Kondisi Iklim Bumi Ikut Mempengaruhi Industri Fesyen


Iklim bumi yang mempengaruhi industri fesyen. (Foto: instagram @thexsoloist)
FESYEN merupakan suatu bidang yang tidak bisa dipisahkan dari jati diri manusia. Sebagai sarana untuk mengekspresikan, bahkan melampiaskan diri sendiri, fesyen juga bisa menjadi sumber mata pencaharian, pelarian, bahkan sarana pencarian identitas bagi sebagian orang tertentu.
Makna fesyen sendiri berbeda-beda bagi setiap orang, namun nampaknya berbagai beragam fenomena telah mengubah pandangan berbagai orang mengenai fesyen. Karena fesyen menjadi salah satu faktor terbesar penyebab kerusakan bumi, ternyata minat serta permintaan konsumen item fesyen juga berubah seiring dengan waktu.
1. Fesyen merupakan industri penyebab polusi keenam terbesar di dunia

Tentu telah menjadi pengetahuan umum bagi semua orang bahwa saat ini bumi kita sedang mengalami krisis. World Health Organization (WHO) mengatakan bahwa 92% dari populasi orang di dunia menghirup udara yang telah terkontaminasi oleh polusi tepatnya partikel seperti sulfat, nitrat, amonia, natrium klorida, karbon hitam, debu mineral, dan air. Ini belum termasuk polusi seperti nitrogen oksida atau ozon yang belum diketahui.
Setelah industri yang bergerak di bidang listrik dan panas (24,9%), pertanian (13,8%), transportasi jalan (10,5%), produksi gas dan minyak (6,4%), serta peternakan (5,4%). Fesyen menjadi industri pencemar lingkungan ke-enam terbesar di dunia menurut theguardian.
2. Berubahnya pandangan, sikap, dan pertimbangan konsumen dalam kehidupan konsumtif

Produk sustainable merupakan berbagai barang yang sebisa mungkin bisa memberikan keuntungan pada lingkungan, sosial, maupun ekonomi dan berusaha melindungi dan mempertahankan kesehatan masyarakat dan lingkungan. Produk-produk sustainable juga biasanya telah dipikirkan siklusnya mulai dari ekstrasinya dari bahan baku sampai pembuangan akhir dan terurai.
Dulu, barang-barang yang sustainable belum terlalu menjadi sorotan bagi para konsumen, dibuktikan dari penelitian yang dilakukan oleh Smith Business Insight pada tahun 2014 lalu.
Penelitian ini menunjukkan survey yang hasilnya mengatakan bahwa 99% orang akan membeli produk sustainable jika ada kesempatan. Namun survei ini membuahkan kesimpulan yang terbalik dengan kenyataan. Jika dibandingkan dengan hasil penjualan produk, hanya 15-20% orang yang benar-benar menggunakan barang sustainable.
Menurut pengamatan yang dilakukan oleh Chris Raeburn, desainer asal Inggris yang telah memenangkan berbagai penghargaan seperti British Fashion Award, UK Fashion and Textile Awards, UKFT Awards, yang telah bekerjasama dengan Victorinox, mengatakan bahwa ketertarikan konsumen terhadap produk sustainable sesungguhnya telah meningkat.
Pengetahuan orang-orang tentang barang sustainable semakin meningkat, dan juga ketertarikan orang-orang mengenai barang seperti itu juga semakin meningkat.
Hardy Bleachman, penemu brand streetwear asal London bernama Maharishi juga berpendapat sama. Dia berpendapat bahwa konsumer telah semakin awas dan perduli terhadap planet yang semakin teracuni.
Semakin berubahnya minat beli konsumen, maka tentunya ini menjadi masalah yang krusial bagi para produsen pakaian besar dan para e-commerce di dunia.
3. Industri fesyen harus mulai memproduksi barang sustainable yang tinggi

