Kejadian Unik Penyelenggaran Festival Film Indonesia Masa Silam

Yudi Anugrah NugrohoYudi Anugrah Nugroho - Rabu, 10 November 2021
Kejadian Unik Penyelenggaran Festival Film Indonesia Masa Silam

Sejumlah kontroversi terjadi seputar FFI di masa lalu. (Foto: Festival Film Indonesia)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

SELAMA lebih dari enam dekade, Festival Film Indonesia (FFI) telah mengalami pasang surut. Di balik gemerlapnya penyelenggaraan FFI di Hari Pahlawan, tersimpan sejumlah kenangan tersisa sebagai sejarah.

Baca juga:

Usaha Usmar Ismail Menangkap Kekikukan Kehidupan Bekas Pejuang Setelah Kemerdekaan

Dalam gelaran ke-41, Reza Rahadian selaku Ketua Komite Festival Film Indonesia 2021-2023 mengumumkan tema berkait sejarah film dan Media Baru "Beralih Masa, Bertukar Rasa Film Indonesia".

"Sejarah film Indonesia merupakan perjalanan karya perlu diingat," jelasnya pada konferensi pers virtual FFI. Penonton tak sabar menantikan pengumuman para pemenang. Namun, sebelum menantikan pemenang, berikut beberapa kejadian kontrovesial FFI sepanjang sejarah.

1. Dua juara dalam satu kategori (1955)

FFI 2021
Ada dua film yang menang dalam kategori Film Terbaik. (Foto: Instagram@festivalfilmid)

Setelah gagal bersaing di festival luar negeri, Usmar Ismail dan kawannya, Djamaluddin Malik memutuskan membuat festival film di dalam negeri.

Festival Film Indonesia digelar pada 30 Maret sampai 5 April 1955, diadakan di Rumah Dinas Wali Kota Jakarta Raya. Uniknya, kalau biasanya pemenang setiap kategori hanya satu, tidak demikian dengan pergelaran kali perdana tersebut.

Pro dan kontra terjadi ketika pengumuman pemenang dibacakan. Berdasarkan informasi dari Instagram resmi FFI, piala Film Terbaik saat itu dimenangkan Lewat Djam Malam garapan Usmar Ismail dan Tarmina milik Lilik Sudjio. Begitu pula dengan kategori Pemeran Utama Pria Terbaik dan Pemeran Utama Wanita Terbaik. Semuanya ada dua dari dua film sama.

Dominasi kemenangan tersebut berbuntut pada spekulasi penonton terhadap penggagasnya. Tudingan kemenangan tersebut semata-mata demi menyenangkan hati Djamaludin Malik sebagai penggagas dan pemberi dana sempat menyeruak.

2. Tidak ada film terbaik (1967 & 1977)

FFI 2021
FFI sempat tak punya juara Film Terbaik pada 1967. (Foto: IMDb)

Kalau di awal ada dua pemenang untuk kategori Film Terbaik, justru kasus berbeda terjadi di malam puncak FFI 1967. Peserta dan penonton dibuat kaget ketika dewan juri mengumumkan tidak ada nama untuk piala Film Terbaik.

Baca juga:

Cerita di Balik Kelahiran Festival Film Indonesia

Hal sama kembali berulang pada pergelaran 1977. Keputusan itu tentunya mengecewakan banyak pihak karena sebenarnya ada film dianggap pantas mendapatkannya. Misalnya saja Si Doel Anak Modern garapan Sjuman Djaya.

3. Beberapa kali rehat (1956-1959. 1961-1966, 1993-2203)

FFI 2021
FFI sempat berkali-kali rehat karena industri perfilman Indonesia mengalami mati suri. (Foto: Instagram@festivalfilmid)

Meski sudah berjalan selama 66 tahun, tak selamanya Festival Film Indonesia bisa berjalan saban tahun. Buktinya, penyelenggaran tahun ini baru menginjak kali ke-41. Alasannya karena FFI pernah vakum. Perhelatan ini memang sangat bergantung dengan kondisi produksi film nasional juga situasi politik tanah air.

Kala itu, industri film Indonesia mendapat saingan film impor. Baik dari Hollywood, Malaysia, India, maupun Tiongkok. Penggiat sempat meminta pemerintah membatasi serbuan film impor, namun masalah berlarut-larut membuat FFI absen selama empat tahun dan digelar kembali pada 1960. Kemudian sempat hilang lagi dan muncul pada 1967.

Setelahnya sejak 1973-1992 Festival Film Indonesia diadakan tiap tahun. Namun, harus berhenti lagi karena industri film Indonesia mengalami mati suri. Produksi film tanah air makin menurun, sementara gempuran film impor meningkat tajam. Minat masyarakat untuk menonton film Indonesia juga menurun dratis karena selama beberapa tahun, genre film Indonesia berisi dengan laga, mistis, atau erotis sehingga membuat penonton jengah.

Dilansir dari Tesis Eka Nada Shofa Alkhajar berjudul "Masa-Masa Suram Dunia Perfilman Indonesia (Studi Periode 1957-1968 dan 1992-2000", film Indonesia semakin melayu akibat kehadiran teknologi VCD dan DVD. Belum lagi ditambah dengan menjamurnya sinetron dari TV swasta sehingga membuat masyarakat oleng. Hasilnya, tak ada pemberian piala dari tahun 1993 hingga 2004. (Sam)

Baca juga:

Mengenal Empat Tokoh Disematkan di Penghargaan Baru Festival Film Indonesia 2021

#November Jagoan Film Negeri Aing #FFI 2021 #Festival Film Indonesia
Bagikan
Ditulis Oleh

Samantha Samsuddin

Be the one who brings happiness

Berita Terkait

ShowBiz
Daftar Pemenang Piala Citra FFI 2024, 'Jatuh Cinta Seperti di Film-Film' Borong Kategori Bergengsi
Film Jatuh Cinta Seperti di Film-Film (JCSDFF) menang banyak di Malam Anugerah Piala Citra Festival Film Indonesia (FFI) 2024.
Ananda Dimas Prasetya - Kamis, 21 November 2024
Daftar Pemenang Piala Citra FFI 2024, 'Jatuh Cinta Seperti di Film-Film' Borong Kategori Bergengsi
ShowBiz
5 Duta FFI 2024 Diumumkan
Kelima aktor itu dipilih karena dinilai sebagai insan film berprestasi dari berbagai unsur lintas generasi.
Dwi Astarini - Selasa, 11 Juni 2024
5 Duta FFI 2024 Diumumkan
ShowBiz
Daftar Lengkap Peraih Piala Citra Festival Film Indonesia 2023
List pemenang Piala Citra
P Suryo R - Rabu, 15 November 2023
Daftar Lengkap Peraih Piala Citra Festival Film Indonesia 2023
Indonesiaku
Kolaborasi Bioskop Online dan FFI Siap Dukung Perfilman Indonesia
Bioskop Online diiharapkan dapat membantu kemajuan perfilman Indonesia.
Andreas Pranatalta - Jumat, 20 Oktober 2023
Kolaborasi Bioskop Online dan FFI Siap Dukung Perfilman Indonesia
Bagikan