Terapi Hydroxychloroquine pada Pasien COVID-19 Tingkatkan Risiko Kematian


(Foto: madscape)
PRESIDEN Amerika Serikat Donald Trump berulang kali memuji obat antimalaria ampuh mengatasi COVID-19. Namun, penelitian berskala besar terhadap hampir 100 ribu pasien menemukan hal yang berbeda. Terapi hydroxychloroquine ternyata meningkatkan risiko kematian secara signifikan.
Penelitian yang dipublikasikan jurnal Lancet menyebut, meskipun umumnya aman ketika digunakan untuk indikasi yang disetujui seperti penyakit autoimun atau malaria, keamanan dan manfaat rejimen pengobatan hydroxychloroquine dievaluasi secara buruk dalam COVID-19.
Baca juga:

Dilansir laman Now This, Presiden Trump terus mempromosikan hydroxychloroquine sebagai pengobatan 'penyembuhan' potensial untuk virus corona. Namun, pejabat kesehatan, termasuk dokter penyakit menular nasional Anthony Fauci telah berulang kali membantahnya.
Presiden bahkan menegaskan ke banyak orang yang merasa skeptis bahwa ia sendiri telah menggunakan obat antimalaria awal pekan lalu.
Baca juga:

Dalam sebuah studi observasional yang diterbitkan pada Jumat (22/5), data dari 96.032 pasien COVID-19 di enam benua menunjukkan fakta berbeda. Sebanyak 14.888 peserta menerima obat yang meliputi hidroksikloroquin, kloroquin, dan antibiotik makrolida, sedangkan 81.144 tidak. Para peneliti menemukan bahwa mereka yang menerima pengobatan memiliki peningkatan risiko kematian dan mengembangkan aritmia jantung atau detak jantung tidak teratur.
Ahli jantung dan Direktur Scripps Research Translational Institute Eric Topol mengatakan kepada Washington Post bahwa Satu hal ini tidak memberikan manfaat. Ini menunjukkan bahaya yang berbeda. "Jika ada harapan untuk obat ini, ini adalah kematiannya," ujar Topol.
Karena penelitian ini merupakan penelitian observasional, penelitian ini tidak dapat memberikan jenis bukti definitif yang dapat diperoleh para ilmuwan dari uji klinis acak. Namun, penulis penelitian masih menyatakan bahwa studi tersebut tidak mengamati manfaat hidroksi kloroquin atau klorokuin jika digunakan sendiri atau dalam kombinasi dengan makrolida pada hasil di rumah sakit, ketika dimulai lebih awal setelah diagnosis COVID-19.
Food and Drug Administration belum menyetujui obat apa pun untuk pengobatan COVID-19 dan telah memperingatkan agar tidak menggunakan hydroxychloroquine di luar uji klinis atau rumah sakit. (lgi)
Baca juga:
Bantu Perangi COVID-19, Fitbit akan Produksi Ventilator untuk Pasien