Inilah Hasil Kunjungan Kenegaraan Jokowi ke Sydney Australia


Jokowi dalam kunjungannya ke Australia. (FOTO Dok. KSP)
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyebutkan, kunjungan kenegaraan yang dilakukan oleh Presiden RI Joko Widodo (Jokwi) ke Sydney Australia, telah memberikan hasil konkret. Di antaranya di bidang ekonomi, politik, hukum dan keamanan, serta peningkatan hubungan "people to people".
Di bidang ekonomi, Presiden Jokowi dan Perdana Menteri Australia Turnbull sepakat untuk menyelesaikan IA-CEPA pada akhir tahun 2017.
"Tapi tentunya, satu hal yang perlu selalu kita lakukan adalah apapun 'arrangement' yang akan kita lakukan, dasar utamanya adalah kerja sama yang saling menguntungkan," ujar Retno seperti dilansir Antara, Senin (27/1).
Ia juga mengungkapkan, di bidang politik, hukum dan keamanan beberapa kerja sama akan ditingkatkan, antara lain penanggulangan kejahatan lintas negara, penanggulangan terorisme dan IUU fishing.
"Dan kedua pihak sepakat untuk memperkuat kerja sama melalui pilar 'two-plus-two' juga kerja sama antara Menkopolhukam dan Jaksa Agung Australia dalam membentuk 'ministerial counci'," ucap Menlu.
Untuk meningkatkan kerja sama "people-to-people", Presiden meluncurkan tiga balai bahasa di Perth, Melbourne dan Canberra. "Dan ada beberapa lagi yang akan didirikan di Australia ini. Balai bahasa ini harus dilihat dari upaya kita untuk lebih menginternasionalisasi bahasa kita," katanya.
Hubungan "people to people" diyakini akan semakin menguatkan hubungan kedua negara, karena saat ini terdapat 20.000 pelajar Indonesia di Australia dan Indonesia merupakan destinasi favorit bagi pelajar Australia melalui program New Colombo Plan.
"Indonesia merupakan destinasi terfavorit bagi pelajar Indonesia yang akan sekolah ke Asia. Sudah lebih dari 3,000 pelajar Australia di Indonesia," ucap Menlu.
Di bidang perdagangan, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menyampaikan bahwa Indonesia mendapatkan akses untuk pasar herbisida dan pestisida. Nilai impor Australia untuk kedua jenis zat kimia pembasmi hama tersebut mencapai 1,3-1,5 miliar dolar AS.
Dengan diberikannya akses masuk ini diharapkan nilai ekspor Indonesia untuk kedua jenis zat kimia pembasmi hama tersebut dapat meningkat karena selama ini terhambat oleh tarif.
"Indonesia hanya bisa masuk dengan 50 juta dolar AS karena berbagai hambatan tarif," ucap Enggartiasto.
Sementara itu, Pemerintah Indonesia akan menyamakan tarif bea masuk gula dari Australia dengan gula dari ASEAN.
"Jadi kalau dari sisi kita, kita hanya mengalihkan saja. Kita masih tetap impor tapi sekarang sebagian dari Thailand, sebagian bisa juga dari Australia," ujar Enggartiaso.
Upaya itu dilakukan untuk menghindari ketergantungan impor gula dari satu negara. " 'Raw sugar'_ itu kita hanya impor dari Thailand sehingga harganya mereka yang tentukan," katanya
Adanya negara lain, dalam hal ini Australia, untuk mengimpor gula, akan dapat memberikan keuntungan bagi Indonesia. "Maka kita bisa membandingkan dan harga itu diharapkan bisa lebih turun," ujar Presiden.
Hal lain yang terkait dengan perdagangan adalah mengenai relaksasi sapi. Pemerintah telah menetapkan relaksasi berat sapi, dari 350 kg menjadi 440 kg.
Dengan kondisi seperti itu, maka harga sapi bakalan turun 1 dolar AS per kg. Pada waktu dikirim, setelah 4 bulan proses penggemukan, harga daging sapi segar akan turun. "Di luar dari harga daging beku yang sekarang sudah ada dengan maksimum Rp80.000 per kg," kata Enggartiasto.
Untuk ekspor kertas ke Australia, Menlu meyakini tidak akan terjadi hambatan karena Indonesia adalah negara pertama di Asia yang memiliki lisensi Forest Law Enforcement Governance and Trade Voluntary Partnership Agreement (FLEGT VPA).
"Dengan adanya FLEGT yang diakui oleh Uni Eropa menunjukan kesinambungan dari produk Indonesia. Dengan 'advantage' itu, maka saya yakin tuduhan-tuduhan yang berkaitan dengan sustainability tidak beralasan lagi," ucap Retno.
Investasi Sementara itu di bidang investasi, Kepala BKPM Thomas Lembong menyampaikan nilai investasi yang akan diinevstasikan dari investor Australia adalah sebesar Rp39 triliun dalam 3-5 tahun ke depan.
"Saya total-totalkan dari investasi-investasi yang kita terima. Totalnya kira-kira Rp39 triliun. Itu investasi yang kita targetkan dalam 3-5 tahun ke depan," ucap Thomas.
Investasi dari Australia itu dalam berbagai bidang, seperti pertambangan, wisata bahari, infrastruktur hingga prasarana air. Selain itu, kerja sama juga dilakukan di bidang ekonomi digital.
Bagikan
Widi Hatmoko
Berita Terkait
Menlu Sampaikan Permohonan Maaf Langsung Presiden Prabowo ke Xi Jinping Batal Hadir di KTT SCO dan Parade Militer

Eropa Mulai Bersuara Keras, Para Menteri Luar Negeri Desak Israel Akhiri Kelaparan di Gaza

Pulau Galang Dipilih Jadi Lokasi Penampungan Warga Gaza Palestina Korban Agresi Israel, Menlu: Pernah Dipakai sebagai Tempat Perawatan COVID-19

Jadi Sekjen Gerindra, Sugiono Ucapkan Terima Kasih ke Ahmad Muzani

Lingkungan Kemlu Syok Berat Pasca Tragedi Arya Daru, Ada Tekanan Mental di Balik Tirai Kedutaan?

Prabowo Kembali ke Jakarta Usai Kunjungan Kerja di Solo, Jokowi Ikut Mengantar HIngga Pangkalan Udara

Raker Menteri Luar Negeri Sugiono dengan Komisi I DPR Bahas Perlindungan WNI di Wilayah Konflik

Penyelidikan Ijazah Palsu Presiden Jokowi Berlanjut, Polda Metro Jaya Klarifikasi Data Sekolah dan Kampus

Ungkap Duka Jatuhnya Pesawat Air India, Pemerintah Indonesia Doakan Para Korban Tewas

Prabowo Bertemu PM Australia Hari Ini, Perkuat Aliansi Indo-Pasifik
