Empat Kisah Jenaka Pilot Riani


Pilot Garuda Riani Agusena (Foto; Pribadi)
MerahPutih, Nasional - Duduk di ruang tamu apartemen di sebuah kawasan di Kelapa Gading, Jakarta Utara, Riani Agusena menceritakan suka-dukanya sebagai seorang pilot maskapai Merpati Nusantara Airlines (MNA). Didampingi dua buah hatinya dengan nada riang dan penuh canda Riani menyampaikan banyak pengalaman selama menjadi pilot di maskapai pelat merah milik pemerintah.
Pilot alumnus Austin Academy Aviation, Texas, Amerika Serikat tahun 2009 berkisah selama 4 tahun menerbangkan pesawat Modern Ark (MA) 60, banyak pengalaman menarik yang didapat. Ada kisah lucu, kisah haru, hingga kisah menegangkan.
"Jadi pilot enggak selamanya enak," katanya saat dijumpai merahputih.com akhir pekan lalu.
Setidaknya ada empat kisah menarik, lucu dan menegangkan yang disampaikan Riani kepada merahputih. Apa sajakah kisah-kisah tersebut? Simak berikut ini ceritanya.
1. Tidak sengaja Jadi Pilot Merpati dan Garuda
Kala itu Riani mengantarkan rekannya bertandang ke kantor MNA. Kedatangan dirinya adalah untuk menemani rekan kerjanya yang sudah terlebih dahulu bekerja di maskapai pelat merah dengan rute perintis itu.
Namun demikian begitu tiba di kantor MNA, sang rekan menjelaskan bahwa Riani juga berprofesi sebagai seorang pilot, namun demikian Riani masih menunggu izin lisensi penerbangan yang belum keluar. Setelah berbicara cukup panjang, akhirnya Riani ditawarkan untuk bergabung sebagai di maskapai MNA pada tahun 2010.
"Jadi saya tidak sengaja jadi pilot Merpati. Daripada menganggur saya diminta terbangkan Merpati. Selama 4 tahun saya bekerja di Merpati," katanya sambil tertawa riang.
Setelah maskapai MNA tidak lagi beroperasi, Riani bersama dengan rekan-rekanya kembali mencoba keberuntungan dengan menyodorkan lamaran kerja ke berbagai maskapai penerbangan. Salah satu lamaran yang ditujukan istri Hakam Vincet Abdul Aziz adalah menjadi pilot pada pesawat Kargo (pesawat jenis angkut barang).
"Agustus tahun 2014 saya sudah interview buat jadi pilot Kargo. Namun saya tunggu-tunggu tidak ada panggilan. Dan saya ditawari jadi pilot Garuda," sambung Riani.
Saat ini Riani tengah menjalani pelatihan untuk menyesuaikan diri dengan jenis pesawat Bombardier CRFJ700. Penyesuaian perlu dilakukan sebab pesawat jenis Bombardier berbeda dengan jenis pesawat Propeller seperti MA 60.
2. Tunggu Penumpang Mandi selama 30 Menit
Riani juga mengisahkan pengalamannya saat melakukan penerbangan di Palu, Sulawesi Tengah. Kala itu, semua penumpang pesawat Modern Ark (60) bersama kru sudah berada dalam pesawat dan siap tinggal landas.
Namun demikian sebelum mesin pesawat dinyalakan, tiba-tiba seorang petugas bandara datang dan menghampiri dirinya. Dalam keadaan hujan dan tergopoh-gopoh petugas tersebut menjelaskan bahwa masih ada seorang penumpang lagi yang belum masuk ke dalam maskapai MA 60. Petugas terkait meminta kepada Riani untuk menunggu orang yang dimaksud.
"Saya tanya kenapa kita harus tunggu dia? Kemudian dijawab oleh petugas tersebut, karena penumpang terkait sering naik Merpati," sambung wanita kelahiran Cirebon, Jawa Barat, 36 tahun silam.
Setelah melakukan kontak dengan penumpang terkait didapatkan kabar bahwa yang yang bersangkutan sedang mandi.
Mendengar hal tersebut Riani mengaku terheran-heran dan hampir tidak percaya. Meskipun demikian ia bersama dengan kru MA 60 dan penumpang masih tetap sabar menunggu penumpang telat itu.
"Setelah kita tunggu 30 menit yang bersangkutan baru datang," kenangnya dengan tertawa.
3. Menaklukan 10 Tentara
