Keunikan Dompet Badui yang Kian Diminati Hingga Bali, Memiliki Bahan Tenun Khas


Pelaku UMKM membuat kerajinan dompet Badui di Kabupaten Lebak. ANTARA/Mansyur
MerahPutih.com - Permintaan kerajinan dompet tenun Badui di Kabupaten Lebak, Banten semakin diminati hingga menembus Provinsi Bali, karena dinilai memiliki keunikan dari warna dan corak motif khas adat setempat.
"Kita cukup terbantu memasarkan produk dompet tenun khas Badui melalui media sosial," kata Yahya (55) seorang pelaku UMKM kerajinan dompet tenun di Kampung Bangkalok Kabupaten Lebak, yang dikutip dari ANTARA, Minggu (28/1).
Melansir laman ANTARA, produksi dompet tenun Badui tersebut menggunakan bahan baku tenun khas yang berasal dari masyarakat adat setempat, sehingga diminati konsumen.
Permintaan konsumen, selain Jakarta dan daerah lainnya di Jawa Barat juga menembus Provinsi Bali.
Selama ini, ia telah mempromosikan dompet tersebut melalui platform media sosial. Strategi pemasaran tersebut terbukti efektif dalam meningkatkan pendapatan dan memberikan kontribusi pada perkembangan ekonomi lokal.
Baca Juga: Istana Nilai Jokowi Gunakan Baju Adat Badui untuk Hentikan Stigma Negatif
Tidak hanya itu, produksi dompet tenun Badui juga dipasarkan di daerah pariwisata yang menonjolkan budaya Badui. Harga rata-rata untuk satu lusin atau 12 unit dompet tenun Badui adalah sekitar Rp 480 ribu.
"Kami bisa menjual 50 lusin per pekan dengan pendapatan Rp 24 juta," katanya.
Jali (60), seorang pedagang dompet tenun Badui, menyatakan bahwa banyak pelanggan memperoleh dompet tenun Badui dari para wisatawan yang mengunjungi kawasan pemukiman tanah hak Ulayat Adat Seba Budaya Badui. Kelebihan dari dompet tenun ini, selain motif warnanya yang indah dan menarik, adalah bahan pembuatannya yang sangat lembut dan tidak kasar.
"Konsumen lebih nyaman membawa dompet tenun itu," katanya.
Sementara itu, Sekertaris Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Kabupaten Lebak, Imam Suangsa mengatakan pemerintah daerah hingga kini memfasilitasi untuk mempromosikan perajin dompet tenun Badui karena dapat meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat.
Selain itu juga pihaknya menargetkan semua pelaku UMKM wajib masuk ekosistem digital.
Kelebihan ekosistem digital itu, karena pemasarannya bisa menembus pasar domestik dan mancanegara.
"Kami meyakini dengan masuk ekosistem digital itu dipastikan UMKM tumbuh dan berkembang, sehingga dapat meningkatkan ekonomi masyarakat juga mampu mengatasi kemiskinan," kata Imam.
Dengan merujuk pada data jumlah pelaku UMKM di Kabupaten Lebak yang mendapatkan dukungan dari pemerintah, tercatat sebanyak 117.269 unit usaha, dengan sebagian besar fokus pada sektor perdagangan dan produksi kerajinan seperti bambu, dompet, kain batik, dan berbagai jenis makanan kuliner.
“Kami mendorong ke depan semua pelaku UMKM dapat memanfaatkan platform daring secara online karena sangat membantu omzet pendapatan," katanya menjelaskan.
Bagikan
Pradia Eggi
Berita Terkait
7 Warga Badui Tewas Digigit Ular Berbisa, Kelangkaan Serum ABU di Puskesmas Jadi Sorotan

Warga Badui Larang Wisatawan Terbangkan Drone

3 Orang Suku Badui Dalam Meninggal Akibat Tidak Dapat Akses Obat TBC

Rumah Suku Badui Hancur Diterjang Puting Beliung, Ini Nama-Nama Korban

Pemukiman Suku Badui Diterjang Puting Beliung, Kerugian Capai Rp 350 Juta

Puting Beliung Rusak 7 Rumah di Badui

Suku Badui Dalam 'Turun Gunung' Jalan Kaki Temui Gubernur Banten

Keunikan Dompet Badui yang Kian Diminati Hingga Bali, Memiliki Bahan Tenun Khas

Tetua Adat Larang Kawasan Badui Dipakai untuk Kegiatan Politik

Langkah Kemenparekraf atas Permintaan Masyarakat Badui untuk Hapus Sinyal Internet
