Hostile Architecture, Alasan Kenapa Bangku di Ruang Publik Tidak Nyaman

Hendaru Tri HanggoroHendaru Tri Hanggoro - Rabu, 06 Juli 2022
Hostile Architecture, Alasan Kenapa Bangku di Ruang Publik Tidak Nyaman

Hostile architecture kmeudian berkembang lebih jauh setelah adanya tekanan-tekanan sosial, ekonomi, dan politik. (Unsplash/Oastataterloo)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

FARAYA Maulida menahan sakit di kakinya. Dia baru saja terjatuh di peron stasiun kereta komuter Jabotabek. Inginnya rebahan sebentar. Namun, tak ada bangku yang bisa dijadikan rebahan.

"Lalu aku terseok-seok bangun nyari bangku buat lihat kakiku kenapa-kenapa dan buat istirahat. Itu gak ada bangku, dong, sepanjang peron," kata Faraya, karyawati swasta di Jakarta, kepada merahputih.com.

Bangku-bangku yang ada lebih mirip tiang jemuran. Hanya cukup untuk sedikit sandaran bokong. Ada bangku prioritas, tapi di sesela bagian papan duduknya ada kayu penyekat.

Baca juga:

Arsitek Puji Karya dan Makna Bangunan Era Bung Karno

Desain bangku semacam itu sering disebut hostile design atau hostile architecture. Kamu akan mudah menemukannya di ruang publik. Namun, hostile architecture bukan semata terdapat pada kursi.

Menurut Cara Chellew dari York University, hostile architecture berarti sebuah strategi penataan kawasan perkotaan yang menggunakan sekumpulan elemen lingkungan binaan untuk mengarahkan atau membatasi perilaku dengan sengaja.

"Sering menargetkan kelompok yang lebih sering menggunakan atau memanfaatkan ruang publik, seperti kaum muda, orang miskin, dan gelandangan, daripada kelompok lainnya dengan membatasi perilaku mereka," tulis Cara dalam "Defending Suburbia: Exploring the Use of Defensive Urban Design Outside of the City Centre".

Kajian teman-teman Ikatan Mahasiswa Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Indonesia (IMA FT-UI) menunjukkan konsep ini sudah berkembang di Inggris sejak abad ke-19.

"Gerakan ini dimulai untuk menghindari orang untuk buang air sembarangan di jalanan, lalu berlanjut ke alat berduri yang berada di bagian jendela digunakan untuk menghindari burung-burung liar buang air," catat tim IMA FT_UI dalam "Ruang Publik yang Inklusif".

Baca juga:

Showroom Interior Hadir untuk Menemukan Inspirasi Hunian Impian

bangku peron
Di bangku halte dan taman, kursi sengaja dibuat setidaknyaman mungkin atau bahkan terpotong untuk menghindari gelandangan, pemabuk, dan orang berlama-lama. (Unsplash/Marissa Lewis)

Hostile architecture kemudian berkembang lebih jauh setelah adanya tekanan-tekanan sosial, ekonomi, dan politik. Manusia membutuhkan tempat nyaman dan aman untuk dirinya. Inilah yang mendorong penerapan hostile architecture di kota secara luas, termasuk akhirnya masuk ke Indonesia.

Kamu dapat melihat bentuk hostile architecture di berbagai sudut kota. Dari bangku halte, bangku taman, emperan toko, pion-pion (bollard) di jalur pedestrian, sampai tangga pada jembatan penyeberangan orang.

Di bangku halte dan taman, kursi sengaja dibuat setidaknyaman mungkin atau bahkan terpotong untuk menghindari gelandangan, pemabuk, dan orang berlama-lama. Sementara di emperan toko, para pemilik memasang lantai berduri agar orang tidak duduk di emperannya.

Sedangkan di jalur pedestrian dan jembatan penyeberangan orang, dipasang pion beton agar pemotor roda dua tidak merebut hak pejalan kaki.

Sekilas hostile architecture membantu mengurangi potensi tindak kriminal, gangguan ketertiban umum, atau pelanggaran lalu-lintas. Namun, bagi IMA FT-UI, hostile architecture tidak serta merta menuntaskan masalah pokok di perkotaan, seperti gelandangan.

