Ekonom UI: Konsumsi Dorong Pertumbuhan Ekonomi


Pembangunan MRT dan Fly Over Paket di daerah Blok M, Rabu (27/5). (Foto: MerahPutih/Rizki Fitrianto)
MerahPutih, Bisnis-Pertumbuhan ekonomi Indonesia semester II sangat bergantung pada realisasi belanja modal Pemerintah. Karena, untuk menstabilkan kembali pertumbuhan ekonomi di Indonesia hanya Pemerintahlah yang dianggap dapat menjadi stabilisator di tengah ekspor impor yang sudah tidak bisa lagi diandalkan ditengah krisis global seperti saat ini.
"Sebenarnya realisasi anggaran ini kuncinya. Karena hanya Pemerintahlah yang dapat dianggap sebagai stabilisator di tengah melambannya perekonomian. Ekspor dan impor mengalami penurunan. Jadi kita hanya bisa mendorong pengeluaran pemerintah (Government Spending)," kata Kepala Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM UI), I Kadek Dian Sutrisna ketika ditemui merahputih.com, di kantornya, Jakarta Pusat, Selasa (25/8).
Pengeluaran Pemerintah dapat menciptakan lapangan pekerjaan yang baru. Pembangunan infrastruktur yang padat karya dapat mendorong aktivitas ekonomi. Meskipun demikian, proyek infrastruktur Pemerintah efeknya tidak bisa dirasakan tahun ini. Selain pengeluaran pemerintah, konsumsi masyarakat menengah ke bawah dapat membantu pertumbuhan ekonomi.
Menurut Kadek, peraih gelar master ilmu ekonomi dari Vrije Universiteit, Amsterdam dan doktor ilmu ekonomi dari Groningen University, Belanda, kelompok kelas atas lebih memilih menyimpan uangnya, terutama mata uang asing (dollar AS) untuk berjaga-jaga di tengah ketidakpastian. Maka itu mereka tidak dapat membantu pertumbuhan ekonomi."Konsumsi yang paling berpengaruh adalah konsumsi menengah ke bawah. Kalau menengah ke atas biasanya dalam kondisi sulit seperti mereka punya duit yah mereka saving. Karena, ke depannya tidak pasti nih. Tidak bisa investasi, karena belum menguntungkan makanya disimpan," tuturnya.
Kadek mengakui ekonomi Indonesia akan sulit bertumbuh di angka 5,7 persen seperti yang telah ditetapkan Anggaran Pendapatan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2015. Pasalnya, realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II hanya tumbuh mencapai 4,67 persen.
Oleh sebab itu dalam jangka pendek Pemerintah harus terus mendorong konsumsi masyarakat menengah ke bawah. Misalnya, dengan menggalang program-program sosial, menggalang lembaga-lembaga pembiayaan yang berbentuk nonbank atau perbankan dan membuka lapangan kerja.
"Maka dari itu Pemerintah harus bisa menjaga konsumsi golongan masyarakat menengah ke bawah ini. Di samping memang ada program infrastruktur untuk jangka panjang. Tapi kalau ingin melihat rate-nya secara instan yaitu konsumsi. Karena konsumsi paling mudah dan menyumbang (pertumbuhan) tertinggi sekira 54 persen juga. Berbeda dengan infrastruktur yang sifatnya jangka panjang," pungkasnya. (Rfd)
Baca Juga:
Rupiah Tertekan Semakin Dalam Akibat Ketidakpastian The Fed
Ekonom UI: Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar Lebih Baik dari Ringgit
Ekonom: Tanpa Devaluasi Yuan, Rupiah Tetap Anjlok
Devaluasi Yuan Perkuat Anjloknya Rupiah
Ekonom UI Tuding KPK Dalang Dibalik Rendahnya Serapan Anggaran di Daerah
Bagikan
Berita Terkait
Investasi Bangunan Landai, Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI 2025 Turun 0,1%

Bank Permata: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2025 Melambat Bergerak 4,5 Hingga 5,0 Persen

Bank Indonesia Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2025 Capai Target

Pakar Nilai Indonsia Punya Prasyarat untuk Capai Pertumbuhan Ekonomi 7 Persen

Jokowi Pamer Ekonomi RI Tumbuh Di Atas 5 Persen Selama 7 Kuartal Beruntun

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tertinggi Ke-2 di Antara Negara-Negara G20

Industri Otomotif Indonesia Tumbuh 10,95 Persen pada 2022

Gubernur BI: Pertumbuhan Ekonomi India Berdampak Positif terhadap Indonesia
