Kekurangan Pengrajin Barang Mewah, LVMH Latih 700 Peserta Magang
Louis Vuitton alami kekurangan tenaga kerja. (Foto: Louis Vuitton)
MEREK fesyen mewah yang dimiliki oleh Bernard Arnault, LVMH, menghadapi tantangan signifikan dalam hal kekurangan tenaga kerja. Laporan dari Bloomberg menyebutkan pada akhir 2025, LVMH memperkirakan akan mengalami defisit staf sebanyak 22.000 orang.
Dua pertiga dari kekosongan tersebut akan datang dari tenaga penjualan di butik merek terkenal seperti Louis Vuitton dan Dior, serta karyawan di hotel-hotel perusahaan di seluruh dunia, seperti diwartakan Robb Report.
Sementara itu, sepertiga sisanya akan ditempati oleh pengrajin dan desainer yang bertanggung jawab untuk memberikan sentuhan khusus pada produk-produk seperti sweter Loro Piana atau jam tangan Hublot.
Baca juga:
Debut Rancangan Pharrell Williams untuk Louis Vuitton
Untuk mengatasi kekurangan pekerja, LVMH telah merancang rencana pelatihan yang ambisius. Perusahaan itu saat ini sedang melibatkan 700 peserta magang di seluruh dunia pada tahun ini, menandai peningkatan dari hanya 180 peserta magang pada 2018.
Lebih dari 12 peserta magang di antaranya akan menjalani pelatihan khusus di Tiffany & Co., merek perhiasan yang diakuisisi oleh LVMH pada 2021. Program pelatihan peserta magang itu juga tidak main-main.
Untuk memastikan peserta magang mendapatkan pelatihan yang baik, Tiffany & Co. telah bermitra dengan Fashion Institute of Technology di New York City, Rhode Island School of Design, dan Studio Jewellers.
Meski program pelatihan spesialis untuk peserta magang adalah metode umum untuk melatih pekerja di negara-negara Eropa seperti Perancis, Jerman, dan Swiss, hal ini tidak umum di beberapa negara lain di dunia, termasuk Asia.
Baca juga:
Pharrell Williams Jadi Direktur Kreatif Baru Louis Vuitton
Menariknya, sekitar 33 persen peserta magang baru di LVMH melakukan 're-skilling', artinya mereka mempelajari keterampilan baru yang tidak terkait dengan pekerjaan mereka saat ini.
Jumlah ini meningkat dibandingkan dengan 10 persen sebelum pandemi. Alexandre Boquel yang memimpin program pemagangan LVMH dari Paris, menghubungkan peningkatan ini dengan keinginan kolektif untuk kembali ke keterampilan manual dan menjauhi dunia digital.
“Banyak orang di Perancis berpikir bahwa 'Saya perlu kembali melakukan sesuatu yang sangat menyentuh, melakukan sesuatu dengan tangan saya.' Sungguh mengejutkan melihat banyaknya orang berusia 40 hingga 45 tahun yang menghubungi kami untuk mencari profesi sebagai pembuat perhiasan,” tukas Boquel. (waf)
Baca juga:
Koper Trofi Piala Dunia Dirancang oleh Louis Vuitton
Bagikan
Andrew Francois
Berita Terkait
UNIQLO Gandeng BABYMONSTER untuk Koleksi UT Terbaru, Tampilkan Desain Edgy dan Playful
Thrifting makin Digandrungi, Industri Tekstil dalam Negeri Ketar-Ketir
Tumbler Viral, Lebih daripada Gaya Hidup Sehat tapi Fashion Statement
Panduan Thrifting Jakarta, Rekomendasi Seru dari Blok M Square hingga Pasar Santa
Menenun Cerita Lintas Budaya: Kolaborasi Artistik Raja Rani dan Linying
JF3 Fashion Festival Bawa Industri Mode Indonesia ke Kancah Global, akan Tampil di Busan Fashion Week 2025
Dari Sneakers Langka hingga Vinyl Kolektibel, Cek 3 Zona Paling Hits di USS 2025
USS 2025 Resmi Dibuka: Lebih Megah, Lebih 'Kalcer', dan Penuh Kolaborasi Epik
USS 2025 Kembali Digelar di JICC, Lebih dari 300 Brand Bakal Ikut Berpartisipasi!
Ekspresi Duka Laut dalam Koleksi ‘Larung’ dari Sejauh Mata Memandang di Jakarta Fashion Week 2026