"Menerapkan arsitektur ini akan mengurangi orang-orang tunawisma dari tidur di ruang publik, tetapi itu kejam untuk dilakukan ketika tidak ada tempat lain bagi mereka untuk pergi," catat IMA. (dru)

Baca juga:

Bandara Banyuwangi Masuk Dalam Nominasi Penghargaan Arsitektur Internasional

#Arsitektur
Bagikan
Ditulis Oleh

Hendaru Tri Hanggoro

Berkarier sebagai jurnalis sejak 2010 dan bertungkus-lumus dengan tema budaya populer, sejarah Indonesia, serta gaya hidup. Menekuni jurnalisme naratif, in-depth, dan feature. Menjadi narasumber di beberapa seminar kesejarahan dan pelatihan jurnalistik yang diselenggarakan lembaga pemerintah dan swasta.

Berita Terkait

Lifestyle
Berkenalan dengan Andra Matin, Sang Desainer Eugene Museum in Bali
Andra Matin merupakan desainer Eugene Museum in Bali. Museum itu terletak sekitar 10 menit dari Pura Tanah Lot.
Soffi Amira - Kamis, 26 September 2024
Berkenalan dengan Andra Matin, Sang Desainer Eugene Museum in Bali
Indonesia
Jokowi Klaim Kontur Jalan IKN Tantangan Favorit Arsitek
Jokowi tengah memantau perkembangan pembangunan IKN dari kompleks Istana, sekaligus berkantor pertama kalinya di sana.
Wisnu Cipto - Senin, 29 Juli 2024
Jokowi Klaim Kontur Jalan IKN Tantangan Favorit Arsitek
Property
Anugerah Cagar Budaya untuk 7 Bangunan di Bandung, Layak Dikunjungi
Inisiatif pemilik dan atau pengelola turut serta memperkokoh jati diri Kota Bandung secara visual.
P Suryo R - Rabu, 06 Desember 2023
Anugerah Cagar Budaya untuk 7 Bangunan di Bandung, Layak Dikunjungi
Fun
Jakarta Architecture Festival 2023 Resmi Digelar
Ikatan Arsitek Indonesia gelar JAF 2023
Febrian Adi - Minggu, 10 September 2023
Jakarta Architecture Festival 2023 Resmi Digelar
Kuliner
Berkonsep Ramah Lingkungan, Gerai Kopi di Uluwatu Gunakan Kayu Bali dan Bambu
Bahan-bahan lokal ini memberikan kesan yang lebih hangat serta dekat dengan alam.
Hendaru Tri Hanggoro - Rabu, 09 Agustus 2023
Berkonsep Ramah Lingkungan, Gerai Kopi di Uluwatu Gunakan Kayu Bali dan Bambu
Lifestyle
Gravel Maintenance Hadir di 3 Kota
Gravel Maintenance membantumu mengurus hunian.
Andreas Pranatalta - Rabu, 07 Juni 2023
Gravel Maintenance Hadir di 3 Kota
Travel
Pertama di Dunia, Hotel 3D Print
Fasilitas hotel ini cukup mengesankan.
Dwi Astarini - Selasa, 28 Maret 2023
Pertama di Dunia, Hotel 3D Print
Fun
Merambah Arsitektur, Aston Martin Ciptakan Rumah Mewah di Jepang
Rumah mewah ini terdiri dari empat lantai.
Andrew Francois - Rabu, 30 November 2022
Merambah Arsitektur, Aston Martin Ciptakan Rumah Mewah di Jepang
Fun
Desain Kota Terapung Raksasa Mengambil Bentuk Kura-Kura
Pangeos menjadi struktur terapung terbesar yang pernah dibangun.
Ananda Dimas Prasetya - Kamis, 24 November 2022
Desain Kota Terapung Raksasa Mengambil Bentuk Kura-Kura
Home Lifestyle
NAIFEST di IndoBuildTech Buka Layanan Konsultasi Gratis
NAIFEST menawarkan pengalaman dan wawasan baru dalam menikmati, menggali dan menyelami kreativitas inovatif mahakarya.
Febrian Adi - Jumat, 18 November 2022
NAIFEST di IndoBuildTech Buka Layanan Konsultasi Gratis
Bagikan