Kisah Teh Botol Merebut Pasar Cap Bayi

TEH cap Botol alias Teh Botol. Anda pasti familiar dengan nama ini. Nama yang memiliki kekuatan merek sebagai minuman teh dalam botol.

Lahir di tangan Sosrodjojo pada 1940, Teh Botol semula diproduksi dan dipasarkan dalam bentuk teh seduh dengan merek Teh Cap Botol. Generasi pertama Sosrodjojo ini memulai bisnisnya dari usaha teh wangi berskala industri rumah tangga di Slawi, Jawa Tengah. Produk teh wangi buatan Sosrodjojo merupakan racikan antara teh hijau dan melati.

Semula ia hanya memiliki tiga karyawan di bagian produksi dan enam karyawati di bagian pembungkusan teh. Meski bisnisnya masih berskala industri rumah tangga, Sosrodjojo telah menerapkan konsep pemberian merek (branding). Mudah diucapkan dan diingat menjadi kunci sukses merek Teh Botol.

Di dalam buku bertajuk "Power Branding: Membangun Merek Unggul dan Organisasi Pendukungnya" karya AB Susanto dan Himawan Wijanarko, merek "Botol" dipilih karena pasti sudah dimengerti semua kalangan sehingga tidak akan membingungkan pembeli. Makna botol hanya satu dan setiap keluarga pasti memiliki botol di rumahnya.

Kata "Botol" juga mudah dingat konsumen yang sebagian besar adalah ibu rumah tangga. Agar lebih gampang diingat, Sosrodjojo memasang pula gambar botol pada kemasan Teh Botol. Strategi ini juga memudahkan pembeli yang tidak bisa membaca agar mudah mengenali merek Teh Botol. Terakhir, kata "Botol" tidak berkonotasi dan bercitra negatif.

Dalam waktu setahun, Teh Botol langsung mendominasi pasar teh Slawi, Tegal, Jatibarang dan Brebes. Selain memiliki merek yang kuat, Sosrodjojo juga amat menjaga kualitas minuman yang diproduksinya.

Lirik Jakarta

Dalam menjalankan bisnisnya, Sosrodjojo dibantu anaknya. Sukses dengan penjualan di Slawi dan sekitarnya, generasi kedua ini pun tergelitik untuk merambah pasar Jakarta. Kota Metropolitan ini memiliki potensi pasar besar. Jika merek Teh Botol sudah dikenal di Jakarta, konsumen di daerah lain akan lebih mudah menerimanya.

Akhirnya, generasi kedua Sosrodjojo mulai memasarkan teh wangi cap Botol di Jakarta pada 1950. Persaingan di Ibu Kota ternyata ketat lantaran mereka harus menghadapi pemain terbesar saat itu, teh cap Bayi. Berkat perjuangan keras, teh cap botol berhasil merebut pangsa pasar teh cap Bayi pada 1960-an.

Namun, perjuangan Teh Botol tak bisa berhenti sampai di situ. Banyak pemain teh wangi yang mengincar pasar Jakarta. Akibatnya, keluarga Sosrodjojo harus gencar promosi sembari melebarkan sayap ke Tangerang, Labuan, Karawang, Bogor dan daerah lain di sekitar Ibu Kota.

Program promosi yang dijalankan ialah "Cicip Rasa" agar calon konsumen dan konsumen dapat merasakan secara langsung kualitas teh cap Botol. Lewat program ini, keluarga Sosrodjojo juga ingin meyakinkan mereka kalau Teh Botol memiliki cita rasa yang enak dan bermutu tinggi.

"Cicip Rasa" dilakukan dengan membawa Teh Botol dibawa ke pusat keramaian menggunakan mobil. Untuk mengumpulkan massa, diputarlah lagu. Setelah massa berkumpul, teh pun diseduh. Saat itu, untuk menyeduh teh dibutuhkan waktu 30 menit. Akibatnya, pengunjung tak sabar dan balik arah meninggalkan mobil tanpa sempat mencicipi Teh Botol.

Program tersebut tidak efektif. Akhirnya digunakanlah strategi lain. Sebelum mobil berkeliling, teh telah diseduh terlebih dahulu di kantor. Cara ini ternyata efektif. Pengunjung bersedia mencicipi teh yang telah disiapkan. Kendala lain, banyak teh yang tumpah di perjalanan. Menyiasati problem tersebut, teh yang telah diseduh disimpan dalam botol agar tidak tumpah selama di jalan.

Berawal dari situ, lahirlah Teh Botol Sosro pada 1969. Dan program "Cicip Rasa" pun tetap dijalankan hingga saat ini. Teh Botol Sosro merupakan salah satu produk teh lokal yang berhasil menguasai pasar lewat kekuatan merek. (*)

Simak juga kendala pemasaran teh lokal di kancah internasional pada artikel Liku-Liku Teh Indonesia, Mereknya Belum Dikenal Di Luar Negeri, Setuju?