Kontroversi Asal-usul Masyarakat Baduy dan Wahanten Girang

Zulfikar SyZulfikar Sy - Selasa, 03 Januari 2017
Kontroversi Asal-usul Masyarakat Baduy dan Wahanten Girang

Tetua masyarakat adat Baduy di Kampung Gajeboh, Baduy Luar. (MP/Ctr)

Ukuran:
14
Audio:

MerahPutih Tradisi - Baduy, masyarakat adat Sunda yang bermukim jauh di selatan Kabupaten Lebak, memiliki kontroversi mengenai asal usul nenek moyangnya. Satu versi berdasarkan pendapat para ilmuwan, versi lain berdasarkan pendapat masyarakat adat itu sendiri.

Menurut buku "Ragam Pusaka Budaya Banten," yang diterbitkan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banten pada masa kepemimpinan Moh Ali Fadillah, yang bersandar pada Babad Banten, sejumlah penduduk Wahanten Girang yang tidak bersedia masuk Islam melarikan diri ke pegunungan selatan yang sampai sekarang dihuni oleh keturunan mereka yaitu orang Baduy.

"Kenyataan ini didukung kebiasaan orang Baduy berziarah ke Banten Girang (Wahanten Girang)," demikian catatan sejarah pemerintah daerah tersebut.

Pendapat di atas juga senada dengan pendapat penjaga makam Ki Agus Ju dan Ki Mas Jong, tokoh cikal bakal Kesultanan Banten. Keduanya menuliskan sejarah singkat Kesultanan Banten di dinding kompleks makam tersebut, bahwa masyarakat Baduy merupakan penduduk Wahanten Girang, termasuk rajanya Prabu Jaya Dewata (Prabu Pucuk Umun) yang tidak bersedia untuk masuk Islam. Mereka melarikan diri ke wilayah gunung Kendeng tersebut yang merupakan hulu dari Sungai Cibanten.

Kompleks peninggalan wilayah Wahanten Girang berupa bekas-bekas kota pra-industri tersebut dapat kita temui di Kampung Telaya, Desa Sempu, Kota Serang. Pendapat-pendapat yang menyatakan bahwa orang Baduy berasal dari Wahanten Girang tersebut juga menyebutkan bahwa Wahanten Girang merupakan Kerajaan Sunda di mana coraknya adalah kerajaan Hindu-Budha.

Sementara itu, masyarakat Baduy sendiri menolak disebut sebagai keturunan orang-orang pelarian dari Wahanten Girang. Mereka mengaku sebagai keturunan Batara Cikal (Dewa Pertama) dari tujuh Batara yang diturunkan ke muka bumi. Sedangkan agamanya adalah Sunda Wiwitan. Wiwitan berarti asli, alias asal, alias pokok, alias jati.

"Kami mah ti awal mula karuhun turun ka dunya geh geus aya di dieu (kami ini sudah ada sejak leluhur kami diturunkan ke bumi, di sini)," terang Jamal salah satu warga Kampung Cicakal, Baduy Luar kepada merahputih.com. (Ctr)

Berita terkait masyarakat adat Baduy dibaca di sini Tradisi Seba Masyarakat Baduy

#Suku Baduy #Kesultanan Banten
Bagikan
Ditulis Oleh

Zulfikar Sy

Tukang sihir

Berita Terkait

Indonesia
Di Kawasan Adat Baduy Tidak Akan Berdiri Koperasi Merah Putih, Ini Kendalanya
Di Desa Kanekes, Banten, wilayah tempat tinggal masyarakat adat Baduy, kendala utama yang ditemukan adalah perbedaan budaya dan isu terkait administrasi kependudukan.
Alwan Ridha Ramdani - Kamis, 10 Juli 2025
Di Kawasan Adat Baduy Tidak Akan Berdiri Koperasi Merah Putih, Ini Kendalanya
Lifestyle
Desainer Syukriah Rusydi Tampilkan Kain Khas Baduy Jawa di Moscow Fashion Week
Desainer Syukriah Rusydi menampilkan koleksinya di Moscow Fashion Week. Ia membawa kain khas Baduy dalam gelaran tersebut.
Soffi Amira - Minggu, 23 Maret 2025
Desainer Syukriah Rusydi Tampilkan Kain Khas Baduy Jawa di Moscow Fashion Week
Tradisi
Jamang Sangsang, Pakaian Adat Pria Suku Baduy Dalam
Baju adat ini menjadi ciri khas masyarakat karena warna dan desainnya yang sederhana.
Dwi Astarini - Jumat, 26 Juli 2024
Jamang Sangsang, Pakaian Adat Pria Suku Baduy Dalam
Indonesia
Alasan Akses Internet di Wilayah Suku Baduy Dalam Diputus
Pasalnya, Kementerian Komunikasi dan Informatika dan operator memutuskan layanan internet di wilayah Desa Ulayat Badui, Kabupaten Lebak, Banten.
Andika Pratama - Rabu, 11 Oktober 2023
Alasan Akses Internet di Wilayah Suku Baduy Dalam Diputus
Tradisi
Kaparupuhan, Kematian pada Suku Baduy
Pada suku adat Baduy, kematian disebut dengan Kaparupuhan.
P Suryo R - Rabu, 18 Januari 2023
Kaparupuhan, Kematian pada Suku Baduy
Bagikan