Imlek, Kelenteng Satya Budhi Bandung Dibanjiri Pengunjung


Indahnya lampion merah di Kelenteng Satya Budhi (MP/Rina Garmina)
Perayaan Imlek di Kelenteng Xie Tian Gong atau Satya Budhi berhasil menarik minat masyarakat. Sejak Jumat (27/01) sore, pengunjung dari berbagai suku, agama, dan ras terus berdatangan.
Pengunjung tidak hanya datang dari kalangan etnis Tionghoa yang bertujuan mengikuti prosesi pergantian tahun, tetapi juga dari umat beragama lain yang tidak merayakan Imlek. Bahkan, sejumlah masyarakat melakukan tour keliling kelenteng pada malam pergantian tahun dengan dipandu oleh Pemerhati Budaya Tionghoa, Sugiri Kustedja.
“Santai saja. Siapapun bisa datang ke kelenteng,” terang Sugiri saat ditanya apakah ada larangan berkunjung bagi umat tertentu.

Salah satu rombongan yang mengikuti tour keliling kelenteng adalah pengunjung dari Keuskupan Bandung. Kemudian ada pula wisatawan asing yang terlihat antusias melihat ritual malam pergantian tahun di Kelenteng Satya Budhi.
Beberapa hari sebelumnya, sejunlah komunitas seperti Komunitas Aleut yang memiliki kepedulian tinggi terhadap pelestarian budaya di Kota Bandung juga telah nelakukan tour keliling klenteng. Berkumpulnya berbagai suku, agama, dan ras di Kelenteng Satya Budhi pada malam pergantian tahun menjadi momentum keakraban antarsesama manusia di Kota Bandung.
Dirayakan semua umat beragama
Deretan stan di bazaar yang ada di depan gerbang Kelenteng Satya Budhi turut menunjukkan kalau perayaan Imlek tak hanya milik etnis Tionghoa. Sejumlah stan makanan justru lebih banyak disewa oleh penduduk pribumi yang menjajakan aneka makanan.

Makanan khas Imlek seperti dodol malah tidak tampak di antara deretan makanan yang dijajakan di bazaar. Di bagian dalam Kelenteng Satya Budhi, pengunjung yang tidak merayakan Imlek juga dibebaskan untuk mengambil foto.
”Pengunjung bisa memotret bagian dalam kelenteng, selama tidak mengganggu orang yang sedang beribadah,” terang Sugiri.
Untuk menyambut Imlek, pihak pengelola kelenteng telah membersihkan serta menata dan menghias kelenteng dengan aneka ornamen bernuansa warna merah, kuning, dan emas khas Tiongkok. Selain itu juga sederet lilin dan lampion berwarna merah telah dipasang.
Sederet lampion yang dipasang di area gerbang masuk menuju kelenteng berhasil menarik minat pengunjung untuk berpose di bawahnya bersama teman dan keluarga yang datang bersama mereka.

“Saya mengajak anak-anak berkunjung ke mari pada malam Imlek ini untuk melakukan wisata budaya,” ujar Budi, salah seorang pengunjung, usai berfoto di bawah deretan lampion.
Berbaurnya etnis Tionghoa dengan penduduk pribumi di Kota Bandung memang telah lama terjadi. Setelah peristiwa Bandung Lautan Api, etnis Tionghoa tidak lagi tinggal dalam satu kawasan yang disebut Pecinan. Namun mereka menyebar ke berbagai penjuru Kota Bandung dan berbaur dengan penduduk pribumi.
Tulisan ini berdasarkan laporan Rina Garmina reporter dan kontributor merahputih,com untuk wilayah Bandung dan sekitarnya. Informasi lain terkait Imlek dibahas dalam artikel: Kenapa Imlek Identik dengan Warna Merah dan Kembang Api?
Bagikan
Berita Terkait
Macan Tutul Kabur Dari Lembang Park and Zoo ke Gunung Tangkuban Parahu Bahayakan Nyawa Warga

Polisi Bantah Tembak Gas Air Mata ke Unisba, Dalihnya Tertiup Angin Masuk Kampus

Warga Bandung Catat! Ini 6 Titik Evakuasi Jika Terjadi Gempa Dahsyat Sesar lembang

Sindikat di Bandung dan Bogor Jual Beras ‘Oplosan’ Kualitas Medium dengan Harga Premium, Konsumen Rugi Sampai Miliaran Rupiah

Bangunan Liar Tanpa Izin Ganggu Operasional Whoosh, KCIC Lakukan Penertiban

Rayakan 20 Tahun “Berdiri Teman”, Closehead Hadirkan Semangat Baru dengan Pulangnya Aido

Viral Ada Pembagian Bir di Ajang Pocari Sweat Run 2025, Pemkot Panggil Komunitas Pelari

Modus Sindikat Jual Bayi ke Singapura: Dipul di Bandung, Transit Pontianak Urus Dokumen

Sindikat Jual Bayi Bandung Iming-imingi Korban Uang Adopsi Rp 10 Juta

Jual Puluhan Bayi ke Singapura, Sindikat TPPO Bandung Incar Mangsanya Lewat Facebook
