Ketangguhan MUA Beradaptasi dengan Pandemi Demi Mempercantik Klien


Kebersihan menjadi nilai utama. (Foto: Unsplash/Raphael Lovaski)
MUA alias make-up artis berinteraksi dengan jarak amat dekat dengan kliennya. Dalam mengaplikasikan foundation tentu MUA harus berada tepat di depan klien. Mau tidak mau tangan MUA juga harus menyentuh wajah klien agar pemakaian alas bedak merata.
Di masa pandemi, MUA memang mengalami dilema. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengimbau setiap orang menjaga jarak agar terhindar dari paparan COVID-19. Imbauan ini tentu sulit diterapkan MUA, karena bagaimana bisa membuat klien cantik sambil berjauhan.
Baca Juga:
Namun, para MUA di negeri aing tetap tangguh di tengah pandemi. Mereka mencoba beradaptasi dengan keadaan dan memiliki cara tersendiri agar bisa mempertahankan profesinya merias klien. MUA terutama yang merias para pengantin terkenal menerapkan sistem reservasi jauh sebelum hari H pernikahan untuk mengurangi mobilitas.
Para MUA sebelum pandemi biasanya hampir tidak mempunyai waktu untuk tidur karena sudah menjalankan tugasnya merias pengantin dari dini hari. Permintaan klien ini tergolong normal karena proses make up biasanya berlangsung lama sekitar dua sampai tiga jam.

Setelah merias satu klien, mereka langsung bergegas berpindah untuk mendandani klien lainnya sampai bisa seharian penuh. Namun, perubahan jumlah klien terjadi cukup signifikan saat pandemi. Mereka hanya menerima satu klien per hari demi keamanan klien dan diri sendiri.
Untuk menambah tingkat keamanan dalam mencegah terjadinya penularan, beberapa MUA juga menerapkan persyaratan tambahan seperti klien harus menunjukkan hasil SWAB atau PCR sehari sebelum make up dilakukan dan begitu juga dengan MUA.
Baca Juga:
Proses merias saat ini sebenarnya tidak berbeda jauh dengan sebelum pandemi. Setiap MUA yang profesional pastinya menjaga kebersihan perlengkapan make upnya. Tetapi saat pandemi, kehigienisan perlengkapan make up ditingkatkan. Misalnya, setelah dan sebelum merias semua perlengkapan make up dicuci dengan sabun anti bakteri dan di strerilisasikan. Semua sponge dan kuas untuk merias juga hanya dipakai untuk satu klien.
Tidak hanya kebersihan, para MUA merogoh kocek dan banyak berinvestasi pada alat-alat seperti mesin strerilisasi. Mereka juga lebih sering membeli kuas dan sponge karena terlalu sering dicuci dan dikeringkan membuat perlengkapan make up lebih cepat rusak. Saat sesi make up, MUA pun menyediakan tisu basah antiseptik dan semprotan desinfektan. Selama pandemi para klien lebih tertarik menggunakan jasa MUA yang menerapkan prokes pencegahan COVID-19.

Pemakaian masker yang sudah menjadi bagian dari hidup kita saat ini juga tentunya mempengaruhi MUA. Saat make up, MUA jadi harus menambah riasan yang benar-benar bisa bertahan meski memakai masker. Perempuan pasti paham bagaimana masker mengangkat semua make up di wajah kita ketika dipakai seharian. Belum lagi, dengan adanya tambahan face shield, penggunaan masker menjadi semakin pengap dan lembap pada area tertutup.
Kesulitan mendapatkan klien selama pandemi juga menjadi tantangan bagi para MUA. Mereka harus banyak membagikan ulasan bagus di sosial media dan membuat diskon untuk menarik klien. Saking sulitnya mendapatkan klien selama pandemi, harga nego yang tidak wajar pun diterima demi membiayai hidup. Tidak jarang juga dengan harga murah, klien masih komplain dan membandingkan kualitas make upnya dengan MUA lain.
Kegigihan MUA selama pandemi diuji karena selain harus menafkahi keluarga, mereka juga harus mencari cara tetap mempercantik klien tanpa membahayakan keluarganya. Ulasan dan kritikan dari klien juga tentunya sangat mempengaruhi bisnis MUA selama pandemi ini. Sebab, media sosial menjadi sarana untuk mempromosikan jasa mereka. (tel)
Baca Juga:
Kalahkan Diri Sendiri, Bukti Psoriasis Warrior Juga Jagoan Tangguh!