Jumlah Populasi Satwa Liar dalam 50 Tahun Terakhir, Menurun 73 Persen


Ilustrasi gajah. (Foto: Unsplash/Hu Chen)
MerahPutih.com - World Wide Fund for Nature (WWF) menyebut aktivitas manusia menjadi bencana bagi populasi satwa liar secara global. Dari gajah di hutan tropis hingga penyu sisik di Great Barrier Reef, populasinya menurun drastis, demikian menurut inventarisasi dari the world's wildlife.
Menurut The Living Planet Report, gambaran menyeluruh mengenai keadaan alam, mengungkapkan populasi satwa liar global telah menyusut rata-rata 73 persen dalam 50 tahun terakhir.
Diberitakan CNN, Kamis (10/10), Kepala WWF Inggris Tanya Steele mengatakan hilangnya ruang liar menempatkan banyak ekosistem di ambang kehancuran. Banyak habitat dari Amazon hingga terumbu karang, berada di ambang titik kritis yang sangat berbahaya.
Laporan tersebut didasarkan pada Indeks Living Planet yang mencakup lebih dari 5.000 populasi burung, mamalia, amfibi, reptil, dan ikan selama lima dekade. Di antara banyak potret hilangnya satwa liar akibat perbuatan manusia, terungkap sebanyak 60 persen lumba-lumba sungai merah muda Amazon di dunia telah punah akibat polusi dan ancaman lainnya, termasuk pertambangan dan kerusuhan sipil.
Baca juga:
Meski begitu, ia juga menangkap tanda-tanda harapan keberhasilan konservasi. Contohnya subpopulasi gorila gunung di Pegunungan Virunga Afrika Timur meningkat sekitar 3 persen per tahun antara tahun 2010 dan 2016.
Namun, WWF menyatakan bahwa keberhasilan yang hanya terlihat sekilas saja tidak cukup, mengingat kerusakan habitat terjadi secara luas.
Laporan tersebut menemukan degradasi dan hilangnya habitat merupakan ancaman terbesar bagi satwa liar, diikuti oleh eksploitasi berlebihan, spesies invasif, penyakit, perubahan iklim, dan polusi.
Penulis utama dan penasihat ilmiah utama WWF Mike Barrett mengatakan tindakan manusia dapat merusak habitat satwa liar. "Terutama cara kita memproduksi dan mengonsumsi makanan, kita semakin kehilangan habitat alami,"tegas Barrett.
Baca juga:
Kuda Nil Dikasi Makan Plastik, Taman Safari Bogor Ingatkan Pengunjung UU Perlindungan Satwa
Laporan tersebut juga memperingatkan bahwa hilangnya alam dan perubahan iklim dengan cepat mendorong dunia menuju titik kritis yang tidak dapat diubah lagi, termasuk potensi runtuhnya hutan hujan Amazon, yang tidak dapat lagi mengunci karbon yang menghangatkan planet dan mengurangi dampak perubahan iklim.
"Ketahuilah bahwa ini sekarang merupakan ancaman mendasar bagi kemanusiaan dan kita harus benar-benar melakukan sesuatu sekarang," kata Barrett. (ikh)
Bagikan
Berita Terkait
Macan Tutul Kabur Dari Lembang Park and Zoo ke Gunung Tangkuban Parahu Bahayakan Nyawa Warga

Indonesia Kejar Status Zona Bebas PMK tanpa Vaksinasi dari Organisasi Kesehatan Hewan Dunia

Minta Hewan Peliharaan Dijadikan Pakan Predator, Kebun Binatang di Denmark Autokena Kecam

Kebun Binatang di Denmark Minta Hewan Peliharaan yang tak Diinginkan Dijadikan Pakan Predator

Jangan Biarkan Hewan Peliharaan Tanpa Sistem Imun, Sudah Ada Pakan Premium Jadi Pilihan

Anggota DPRD Provinsi DKI Dorong Taman di Jakarta Ramah Hewan

Babi Viral Pejaten Gegerkan Warga! Begini Nasibnya Supaya Tak Ada 'Anak Babi' Susulan

Pemprov DKI Bakal Berikan Subsidi Hewan Saat Berobat, Bukan Iuran Seperti BPJS Kesehatan

Wacana soal BPJS Hewan, Francine PSI Minta Layanan Kesehatan Hewan Dipenuhi Terlebih Dahulu

6 Mobil Khusus Kesehatan Hewan Bakal Beroperasi di Jakarta, Dimulai 2026
