Harimau Bunuh Warga Belum Tertangkap, Ini Ancaman Masyarakat

Zulfikar SyZulfikar Sy - Senin, 12 Maret 2018
Harimau Bunuh Warga Belum Tertangkap, Ini Ancaman Masyarakat

Harimau Sumatera. (Pixabay)

Ukuran:
14
Font:
Audio:

MerahPutih.com - Masyarakat mendesak pihak berwenang untuk segera menangkap hidup atau mati seekor harimau yang telah membuhun seorang warga, di Kabupaten Indragiri Hilir, Riau. Saat ini BKSDA Riau telah menerjunkan puluhan personel untuk meringkus harimau yang masih berkeliaran itu.

Ratusan warga memberi ultimatum kepada Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Riau karena teror serangan harimau sumatera yang menewaskan seorang warga di Kecamatan Pelangiran itu.

"Kami beri tenggat satu minggu. Hidup atau mati harus dapat (ditangkap)," kata Rudi (45), salah seorang warga Pelangiran saat dihubungi wartawan dari Pekanbaru, Senin (12/3).

Seperti dilansir Antara, ultimatum tersebut disampaikan Rudi bersama dengan 500 warga menyusul kematian Yusri Efendi (34) akibat diterkam harimau pada Sabtu pekan lalu (10/3). Yusri meninggal saat sedang bekerja membangun sarang walet di Dusun Sinar Danau, Desa Tanjung Kecamatan Pelangiran, Kabupaten Indragiri Hilir.

Dalam insiden ini, korban bukan merupakan warga setempat, melainkan warga asal Desa Danau Pulau Muda, Kecamatan Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan. Sementara, warga yang memberi ultimatum tersebut juga berasal dari Desa Danau Pulau Muda. Dua kecamatan itu secara lokasi bertetangga.

"Kalau seminggu tidak dapat ditangkap, kita akan turun memburu harimau ini bersama-sama," ujarnya.

Terpisah, Kepala BBKSDA Riau Suharyono membenarkan ultimatum tersebut. Bahkan, Suharyono menuturkan ultimatum itu terangkum dalam sebuah surat bertulis tangan. Surat itu berisi tiga tuntutan.

Pertama, pihak masyarakat meminta BKSDA Riau secepatnya "membunuh" hewan ganas tersebut dalam waktu tujuh hari. Selanjutnya, jika tidak ada tindakan maka masyarakat akan mengambil tindakan sendiri untuk membunuh hewan ganas secara bersama-sama.

Dalam surat dengan tulisan tangan pada secarik kertas bermaterai turut ditandatangani oleh perwakilan masyarakat, perusahaan PT Tabung Haji Indo Plantation (THIP) serta perwakilan BKSDA Riau.

Suharyono mengatakan bahwa bahasa "membunuh" bukan merupakan bahasa BKSDA. Dia menuturkan, anggotanya dipaksa menandatangani surat tersebut lantaran dalam kondisi dipaksa masyarakat.

"Tadi tim dipaksa untuk tanda tangan, tim dipaksa membunuh oleh masyarakat. Ini bukan bahasa kami. Kami akan upayakan segera mungkin untuk evakuasi, tapi namanya hewan liar resiko yang sangat tinggi, kami tetap memperhitungkan (faktor keselamatan)," ujarnya.

Lebih jauh, hari ini dia menuturkan BKSDA Riau kembali mengirim 24 personel tambahan untuk menangkap harimau tersebut. Personel itu turut dilengkapi dengan senjata bius.

Untuk diketahui, beberapa bulan sebelum insiden tewasnya Yusri, awal Januari 2018 lalu seorang warga bernama Jumiati juga meninggal dunia karena insiden yang sama, diserang harimau. Perempuan berusia 33 tahun itu meninggal saat sedang melakukan perawatan sawit di tempat ia bekerja, PT Tabung Haji Indo Plantantion (THIP).

Sebenarnya, pasca insiden pertama, tim BBKSDA Riau telah diturunkan untuk menangkap dan menyelamatkan harimau tersebut. Tim tersebut terdiri dari TNI, Polisi dan sejumlah pegiat satwa dilindungi.

10 perangkap juga telah dipasang. Perangkap-perangkap berbentuk kotak berisi kambing jantan dan babi hutan menyebar di sekitar lokasi itu.

Begitu juga kamera pengintai, yang dipasang di setiap sudut dimana perangkap itu berada. Namun, selama lebih kurang dua bulan pencarian, belum ada perkembangan berarti.

Di sekitar TKP, ia mengatakan terpantau dua ekor harimau Sumatera. Keduanya berjenis kelamin betina, berusia sekitar empat tahun. Untuk mempermudah identifikasi, BBKSDA Riau memberi nama keduanya dengan nama Boni dan Bonita.

Dalam kejadian ini, Bonita diduga kuat pelaku penerkam warga. Pasalnya, Jumiati sebelumnya tewas ditangan Bonita. Bonita juga disebut mengalami perubahan prilaku pasca menerkam Jumiati. Diantaranya, tidak sungkan untuk bertemu dan mendekati manusia. Sementara, harimau normal akan menghindar dan lari saat melihat kerumunan manusia.

