LAKON Indonesia Dorong Perbaikan Kualitas Pendidikan Vokasi Tata Busana


(foto: Merahputih.com/Tika Ayu)
MERAHPUTIH.COM - BERBEKAL ilmu yang didapat dari sekolah vokasi tata busana, tak sedikit lulusannya langsung percaya diri meluncurkan jenama sendiri. Sayangnya, ilmu tata busana di sekolah vokasi saja tak cukup. Mengelola sebuah jenama butuh pengalamannya di bidang yang bersangkutan. Pengalaman nan minim membuat pada akhirnya banyak jenama yang tumbang.
Founder LAKON Indonesia Thresia Mareta mengatakan sangat penting memperhatikan keberadaan sekolah vokasi bidang tata busana ini. Ia mengatakan masih banyak diperlukan perbaikan di dalam instansi pendidikan.
"Saya beberapa kali dari LAKON Indonesia menerima kunjungan dari beberapa sekolah vokasi dalam bidang fesyen. Sebenarnya, dari tingkat pendidikan, hal seperti ini bisa diperbaiki kualitasnya. Jika diperbaiki kualitasnya, Indonesia pastinya juga akan membaik," katanya saat berbicara di acara Jakarta Food and Fashion Festival (JF3) yang digelar di Summarecon Mall Serpong, Rabu (31/7).
Ia mengatakan sekolah vokasi memang ada praktiknya, tapi praktik-praktik di sekolah tersebut tak menjamin lulusan langsung siap kerja. Situasinya juga jauh berbeda ketika memasuki industri yang sebenarnya.
Baca juga:
LAKON Indonesia Berikan Kenyamanan dan Etika di Koleksi 'Pasar Malam'
"Misalnya magang, itu enggak bisa benar-benar sampai ke dalam dia mengertikan untuk menjalankan semuanya," katanya.
Meski begitu, kata Thresia, tidak ada masalah dengan lulusan vokasi langsung memiliki jenama sendiri. Namun, faktor kegagalannya jadi lebih besar karena, menurut Thresia, untuk bertahan di industri fesyen seseorang harus cukup pengalaman.
"Saya mendengar juga bahwa pilihan anak-anak yang lulus SMK lebih baik bikin jenama sendiri gitu. Bikin jenama itu enggak salah juga. Namun, saya berharap, untuk membangun satu jenama yang kuat dan punya masa hidup yang panjang, itu butuh pengalaman," katanya.
Thresia menyarankan para lulusan vokasi untuk lebih baik mencari pengalaman kerja terlebih dahulu sebelumnya akhirnya memilih untuk membuat atau memiliki jenama sendiri. Ia mengatakan sebetulnya tenaga kerja dengan lulusan kompetensi seperti vokasi itu sangat dibutuhkan, terlebih lagi di bidang fesyen.
"Karena di tempat-tempat produksi ini membutuhkan tenaga menjahit kan. Simple. Sesederhana itu. Jika kualitas pendidikan yang pekerja dapatkan selama sekolah baik, itu akan mendorong perbaikan kualitas produk pula," tutupnya.(tka)
Baca juga:
Bagikan
Tika Ayu
Berita Terkait
Giorgio Armani Meninggal Dunia, Selebritas Kenang sang Ikon Fesyen sebagai Legenda

Desainer Legendaris Italia Giorgio Armani Meninggal Dunia

Chloe Malle Resmi Diumumkan sebagai Pengganti Anna Wintour Pimpin Vogue

Moscow Fashion Week Perkuat Relasi dengan Indonesia

Sepatu Nyaman Jadi Tren, Bisa Dipakai di Segala Acara

ASICS Gel Cumulus 16 Dukung Gerak Aktif dalam Balutan Gaya, Dilengkapi Teknologi Terkini untuk Kenyamanan Pengguna

The Best Jeans For Every Body: Koleksi Denim Terbaru UNIQLO Hadir Lebih Lengkap

Tampil di BRICS+ Fashion Summit in Moscow, Indonesia Soroti Industri Manufaktur Berkelanjutan

Adidas Indonesia Rayakan Keberagaman Lewat FW25 Island Series Indonesia Graphic Tees, Bawa Semangat ‘Satu Nusa Satu Bangsa’

Plaza Indonesia Fashion Week 2025: Surat Cinta untuk Mode Lokal