Saat itu ia tengah menerbangkan maskapai MA 60 dengan rute penerbangan Semarang-Bandung. Sebanyak 10 orang penumpang dalam penerbangan tersebut adalah Tentara Nasional Indonesia ANgkatan Darat (TNI AD). Kesepuluh serdadu tersebut hendak terbang ke Bandung untuk menghadiri rapat rutin pada pukul 17.00 WIB.
Singkat cerita Riani bersama dengan rekannya menerbangkan MA 60 dengan tujuan Semarang-Bandung. Ketika sampai di kawasan Indramayu, Jawa Barat Riani mendapatkan laporan dari Air Traffic Control (ATC) bahwa cuaca di Bandung, Jawa Barat, sedang dalam keadaan hujan deras dan berkabut. Selain itu Bandara Husein Sastranegara juga sedang penuh dengan antrian 7 maskapai. Untuk bisa mendarat di Bandara, sebuah pesawat membutuhkan waktu selama 30 menit.
"Setelah kita diskusi akhirnya kita putuskan kembali se Semarang," ujar alumnus salah satu perguruan terkemuka di Jakarta ini.
Setelah memutuskan kembali ke Semarang, Riani segera menghubungi kru pesawat untuk menyampaikan keputusan itu. Namun demikian diluar dugaan, banyak penumpang pesawat tidak menerima keputusan tersebut. Kru pesawat bersama dengan pramugari juga tidak bisa berbuat apa-apa, sebab banyak penolakan dari para penumpang, terlebih oleh 10 tentara TNI AD.
Berada dalam kondisi demikian Riani berusaha meyakinkan kepada para penumpang bahwa keputusan yang diambil sudah tepat. Sempat terjadi diskusi alot antara dirinya dengan para serdadu tersebut.
Akhirnya Riani menjelaskan bahwa kondisi cuaca yang demikian buruk membahayakan nyawa dan keselamatan penumpang. Ia tidak ingin kejadian pesawat Sukhoi yang hancur berkeping-keping menabrak gunung Salak tidak kembali terulang.
"Saya tanya kepada Komadan tentara tersebut, apakah Bapak mau kejadian seperti Sukhoi kita alami?. Kemudian pertanyaan tersebut dijawab oleh komanda dengan tegas, oh tentu saja tidak," kata Riani saat menirukan ucapan perwira TNI AD.
Walhasil, komandan TNI AD tersebut menenangkan para prajuritnya dan mereka kembali terbang ke Semarang, demi keselamatan para penumpang.
4. Kebelet Kencing Malah Dihadang Penumpang
Menjelang pendaratan pada rute Kupang ke Maumere, Nusa Tenggara Timur, Riani minta izin kepada sang pilot untuk buang air kecil di toilet yang berada di buntut pesawat. Begitu sampai dereten kursi belakang, tiba-tiba ada seorang Bapak berdiri menghadangnya. "Eit Ibu pilot kah? Jangan pergi dari kursi Anda. Nanti bagaimana kapal (dia bilang pesawat sebagai kapal) dan kita selamat mendarat kalau pilotnya jalan-jalan," ujar si Bapak dengan nada gusar. "Tapi Pak saya ini cuma mau ke toilet..." ucap Riani pasrah.
Menghindari keributan, Riani mengalah dan kembali ke kokpit. "Wah gagal buang air kecil, cap, dilarang sama penumpang di belakang...," tutur Riani dengan nada kesal kepada sang Kapten. "He he he sabar dan tahan dulu ya sampai landing,...," imbuh sang kapten sambil terkekeh-kekeh.
(bhd/bro)
Bagikan
Berita Terkait
Buka Penerbangan Setiap Hari ke Singapura, Pelita Air Ingin Perbanyak Wisatawan Asing ke Indonesia

Palu Kini Punya Bandara Internasional, Mutiara Sis Aljufri Bikin Pengadaan Alat X-Ray Rp 2,5 M

Penumpang Bertingkah dan Berteriak Ada Bom di Pesawat Lion Air, Ditangkap dan Dijadikan Tersangka

Penerbangan Dari dan Ke Bali Alami Keterlambatan dan Penundaan Akibat Lewotobi Meletus

Presiden Prabowo Bakal Buka Kembali Penerbangan Internasional di Berbagai Bandara Daerah

Penerbang Tempur Kumpul di Halim, Bersiap Berikan Penghormatan Pada Komandan Pasukan Elit

Air India Kena Audit, Pengawas Temukan 51 Pelanggaran Keamanan

Pengalihan Penerbangan Dari Halim ke Soetta Rampung, Ini Daftar Maskapai Yang Beroperasi di Halim

Ketepatan Waktu Penerbangan Haji pada 2025 Capai 96,2 Persen atau Naik dari Tahun Sebelumnya, Menurut Garuda Indonesia

Penerbangan Karimunjawa-Semarang Kembali Dibuka, Terakhir Kali Dilayani Pada 2019