Beberapa kali pula warga melihat Bonita berkeliaran di areal perkebunan sawit. Tidak sedikit gambar rekaman Bonita berkeliaran di perkebunan sawit direkam warga. Namun, untuk memastikan hal tersebut, Hutomo mengatakan pihaknya masih terus mendalaminya. (*)

#Harimau Sumatera #Riau
Bagikan
Ditulis Oleh

Zulfikar Sy

Tukang sihir

Berita Terkait

Indonesia
Struktur Miring, Jembatan Sungai Rokan Riau Ditutup Total Selama 5 Pekan
Penutupan jembatan dimulai pada 4 September dan dijadwalkan berlangsung hingga 9 Oktober 2025 mendatang, alias selama lima pekan atau hampir satu bulan.
Wisnu Cipto - Jumat, 05 September 2025
Struktur Miring, Jembatan Sungai Rokan Riau Ditutup Total Selama 5 Pekan
Indonesia
Sikapi Karhutla Riau, Gibran Bakal Ketatkan Regulasi Hingga Pengawasan Pembukaan Lahan
Gibran meninjau kondisi kejadian kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di sekitar Pangkalan Udara TNI AU Roesmin Nurjadin, Pekanbaru.
Ananda Dimas Prasetya - Senin, 28 Juli 2025
Sikapi Karhutla Riau, Gibran Bakal Ketatkan Regulasi Hingga Pengawasan Pembukaan Lahan
Indonesia
Karhutla di Riau, KLH Segel 4 Perusahaan Perkebunan dan Tutup 1 Pabrik Sawit
KLH menyegel empat perusahaan perkebunan dan menutup satu pabrik sawit. Hal itu terkait dengan kebakaran hutan dan lahan di Riau.
Soffi Amira - Sabtu, 26 Juli 2025
Karhutla di Riau, KLH Segel 4 Perusahaan Perkebunan dan Tutup 1 Pabrik Sawit
Indonesia
Menteri LH Berangkatkan Tim Pemadam Karhutla Riau: Pantang Pulang Sebelum Padam
Sebanyak 200 personel dilepas untuk bertugas menangani kebakaran hutan di Riau.
Ananda Dimas Prasetya - Jumat, 25 Juli 2025
Menteri LH Berangkatkan Tim Pemadam Karhutla Riau: Pantang Pulang Sebelum Padam
Indonesia
Titik Api Kebakaran Hutan dan Lahan Melonjak, Perusahaan Tidak Mitigasi Karhutla Bakal Ditindak
KLH mengajak publik untuk mengawasi korporasi melalui kanal pelaporan lingkungan dan menjamin transparansi dalam proses penegakan hukum di sektor kehutanan.
Alwan Ridha Ramdani - Rabu, 23 Juli 2025
Titik Api Kebakaran Hutan dan Lahan Melonjak, Perusahaan Tidak Mitigasi Karhutla Bakal Ditindak
Indonesia
Aura Farming Jadi Viral, Tradisi Pacu Jalur Diklaim Malaysia, ini Penjelasan Dubes RI
Tak ada klaim resmi dari pemerintah Malaysia.
Dwi Astarini - Kamis, 10 Juli 2025
Aura Farming Jadi Viral, Tradisi Pacu Jalur Diklaim Malaysia, ini Penjelasan Dubes RI
Indonesia
Viralnya Video Aura Farming Tiru Gerakan Anak Kuantan Singingi Riau, Begini Sejarah Olah Raga Pacu Jalur
Festival Pacu Jalur berlangsung pada Agustus di Sungai Batang Kuantan, Teluk Kuantan. Perlombaan ini menyedot ribuan penonton, bahkan kerap dihadiri masyarakat perantauan yang pulang kampung demi menyaksikan momen kebanggaan daerah tersebut.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 08 Juli 2025
Viralnya Video Aura Farming Tiru Gerakan Anak Kuantan Singingi Riau, Begini Sejarah Olah Raga Pacu Jalur
Indonesia
Riau Jadi Jalur Masuk, Politikus Apresiasi Kapolda Tindak Anggota Penyalahgunaan Narkotika
Pemecatan tidak dengan hormat (PTDH) terhadap oknum anggota yang terlibat narkoba diharapkan menjadi contoh
Alwan Ridha Ramdani - Kamis, 27 Maret 2025
Riau Jadi Jalur Masuk, Politikus Apresiasi Kapolda Tindak Anggota Penyalahgunaan Narkotika
Indonesia
Banjir Genangi Jalan Lintas Timur Sumatera di Pelalawan Riau, Polisi Berlakukan Buka-Tutup Lalu Lintas
Banjir karena luapan air Sungai Kampar.
Frengky Aruan - Kamis, 13 Maret 2025
Banjir Genangi Jalan Lintas Timur Sumatera di Pelalawan Riau, Polisi Berlakukan Buka-Tutup Lalu Lintas
Indonesia
Profil SF Hariyanto, Wagub Terpilih Riau yang Istrinya Gemar Flexing di Sosmed
Hariyanto juga mengejar titel S2 Magister Teknik Sipil di Universitas Islam Indonesia tahun 2006
Angga Yudha Pratama - Senin, 10 Februari 2025
Profil SF Hariyanto, Wagub Terpilih Riau yang Istrinya Gemar Flexing di Sosmed
Bagikan