketika menonton pertunjukkan.
Ada alasan mengapa pihak perusahaan menggunakan pintu dengan lubang intip. Sebenarnya pintu tersebut bisa dengan mudah diganti dengan kaca bening untuk memberikan pemandangan yang lebih baik.
Namun, hal ini menghilangkan esensi yang hendak disampaikan. Justru lubang intip yang sempit menambah daya tarik unik bagi pengunjung.
Baca juga:

Mahasiswa arsitektur Universitas Meijo, Kazuki Ishikawa, orang membantu merancang pintu mengatakan bahwa mereka telah melakukan banyak percobaan dengan berbagai lubang untuk menentukan pilihan terbaik.
Akhirnya, mereka menemukan bahwa bukaan kecil sebenarnya memberikan tampilan yang lebih baik sampai ke ujung-ujung panggung daripada kaca biasa. Melalui lubang intip, jangkauan penglihatannya menjadi lebih luas sehingga pertunjukkan yang ditonton akan lebih terlihat.
Salah satu penonton yang mencoba lubang intip itu mengaku mendapatkan pengalaman baru. "Menonton pertunjukan melalui pembukaan kecil adalah cara baru yang benar-benar segar. Itu membuatku bisa melihat lebih dekat dari biasanya," ujar Ishikawa pada Mainichi Shimbun.

Tidak hanya bagi pengunjung, panggung bundar ini beri sensasi baru buat para penampil. "Meskipun saya tidak bisa melihat penonton, itu adalah perasaan yang berbeda karena saya bisa membenamkan diri dalam pertunjukkan," tutur penari berusia 15 tahun, Yura Sugiura.
Kerennya lagi, Peeping Garden ini mudah dilepas pasang sehingga bisa berpindah-pindah. "Pintunya ringan dan dapat direduksi menjadi bagian-bagian individu, jadi saya ingin membawa panggung kami dalam tur keliling negeri," terang Asai.
Pada kenyataannya, sesuai dengan namanya, Tsukiakari Movement Theater memang sudah berkeliling Aichi dengan panggungnya. Pada Desember 2020, mereka mendirikan panggung bundarnya di Rumah Dansa Nagoya Oukin. Kemudian memindahkannya ke Balai Warga Kota Komaki sebulan kemudian. Di Februari 2021, mereka akan membuka pertunjukkan baru di Balai Budaya Buruh Chitashi. (sam)
Baca juga:
Bagikan
Berita Terkait
Mengenang Pramoedya Ananta Toer lewat 'Bunga Penutup Abad'
Kota di Jepang Usulkan Batasan Penggunaan Ponsel Dua Jam Sehari

Lirik Crystalline Echo dari TENBLANK Gambarkan Cinta dan Luka

Mengintip Sesi Latihan Jelang Pementasan Teater Bertajuk Bunga Penutup Abad

Karyawan Palsukan Tanggal Kedaluwarsa, Jaringan Ritel Jepang Hentikan Penjualan Onigiri

Jelang Pertunjukan Teater Bertajuk Bunga Penutup Abad di Jakarta

Grass Wonder Wafat di Usia 30, Kuda Ikonik di Balik Karakter Umamusume

Teater Koma Bawa Karakter Punokawan Melintasi Ruang dan Zaman dalam Pertunjukan 'Mencari Semar'

Jelang Pementasan Teater Mencari Semar Angkat Cerita Tradisi Punakawan yang Futuristik

Peringatan Tsunami Terdengar, Pekerja Pembangkit Fukushima Jepang Segera Dievakuasi
