Jaga Kewarasan Saat Hadapi Pendidikan Online Munculkan Rasa Tidak Aman

Belajar Online tidak mudah (Foto: Pexels/Andrew Neel)
"TOK, tok, tok," suara ketukan keras pintu kamar membangunkan Sam. Ia masih memincing mata pergi ke arah pintu. Di luar, ibunya lagi-lagi memintanya lekas berbenah untuk segera mengikuti kelas daring.
Sam lantas duduk sebentar, lalu bergegas merapikan kamar, mandi, dan membuka laptop. Kelas online atau biasa dikenal dengan pembelajaran daring ini membuat Sam harus belajar dirumah meski dalam keadaan apa pun.
Baca juga:
Di depan laptop, matanya terkadang terpejam lalu kembali terbuka. Setengah terjaga. Lalu, saat kedua orang tuanya pergi kerja, Sam justru pulas terduduk di depan laptop. Lelaki berusia 15 tahun itu tidak sadar jika dirinya tertidur di tengah jam pelajaran daring.
Hal tersebut terus dilakukannya sampai suatu ketika ia merasa bingung dengan materi pembelajaran. Hari-hari menjelang ulangan-pun tiba, dirinya sama sekali tidak mengerti materi pembelajaran diajarkan melalui sistem daring. Ini membuatnya bertanya-tanya apakah ia akan mendapat hasil baik saat ujian nanti.
Sam telah mencoba berbagai cara mulai dari bertanya kepada temannya, mencari bahan pembelajaran melalui internet namun berbagai cara tidak berhasil untuk memahami pelajaran itu.
Sam mulai menyesali tindakannya selalu tidur saat kelas online berlangsung. Dirinya nan selalu bermain di malam hari membuatnya semakin tidak kenal waktu. Begadang menjadi ritual hariannya bermain gim PC bersama teman-teman.
Akibat kebijakan kelas online, Sam merasa dirinya tidak lagi fokus terhadap materi pembelajaran di sekolah. Baginya gim PC merupakan kegiatan penting karena ia bisa mendapat teman dan pengalaman baru dalam mencari jati diri.
Malam tiba, Ibu dan Ayah pulang bekerja dan Ibu mengingatkan Sam mengerjakan tugas, namun sam hanya menjawab "Santai Ma, nanti aku kerjain," ujarnya sambil bermain gim PCnya bersama teman sekolahnya.
Setelah itu ibunya, mendapati Sam masih asyik beramin gim. Sang ibu marah. Namun, Sam hanya mengambil headphone gamingnya dan mengenakannya. Dalam hati Sam merasa bersalah namun ia stres karena tidak mengerti dengan tugas sekolahnya.
Keinginannya, menunggu teman sekelasnya kelar mengerjakan tugas kemudian mencontek jawaban dari temannya. Sikap santai itu tetap dilakukannya sampai-sampai suatu ketika ia menyadari pentingnya bertanya dengan guru sekolah saat menghadiri kelas online.
Sam juga merasa kangen dengan keadaan sekolah, dirinya sudah merasa nyaman dengan keadaannya sekarang. "Ya mau gimana basket udah gak boleh, ya maen game aja deh," ujarnya saat ditanya pada (4/10).
Baca juga:
Pembelajaran daring menurutnya juga aman-aman saja, selama dia dapat melihat ‘Mbah Google’ saat ujian enggak perlu khawatir saat mengerjakan soal ulangan. Mungkin kasus Sam juga dialami banyak murid sekolah nan merasa kurang fokus saat belajar di rumah apalagi belajar daring.
Memang banyak keuntungan dalam menjalani kelas online selama pandemi, namun ada juga kekurangannya jika pembelajaran daring tidak dilakukan secara benar. Siswa bisa memanfaatkan celah untuk melakukan hal lain bahkan berbuat tidak jujur. Parahnya jika sikap itu telah dibentuk dari kecil, bisa-bisa dirinya terbiasa dan menjadi kebiasaan buruk.
Mendikbud Nadiem Makarim telah mengakui banyaknya kekurangan dari PJJ (pembelajaran Jarak Jauh). Kekhawatiran Mendikbud tentang adanya learning loss akibat penurunan capaian pembelajaran disampaikannya pada Jumat (7/8/2020) lalu, melalui konfrensi pers diunggah Berita Satu melalui channel YouTubenya. Nadiem dalam kesempatan itu menyampaikan beberapa kesulitan dihadapi peserta didik, guru, dan orang tua untuk mendampingi anak belajar dirumah.
Menilai adanya kekurangan PJJ, Mendikbud membeberkan tentang dampak negatif dari pembelajaran online dengan berbagai kemungkinan, seperti putus sekolah karena harus bekerja di masa sulit, penurunan capaian belajar karena PJJ bukan alternatif pembelajaran optimal, dan kesenjangan kualitas akses teknologi menyebabkan minimnya proses pembelajaran.
Untuk mencegah rasa stres, jenuh, dan kekerasan pada anak selama proses PJJ akhirnya Mendikbud mengambil kebijakan akan membuka sekolah di daerah zona kuning Corona, namun pihak sekolah dan anak harus memperhatikan protokol kesehatan yang sudah dibentuk. PJJ juga dinilai mempengaruhi psikologi anak, stres dirumah tidak bertemu dengan orang lain membuat anak tenggelam dalam suasana baru yang membuat dirinya melakukan kebiasaan buruk.
Sebenarnya bukan tidak bisa dilakukan! Pembelajaran online masih tetap bisa dilakukan kalau cara belajar dan pesan dapat tersampaikan dengan baik ke peserta didik. Dilansir dari educations.com, pembelajaran via daring disarankan harus dilakukan secara komunikatif.
Seperti pembelajaran melalui Zoom harus direkam, adanya sesi interaktif. Bukan hanya tugas individu penting juga untuk meningkatkan kerjasama antara para peserta didik, maka sekolah harus memberikan solusi seperti menyediakan tugas kelompok secara serentak dan diawasi oleh pendamping/pengajar.
Pentingnya pengawasan membuat anak merasa diperhatikan. Menurut laman helloSEHAT dengan memberikan anak perhatian dan pengawasan hal itu akan sangat berdampak pada mental mereka. Jadi buat Ayah dan Ibunda selama anak melaksanakan PJJ ajaklah anak untuk berkomunikasi dan bercerita. Karena dengan berkomunikasi dan rasa saling perhatian membuat anak merasa ia tidak sedang sendiri melewati masa sulit ini. Jangan lupa bimbing dan nasehati dengan baik dan benar jangan pakai kekerasan.
Tapi semua itu juga balik ke peserta didiknya. Buat kamu yang kuliah takut gak lulus-lulus karena gak ketemu dosen pembimbing kamu, kamu kan bisa lakuin banyak cara. Masa MABAR (Maen Bareng) bisa tapi tanya pelajaran gak bisa? Kalau terlalu nyantai juga bahaya! Begitu juga buat kamu yang sekolah, belajar atur waktu dari dini agar hidupmu semakin bermanfaat. (joe)
Baca juga:
Bagikan
Berita Terkait
Google Bakal Tingkatkan Fitur untuk Dukung Belajar Online

UGM Luncurkan Platform Pembelajaran Online Bagi Masyarakat

Belajar Online Rasa Tatap Muka
