Kelulusan SMA Enggak Seru Tanpa Buku Kenangan

annehsannehs - Selasa, 13 Juli 2021
Kelulusan SMA Enggak Seru Tanpa Buku Kenangan

Contoh foto dari atas. (Foto RK Creative)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) mikro imbas meroketnya kasus COVID-19 di Indonesia membuat keluarga kami menerapkan pengetatan kegiatan di luar rumah. Sejak bulan lalu, kami hanya keluar satu kali saja untuk mengantarkan adik vaksin. Ia menjadi orang paling telat vaksin di keluarga kami karena usianya masih di bawah 18 tahun.

Baca juga:

Bolos Sekolah Belum Tentu Anak Salah

Meski terbilang sebagai anak mageran, kelamaan di rumah pun kadang membuat aku muak. Saking gabut-nya, aku berinisiatif untuk membenahi barang-barang jarang dipakai, sampai akhirnya berjumpa buku kenangan sekolah alias buku tahunan bermandi debu.

Buku kenangan kocak. (Foto  instagram.com/awreceh)
Buku kenangan kocak. (Foto instagram.com/awreceh)

Pikiranku pun melayang jauh ketika masih menempuh ilmu menggunakan seragam formal. Saat SMA, kami tidak memiliki panitia buku kenangan atau tahunan. Satu kelas ikut campur di setiap pengambilan keputusan. Sialnya, justru kelas kami lebih sibuk beradu argumentasi ketimbang membahas hal-hal penting dan teknis.

Pertama-tama, hal perdebatan seputar konsep foto. Satunya ingin konsep 70s, satunya mau modern, satunya mau sporty. Adu pendapat tak terhindarkan. Terlalu banyak ide memang bikin suasana rapat sedikit panas, sampai akhirnya voting dilakukan. Setiap murid harus membuat kelompok berisi empat sampai enam orang lalu mengusulkan tema.

Meski terdengar mudah, muncul lagi perdebatan baru. Di mana lokasi pemotretan year book bisa mencangkup beragam tema? Demi mengirit biaya fotografer, tentunya tidak boleh memilih banyak tempat karena harus bayar lagi. Belum lagi berdebat soal siapa akan menjadi fotografer. Ada merekomendasikan sepupunya, kakaknya, bahkan sampai dirinya sendiri.

Sebelum berangkat ke tempat foto yearbook. (Foto Ist
Sebelum berangkat ke tempat foto yearbook. (Foto Ist)

Setelah melalui perdebatan panjang, akhirnya aku dan kelima teman lainnya memilih tema glamour girls. Empat jam sebelum pemotretan di rooftop lounge bilangan Jakarta, para gadis-gadis cilik tersebut pun mendatangi rumah aku untuk berdandan bersama. Pada masa itu, anak perempuan SMA sama sekali tidak boleh menggunakan riasan di sekolah. Kami saat itu belum begitu tertarik dengan hal-hal seperti itu. Setiap hari di SMA kegiatannya hanya main, makan, dan stres belajar. Penampilan fisik bukan menjadi hal penting.

Alhasil, kami semua kebingungan harus tampil seperti apa. Apa itu glamour? Seperti apa sih tampilan perempuan dewasa berkelas? Apakah harus berbusana feminin? Tutorial YouTube pun menjadi bekal kami dalam berias.

Pesan di buku kenangan bikin tertawa sendiri. (Foto liputan 6)
Pesan di buku kenangan bikin tertawa sendiri. (Foto liputan 6)

Ada spesialis nyatok rambut, spesialis make-upin teman, ada juga sudah bodo amat di depan. Singkat cerita, kami sudah terlihat cantik-cantik 'bak perempuan dewasa' dan berangkat menuju ke tempat pemotretan. Pemotretan berjalan lancar, kami pun tampil percaya diri di depan kamera.

Kini aku pun cekikan sendiri menyaksikan hasil year book kami. Dandanan kami menor, perpaduan warna pada pakaian kurang pas, dan pose kami sangatlah awkward. Apalagi ditambah dengan pesan dan cita-cita buku kenangan. Ternyata, astronot merupakan impianku ketika masih pubertas.

Baca Juga:

Pekerjaan Rumah Kerap Menjadi 'Pekerjaan Sekolah' Saat Ngilmu di Negeri Aing

Tidak berhenti di situ saja. Kami ternyata harus mengambil foto di sekolah. Seperti biasa, akan ada adegan fotografer mengambil foto kami dari lantai tiga, dan akan berdiri di terik sinar matahari menyengat sambil membentuk huruf XII IPS 2. Kalau kompak, hasil fotonya memang bisa selesai dalam waktu 30 menit. Namun kami suka bercanda-canda dan berdiri tidak tegak membuat pemotretannya jadi berlangsung satu hari. Biasanya, foto ini akan ditampilkan di halaman terakhir buku kenangan.

Di masa pemberlakuan pembelajaran jarak jauh dari rumah masing-masing ketika pandemi tak ada lagi kenangan membuat buku tahunan. Kebanyakan sekolah tidak membuat buku kenangan sekolah. Di masa pandemi, kententuan menjaga jarak membuat anak-anak murid tak lagi beroleh izin merencanakan buku kenangan karena akan menimbulkan keramaian.

Contoh foto dari atas. (Foto RK Creative)
Contoh foto dari atas. (Foto RK Creative)

Meski secara bentuk dan tampilan tak lagi sama, beberapa anak murid tetap mendokumentasikan momen berupa foto maupun video di masa 'Putih Abu-Abu' dengan membuat video kenangan. Video tersebut secara prinsip mirip buku tahunan atau buku kenangan. Bedanya, di dalam video enggak cuma ditampilkan foto melainkan video juga kesaksian para murid, guru, satpam, sampai orang kantin, di masa pandemi saat sekolah benar-benar kosong.

