Gerabah Desa Sitiwinangun Terancam Punah

Luhung SaptoLuhung Sapto - Minggu, 29 Januari 2017
Gerabah Desa Sitiwinangun Terancam Punah

Pengrajin gerabah di Desa Sitiwinangun. (Foto MP/Mauritz)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

Bagi warga Desa Sitiwinangun, Kecamatan Jamblang, Kabupaten Cirebon, kerajinan gerabah tak hanya bernilai ekonomis tetapi di balik itu ada nilai sejarahnya.

Kepala Desa Sitiwinangun, Ratija Bratamenggala mengungkapkan, nama Sitiwinangun merupakan gabungan dari dua kata bermakna yakni 'Siti' berarti tanah dan 'Winangun' berarti yang dibangun. Dengan begitu, kerajinan gerabah merepresentasikan nilai hidup masyarakat sekitar.

Masyarakat sekitar percaya, gerabah merupakan salah satu dari tiga benda peninggalan Syekh Dinurja atau Ki Buyut Kebagusan, selain kitab suci Al Quran kuno dan masjid keramat pada abad ke-17.

Proses pembuatan gerabah tak bisa dilepaskan dari satu nama yakni Ki Jagabaya. Ia merupakan salah satu punggawa Syekh Dinurja yang paling berpengaruh.

"Sebelum membuat kerajinan gerabah, ada semacam ritual khusus seperti tawaf di makam Ki Jagabaya. Ini seperti sugesti yang memantik motivasi dalam proses pembuatannya," cetus Ratija.

Meski menghadapi ancaman kepunahan, dia mengaku, sejauh ini belum ada perhatian lebih dari Pemkab Cirebon. Padahal, mereka setidaknya membutuhkan bantuan pembinaan.

"Belum lama ini, kami membuat kesepakatan dengan Forum Bisnis Cirebon (FBC) yang diketuai Sultan Kasepuhan Cirebon Sultan Sepuh XIV Pangeran Raja Adipati Arief Natadiningrat yang akan memberi pembinaan bagi pengrajin sini dalam hal desain, pemasaran, dan lainnya," papar dia.

Bersama FBC, pihaknya menyepakati Sitiwinangun dijadikan desa wisata yang meliputi tiga paket wisata. Ketiga paket itu masing-masing wisata belajar berbabis gerabah, wisata budaya, dan wisata sejarah. Dia meyakinkan, masyarakat pun siap menyambut wisatawan yang datang.

Sementara itu, salah satu pengrajin gerabah Sitiwinangun yang juga Kepala Dusun Kebagusan, Kadmia, 48, mengakui, adanya kendala terutama dalam hal desain dan pemasaran. Kadmia sendiri merupakan generasi ke-13 pengrajin gerabah di keluarganya.

"Pemasaran sebenarnya sudah ke mana-mana, kolektor luar negeri juga pernah datang dan memesan. Tapi kami tetap butuh pembinaan, terutama desain supaya lebih menjual," katanya.

Berita ini berdasarkan laporan Mauritz, reporter dan kontributor merahputih.com untuk wilayah Cirebon dan sekitarnya. Dapatkan informasi lainnya dari Cirebon dalam artikel Kereta Api Ceremai Ekspres Tambah Jadwal Keberangkatan

#Kabupaten Cirebon #Desa Wisata
Bagikan
Ditulis Oleh

Luhung Sapto

Penggemar Jones, Penjelajah, suka makan dan antimasak

Berita Terkait

Indonesia
Angka Perkawinan Anak dan Stunting di Kabupaten Cirebon Masih Tinggi
"Penyebab kasus perkawinan anak masih tinggi, di antaranya SDM, pergaulan bebas dan ketidaktahuan orangtua mengenai bahaya menikah di usia dini," tambahnya.
Andika Pratama - Kamis, 07 September 2023
Angka Perkawinan Anak dan Stunting di Kabupaten Cirebon Masih Tinggi
Indonesia
Polresta Cirebon Tangkap 4 Sindikat Pelaku TPPO
Bahkan, kata Arif, seorang korban juga meninggal dunia, karena sakit akibat dijanjikan awal bekerja di Korea namun diberangkatkan ke Turki.
Andika Pratama - Jumat, 09 Juni 2023
Polresta Cirebon Tangkap 4 Sindikat Pelaku TPPO
Fun
10 Pemenang Anugerah Desa Wisata Indonesia 2022
Bisa jadi destinasi liburan akhir tahun ini.
Andrew Francois - Jumat, 04 November 2022
10 Pemenang Anugerah Desa Wisata Indonesia 2022
Bagikan