Ekonomi Sulit, Ancaman PHK Membayangi, Mudik Lebaran 2025 Terasa Suram
Gerbang Tol / dok Jasa Marga
MERAHPUTIH.COM - MUDIK Lebaran 2025 terasa yang terberat bagi sebagian orang. Ekonom Achmad Nur Hidayat menilai kenaikan harga BBM sejak akhir 2024 dan tarif transportasi yang melambung membuat anggaran mudik meningkat 20-30 persen ketimbang tahun sebelumnya.
“Diprediksi, pada 2025, rata-rata keluarga mengalokasikan Rp 3 juta - Rp 5 juta untuk biaya mudik. Padahal di 2024, angka ini hanya sekitar Rp 2,5 juta - Rp 4 juta,” jelas Achmad dalam keteranganya dikutip Jumat (21/3).
Menurut Achmad, bagi pekerja dengan penghasilan pas-pasan, kenaikan ini memaksa mereka memilih untuk tidak mudik atau mengurangi anggaran belanja Lebaran. “Fenomena ini tidak hanya mengurangi kebahagiaan reuni keluarga, tetapi juga berdampak pada perekonomian daerah,” jelas Achmad.
Dia mencontohkan, selama ini, mudik menjadi pendorong utama perputaran uang di daerah tujuan, seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sumatra. Dengan berkurangnya arus mudik, UMKM lokal yang bergantung pada penjualan oleh-oleh dan jasa kuliner selama Lebaran terancam kehilangan pendapatan.
Baca juga:
Konsumsi Naik di Ramadan 2025, Kontribusi ke Pertumbuhan Ekonomi Rendah
“Jika tren ini berlanjut, dampaknya bisa meluas ke sektor lain, seperti transportasi dan pariwisata, yang selama ini menjadi tulang punggung ekonomi musiman,” tutur Achmad.
Selain biaya mudik yang membengkak, ancaman PHK dan resesi ekonomi semakin menambah beban masyarakat. Sepanjang 2024, tercatat 77.965 kasus PHK, dan di awal 2025, tambahan 4.050 pekerja kehilangan pekerjaan.
Sektor manufaktur dan tekstil menjadi yang paling terdampak, dengan banyak perusahaan mengurangi produksi akibat penurunan permintaan global. “Bagi keluarga yang terkena PHK, Lebaran 2025 bukan lagi momen bahagia, melainkan sumber stres finansial,” jelas Achmad.
Ancaman resesi ekonomi global juga membayangi Indonesia. Pertumbuhan ekonomi kuartal I 2025 hanya mencapai 4,5 persen, jauh di bawah target pemerintah sebesar 5,3 persen.
Daya beli yang melemah, inflasi yang tidak stabil, dan ketidakpastian pasar global membuat momentum Lebaran tidak mampu menjadi penyelamat ekonomi.
“Jika pemerintah tidak segera mengambil langkah strategis, seperti stimulus fiskal dan proteksi bagi sektor padat karya, resesi bisa menjadi kenyataan yang menghancurkan harapan pemulihan ekonomi setelah COVID-19,” tutur Achmad yang juga ekonom dari UPN Veteran Jakarta ini.(knu)
Baca juga:
Ragam Kebijakan Pemerintah Buat Dongkrak Ekonomi di Ramadan 2025
Bagikan
Joseph Kanugrahan
Berita Terkait
Fraud BI-FAST Rp 200 Miliar Terungkap, DPR Minta Pengamanan Dana dan Data Nasabah Diperkuat
Polri Prediksi Adanya Lonjakan Pergerakan Masyarakat saat Libur Nataru 2025/2026
Puncak Arus Mudik Nataru 2025/2026 Diprediksi 24 Desember, Ini Jadwal Arus Baliknya
Penjualan Tiket Kereta Nataru 2025/2026 Tembus 1,44 Juta, Rute Jakarta–Surabaya Paling Banyak Dipesan
Masyarakat Bisa Nikmati Mudik Gratis Nataru 2025/2026, Begini Cara Mendaftarnya
Prabowo Subianto Yakin Ekonomi Indonesia Tetap Tenang dan Mampu Bertahan dari Gempuran Perang Dagang
Dorong Ekonomi Nasional Jelang Nataru, Pemerintah Siapkan 3 Program Salah Satunya Diskon Belanja
Pengusaha Diminta Jadi Kakak Asuh Koperasi Merah Putih, Pertumbuhan Tidak Dinikmati Segelintir Orang
Jokowi Pidato Forum Bloomberg New Economy Forum 2025, Paparkan Revolusi Ekonomi Cerdas
BPS Rekrut 190 Ribu Orang Buat Sensus Ekonomi 10 Tahunan