Dari Lima Terpidana Mati, Lahirlah Wayang Potehi

Yudi Anugrah NugrohoYudi Anugrah Nugroho - Senin, 04 September 2017
Dari Lima Terpidana Mati, Lahirlah Wayang Potehi

Salah satu adegan pada pementasan Wayang Potehi. (Foto Yusuf R, Wayang Potehi, Seni Pertunjukan Peranakan Tionghoa di Indonesia)

Ukuran:
14
Audio:

KETIDAKSENGAJAAN terkadang berbuah manis. Hal itu mungkin terasa begitu nyata bagi kelima terpidana mati, di Tiongkok Selatan pada masa Dinasti Tang (617-918).

Sembari menunggu hari eksekusi, lima terpidana pun mencoba membunuh rasa sepi dengan memainkan selehai kain berbentuk empat persegi panjang. “Tangan mereka masuk ke dalam kantong dan telunjuk masuk ke dalam ikatan, seperti kepala. Jadilah satu tokoh boneka,” ungkap Dwi Woro Retno Mastuti, peneliti budaya Tionghoa-Jawa.

Mereka kemudian membuat tokoh-tokoh boneka, menggerakannya, sekaligus mengisi dialog. Tak lupa, agar semarak, alat-alat makan dan masak di dekat mereka pun dipukul seakan menjadi musik pengiring.

Terbentuklah sebuah pertunjukan sederhana dari kelima terpidana. “Ya, enggak sengaja. Lima orang terpidana itu cuma kepingin menghilangkan rasa penat menuju hari eksekusi,” ungkap Woro Mastuti.

Pertunjukan kecil-kecilan tersebut sampai ke telinga raja. Mereka pun diminta menghadap untuk memainkan boneka kantung kreasi mereka di hadapan sang raja. “Ternyata raja suka dan mereka pun akhirnya terbebas dari hukuman, karena ketidaksengajaan,” jelas Woro Mastuti.

Boneka kantong tersebut kemudian menjalar hingga ke luar istana menjadi kesenian rakyat. Pada abad 17, boneka kantong atau lumrah disebut Wayang Potehi kemudian menyebar hingga wilayah Timur Tiongkok, Hongkong, Taiwan, kemudian Asia Tenggara, hingga Nusantara, lebih khusus Jawa.

Potehi, menurut Woro Mastuti, berasal dari bahasa mandarin lafal Hokkian terdiri dari kata poo (kain), tay (kantong), dan hie (wayang), lantas bermakna menjadi boneka kantong. “Potehi merupakan bentuk mini Opera Peking,” tegasnya.

Pendapat tersebut bersandar dari tata rias muka tokoh-tokoh jendral dan panglima perang Potehi, berkecenderungan mengikuti pola Lianpu atau rias muka karakter pada Opera Pekking; tata rias pemain laki-laki berjuluk Sheng, kemudian perempuan Dan, lalu aktor lain Jing, serta badut Chou.

Semula pertunjukan Potehi untuk sebatas mengisi waktu senggang. Pada perkembangan selanjutnya, Potehi memasukan lakon-lakon cerita kepahlawanan, sejarah kerajaan, dan peri kehidupan dewa-dewa, sehingga fungsi Potehi berubah menjadi ritual.

“Orang Tionghoa beranggapan bahwa pertunjukan Wayang Potehi merupakan saran paling tepat menyampaikan puji-pujian kepada para dewa,” ungkapnya. “Mereka juga meyakini bila melakukan pementasa Potehi di halaman klenteng bisa mendatangkan berkah dan rejeki”. (*)

#Wayang Potehi #Sejarah Potehi #Wayang
Bagikan

Berita Terkait

Tradisi
Mengenal Wayang Garing, Kesenian asal Banten yang Terancam Punah
Wayang Garing merupakan kesenian asal Banten yang jarang diketahui. Sayangnya, kesenian ini terancam punah karena tak ada regenerasi.
Soffi Amira - Kamis, 25 Juli 2024
Mengenal Wayang Garing, Kesenian asal Banten yang Terancam Punah
Travel
Menikmati Sanggar Wayang Golek Gending Pusaka Putra Kota Bandung
Grup Padalangan dengan nama Gending Pusaka Putra yang didalangi Ki Asep Aceng Amung.
Dwi Astarini - Senin, 27 November 2023
Menikmati Sanggar Wayang Golek Gending Pusaka Putra Kota Bandung
Indonesia
Peringatan 70 Tahun Srimulat: Dari Pameran Wayang Golek hingga Launching Buku
Grup lawak legendaris asal Kota Solo yang populer tahun 70-an hingga 90-an, Srimulat merayakan ulang tahun.
Mula Akmal - Rabu, 02 Agustus 2023
Peringatan 70 Tahun Srimulat: Dari Pameran Wayang Golek hingga Launching Buku
Indonesia
Temui Komunitas Dalang di Sukoharjo, Anies Ngaku Hanya Silaturahmi dan Tukar Pikiran
"Pertemuan ini bertujuan hanya silaturahmi saja. Saya jadi pembina KPSBN sejak 2015," kata Anies.
Andika Pratama - Rabu, 01 Februari 2023
Temui Komunitas Dalang di Sukoharjo, Anies Ngaku Hanya Silaturahmi dan Tukar Pikiran
Tradisi
Mengenang Gregory Churchill, Ahli Hukum Asal Amerika Serikat Pencinta Wayang Nusantara
Koleksi wayang Greg menjadi salah satu sumber daya hidup bagi pelestarian dan pengembangan wayang Indonesia.
Hendaru Tri Hanggoro - Selasa, 06 Desember 2022
Mengenang Gregory Churchill, Ahli Hukum Asal Amerika Serikat Pencinta Wayang Nusantara
Indonesia
Produk UMKM Wayang Asal Sukoharjo Jadi Souvenir G20 di Bali
Untuk souvenir G20 di Bali ini, pemerintah menunjuk produk kerajinan tangan dari hasil produksi warga Desa Purbayan, Kecamatan Baki, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah.
Mula Akmal - Selasa, 20 September 2022
Produk UMKM Wayang Asal Sukoharjo Jadi Souvenir G20 di Bali
Bagikan