Uniknya lagi ada siswa membuat satu akun Instagram khusus kelas mereka untuk menampung foto dan video mereka. Ada satu admin memasok bahan-bahan untuk diunggah. Dari situ memang di masa sekarang kenangan terlihat dalam hitungan bulan terakhir. Namun, ketika sudah lulus, sibuk dengan urusan kuliah, apalagi sudah kerja, punya anak, pasti kembali mencari akun tersebut dan berusaha merajut kenangan.

Meski kini aku bukan astronot, hidup tetap terasa menyenangkan. Apalagi setelah bernostalgia dan melihat sejauh mana aku telah berkembang hari ini. Di buku kenangan pun, aku bisa mengenang senyuman seorang teman lama baru saja menghembuskan napas terakhirnya karena terpapar COVID-19 minggu lalu. (SHN)

Baca juga:

Meja Sekolah Jadi Arena Psywar Anak Pagi Versus Siang

#Fashion #Juli Ngilmu Di Negeri Aing #Hobi
Bagikan
Ditulis Oleh

annehs

Berita Terkait

ShowBiz
Dari Musik ke Mode: Silampukau Hadirkan Kolaborasi Artistik dengan Kasatmata
Berkolaborasi dengan Kasatmata, Silampukau hadirkan album Stambul Arkipelagia.
Ananda Dimas Prasetya - Rabu, 29 Oktober 2025
Dari Musik ke Mode: Silampukau Hadirkan Kolaborasi Artistik dengan Kasatmata
Fashion
Kisah Nenek Moyang Maluku dalam Kain Batik Tulis Maluku Tengah di Trade Expo Indonesia
Kain indah memesona tersebut menjadi representasi batik tulis asal Maluku Tengah nan berkarakter dan memikat.
Dwi Astarini - Minggu, 26 Oktober 2025
Kisah Nenek Moyang Maluku dalam Kain Batik Tulis Maluku Tengah di Trade Expo Indonesia
Fashion
Semangat Segar di Tahun Baru, Converse Sambut Komunitas Converse All Star Class of ’26 dan Katalis Musim ini, Harra.
Converse All Star adalah platform komunitas global yang didedikasikan untuk mendukung dan memberdayakan para kreator muda yang sedang berkembang.
Dwi Astarini - Jumat, 24 Oktober 2025
 Semangat Segar di Tahun Baru, Converse Sambut Komunitas Converse All Star Class of ’26 dan Katalis Musim ini, Harra.
Fashion
Converse Sambut Musim Liburan Akhir Tahun dengan Koleksi Terbaru, Gaya Maksimal di Segala Perayaan
Converse mengundang setiap orang untuk mendefinisikan musim liburan mereka sendiri, didukung gaya alas kaki yang serbaguna.
Dwi Astarini - Kamis, 23 Oktober 2025
Converse Sambut Musim Liburan Akhir Tahun dengan Koleksi Terbaru, Gaya Maksimal di Segala Perayaan
Fun
Indonesia Diecast Expo 2025 Siap Hadirkan Nuansa Nostalgia Lewat Tema 'Back to The Days'
IDEXII 2025 akan berlangsung di Hall 10 ICE BSD, Tangerang, 25 - 26 Oktober 2025.
Ananda Dimas Prasetya - Senin, 20 Oktober 2025
Indonesia Diecast Expo 2025 Siap Hadirkan Nuansa Nostalgia Lewat Tema 'Back to The Days'
Fashion
Gaya Sporty Luxe ala Justin Hubner: Maskulin, Melek Mode, dan Anti Ribet
Lewat akun Instagram pribadinya @justinhubner5, Justin kerap membagikan gaya berpakaian yang memadukan nuansa sporty dan kemewahan, yang dikenal sebagai tren sporty luxe.
Wisnu Cipto - Minggu, 12 Oktober 2025
Gaya Sporty Luxe ala Justin Hubner: Maskulin, Melek Mode, dan Anti Ribet
Fashion
Terus Merugi, Sepatu BATA Resmi Hapus Bisnis Produksi Alas Kaki
Keputusan diambil dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) BATA yang digelar pada 25 September 2025.
Wisnu Cipto - Jumat, 10 Oktober 2025
 Terus Merugi, Sepatu BATA Resmi Hapus Bisnis Produksi Alas Kaki
ShowBiz
Lebih dari Sekadar Festival, JakCloth Kini Jadi Simbol Ekspresi Lokal
JakCloth telah bertransformasi jadi sebuah movement anak muda.
Ananda Dimas Prasetya - Rabu, 01 Oktober 2025
Lebih dari Sekadar Festival, JakCloth Kini Jadi Simbol Ekspresi Lokal
ShowBiz
Musik dan Hobi Menjadi Satu, Pop City 2025 Hidupkan Jantung Jakarta
Pop City 2025 menjadi tempat berkumpul bagi para kreator dan penikmat industri kreatif.
Ananda Dimas Prasetya - Jumat, 26 September 2025
Musik dan Hobi Menjadi Satu, Pop City 2025 Hidupkan Jantung Jakarta
Fashion
Energi Baru ESMOD Jakarta Meriahkan Senayan City Fashion Nation 2025
ESMOD Jakarta Runway Syndicate menjadi salah satu sorotan di panggung Senayan City Fashion Nation 2025.
Ananda Dimas Prasetya - Rabu, 24 September 2025
Energi Baru ESMOD Jakarta Meriahkan Senayan City Fashion Nation 2025
Bagikan