Memproduksi barang-barang yang full sustainable bukan merupakan hal yang mudah untuk dilakukan. Bagaimana caranya para pabrik perusahaan menemukan supplier yang tepat dengan bahan yang ekuivalen dan sustainable namun tetap mempertahankan harga yang terjangkau.
Menurut Jacob Kampp Berliner, investor dan business developer yang telah berkecimpun di dunia entertaimen mengatakan bahwa permasalahan para pemilik perusahaan pakaian adalah tentang harus memulainya darimana. "Kami tidak ingin menaikkan harga jual, tapi dengan mengganti produksi dan fabrik, kami semakin mendapatkan keuntungan yang tipis."
Salah satu masalah paling utama adalah mencari supplier bahan material yang ramah lingkungan. Problem kebanyakan produsen pakaian, meskipun telah tergolong industri yang besar, adalah minimun pemesanan untuk bahan yang benar-benar bisa di daur ulang 100%.
Kemudian belum lagi membahas tentang kesejahteraan desainer-desainer yang semakin mendapatkan kesulitan karena keuntungan yang semakin menipis.
Kualitas yang baik, harga yang murah, lingkungan yang sedang krisis, dan masalah kesejahteraan para desainer, apakah solusi dari masalah ini?
4. Hanya tersisa waktu 12 tahun lagi untuk bisa mencegah perubahan iklim

Pada Oktober 2018, hasil penelitian dari Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) mengatakan bahwa hanya dalam 12 tahun kedepan kita masih bisa membalikkan efek dari perubahan iklim. Maka dari itu sebagai industri ke-enam yang paling membahayakan planet kita ini, produk sustainable dapat menjadi solusi dengan efek terbesar bagi permasalahan ini.
Perubahan iklim juga telah membuat para brang semakin waspada untuk menjaga lingkungan, mengambil Chanel sebagai contoh. Sarah Ditty, policy director Fashion Revolution mengatakan bahwa sejak bertahun-tahun Chanel tidak pernah membahas mengenai barang yang ramah lingkungan, sampai pada beberapa bulan lalu ketika Chanel mempublikasikan Report to Society.
5. Bagaimana dengan perusahaan mode populer?

Kewaspadaan terhadap lingkungan telah memberikan tekanan bagi perusahaan brand terbesar di dunia. Apakah mereka bisa mendukung lingkungan dengan menghasilkan barang-barang dengan kualitas yang tahan lama, ataukah hanya semata-mata untuk mengikuti tren dengan kualitas yang tergolong biasa saja.
Sesungguhnya produsen pakaian besar dikatakan memainkan peran besar 'menghancurkan' bumi, dan sesungguhnya mereka bertanggung jawab atas penganiayaan hak asasi manusia pada rantai pasokan global. (shn)
Bagikan
Ananda Dimas Prasetya
Berita Terkait
Wondherland 2025: Fashion & Fragrance Festival dengan Pengalaman Belanja Paling Personal

Giorgio Armani Meninggal Dunia, Selebritas Kenang sang Ikon Fesyen sebagai Legenda

Desainer Legendaris Italia Giorgio Armani Meninggal Dunia

Chloe Malle Resmi Diumumkan sebagai Pengganti Anna Wintour Pimpin Vogue

Moscow Fashion Week Perkuat Relasi dengan Indonesia

Sepatu Nyaman Jadi Tren, Bisa Dipakai di Segala Acara

ASICS Gel Cumulus 16 Dukung Gerak Aktif dalam Balutan Gaya, Dilengkapi Teknologi Terkini untuk Kenyamanan Pengguna

The Best Jeans For Every Body: Koleksi Denim Terbaru UNIQLO Hadir Lebih Lengkap

Tampil di BRICS+ Fashion Summit in Moscow, Indonesia Soroti Industri Manufaktur Berkelanjutan

Adidas Indonesia Rayakan Keberagaman Lewat FW25 Island Series Indonesia Graphic Tees, Bawa Semangat ‘Satu Nusa Satu Bangsa’
