Kue Pariwisata Kini Tidak Hanya Jatah Para Pengusaha


Pesawat Korean Air berada di apron Lombok International Airport (LIA) di Praya, Lombok Tengah, NTB, Sabtu (29/7). (ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi)
MerahPutih.Com - Anggapan bahwa hanya pengusaha atau pemain besar yang bisa menikmati kue pariwisata sudah tidak berlaku lagi di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Masyarakat biasa, mulai dari nelayan sampai buruh panggul sudah bisa menikmati ‘kue pariwisata’.
Berkembangnya industri pelancongan di Provinsi Nusa Tenggara Barat membuka peluang kepada masyarakat, termasuk di perdesaan untuk mengais rezeki kendati sekadar membuka usaha kecil-kecilan atau buruh panggul.
Di sejumlah kawasan pesisir, Kabupaten Lombok Utara, kini tumbuh usaha pengangkutan barang dengan perahu menuju objek wisata tiga gili (pulau kecil) Trawangan, Meno, dan Gili Air.
Setiap hari berbagai jenis barang, termasuk material bahan bangunan, diangkut dengan perahu ke objek wisata bahari tiga gili yang ramai dikunjungi wiwatawan mancanegara maupun nusantara itu.
Kawasan pesisir di Lombok Utara yang ramai dengan aktivitas pengangkutan barang, antara lain, Pantai Teluk Nara, Pelabuhan Bangsal, dan Pantai Tembobor di Kecamatan Pemenang.
Berbagai jenis barang yang diangkut untuk memenuhi kebutuhan hotel dan restoran di Gili Trawangan, Meno, dan Gili Air, antara lain, air mineral dan sayur-sayuran.
Tidak hanya itu rumput untuk pakan ternak di objek wisata tiga gili didatangkan dari pesisir pantai Tembobor. Pasalnya, di pulau kecil tersebut warga yang memelihara ternak mengalami kesulitan mendapatkan rumput untuk pakan ternak.
Sebagaimana dilansir Antara, para kusir (sais) cidomo (sejenis angkutan perdesaan di Lombok) membeli rumput untuk pakan kuda penarik ciodmo dengan harga relatif cukup mahal dari luar tiga gili.
Kemajuan industri pelancongan di "Bumi Gora" ini mulai dirasakan oleh masyarakat perdesaan, terutama yang tinggal di kawasan pesisir, kendati hasilnya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Lalu Hadir (45), warga Dusun Tembobor, Desa Pemenang Timur, Lombok Utara yang sehari-hari mengangkut barang dengan perahu ke objek wisata tiga gili mengaku mendapatkan upah yang lumayan, cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari bersama keluarga.
Pada musim ramai muatan, dia mendapatkan upah Rp100 ribu hingga Rp200 ribu per hari dari pemilik perahu. Ini cukup untuk memenuhi kebutuhan setiap hari.
Kendati bekerja sebagai buruh perahu, Hadir mampu menghidupi keluarga, bahkan bisa membeli sepeda motor secara kredit.
Hal senada disampaikan Amaq Odok (55) yang menjadi ketua puluhan buruh pengangkut material bangunan di Pantai Tembobor.
Dari hasil mengangkut material bangunan dan barang lainnya, dia mendapatkan upah Rp75 ribu hingga Rp100 ribu/orang/hari.
Sejatinya dampak kemajuan pariwisata juga mulai dirasakan buruh panggul barang di pesisir Pantai Tembobor yang sebagian besar kaum ibu.
Raden Ardi (45), warga Dusun Tembobor yang sehari-hari menjual rumput untuk pakan kuda penarik cidomo di tiga gili juga mengaku mendapatkan berkah dari kemajuan pariwisata.
Menjual rumput di objek wisata tiga gili, menurut dia, cukup menguntungkan karena harga pakan kuda di objek wisata bahari tersebut cukup mahal, mencapai Rp60 ribu s.d. Rp70 ribu/karing.
Setiap hari dia bisa menjual 15 -20 karung. Keuntungan yang diperoleh juga relatif lumayan, cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari bersama keluarga.
Pengakuan sejumlah warga pesisir itu merupakan contoh kecil dari dampak kemajuan pariwisata di NTB. Sejatinya masyarakat kecil sudah merasakan "kue pariwiata" meski sebatas untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Kemajuan industri pelancongan di bumi "Seribu Masjid" telah terbukti membuka peluang usaha. Tempat makan dengan menu ikan bakar kini menjamur di sepanjang pesisir pantai, antara lain, di Nipah, Kecamatan Pemenang.
Industri kreatif dan toko penjual oleh-oleh atau berbagai suvenir di Pulau Lombok, terutama di Kota Mataram setiap hari ramai dikunjungi wisatawan yang menggunakan bus pariwisata dari Pulau Jawa.(*)
Bagikan
Berita Terkait
Penyegelan Pulau Reklamasi di Perairan Gili Gede Lombok Tunggu Hasil Observasi Lapangan

Cerah Bebas Abu Lewotobi, Bandara Lombok Tetap Batalkan Penerbangan Demi Keselamatan

Gempa Guncang Lombok Tengah, Bangunan di Wilayah Denpasar Ikut ‘Bergoyang’

Kisah Chaim Joel Fetter Sediakan Pusat Kesejahteraan Anak di Sumbawa, Menunggu Uluran Bantuan Tempat Tidur

Jadi Rp 200 Ribu per Kg, Harga Cabai Rawit Lombok Tengah Meroket Rp 100 Ribu Selama 3 Hari Puasa

Berhasil Kabur, Tersangka Korupsi Proyek Gunung Tunak Belum Berstatus Buron

Pelita Air Buka Penerbangan Jakarta-Lombok Jelang MotoGP Indonesia 2024

Destinasi Wisata Alam di Indonesia, Terbaik di Dunia

Seorang Warga Asal Lombok Ditemukan Meninggal di Reruntuhan Gedung Turki
