Dari 'Bangga Internasional' Jadi Ganti Status 'Bangga Lokal'


Tiga busana dari seri eksklusif Erigo. (Foto: Instagram/@erigo.x)
JENAMA fesyen untuk generasi 80-90-an merentang dari X-Girl, Cross Colours, dan Alphanumeric. Semua jenama impor. Era ini jadi kejayaan bagi jenama fesyen impor.
Namun, penggunaan fesyen impor tak hanya sampai pada era itu saja, loh. Sampai sekarang masih banyak jenama impor yang dijual secara bebas di pasaran. Tidak hanya baju, tetapi kebutuhan sehari-hari juga didominasi oleh produk-produk impor.
Kejayaan jenama impor tak lepas dari kondisi sosial-budaya masyarakat saat itu. Orde Baru membuka keran investasi sebesar-besarnya untuk modal luar negeri. Termasuk pula untuk industri fesyen.
Mindset kebarat-baratan pun muncul. Menurut mereka yang memakai jenama impor, inilah jenama yang paling gaul dan keren. Jenama impor menjadi lambang status sekaligus identitas kelompok elite. Sedangkan jenama lokal berada dalam kasta terendah. Memakainya mengesankan norak, kampungan, dan terbelakang.
Baca juga:
Laras dengan Zaman, Ganti Status Pemakai Jam Kinetik ke Jam Digital

Beberapa jenama impor yang sempat populer selain yang disebutkan di atas antara lain Limited Too, Delia’s, Bongo Jeans, Bugle Boy, dan lain-lain.
Jenama kesohor seperti Adidas, Nike, New Balance juga sudah menjadi jenama impor ternama yang banyak digunakan saat itu.
Situasi berubah memasuki era 2000 sampai 2010-an. Jenama lokal mulai bermunculan di pasaran. Jenama lokal pun memiliki kualitas tak kalah jauh dari jenama impor. Hingga akhirnya mudah diterima di kalangan masyarakat.
Jenama lokal menghantam stigma norak atau kampungan. Dukungan bagi jenama lokal mengalir deras. Banyak jenama lokal memperoleh bantuan pemodalan dan regulasi.
Laman Badan Pusat Statistik mengonfirmasi bahwa pada 2022, tingkat pembelian jenama lokal semakin melejit. Pendapatannya sebanyak 400 triliun rupiah. Angka meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 1,67 persen sampai 1,71 persen.
Kampanye jenama lokal tak hanya dilakukan oleh perusahaan, tetapi juga oleh berbagai kalangan. Bahkan Presiden Joko Widodo kerap menggunakan jenama lokal jika melakukan kunjungan kerja. Baju dan sepatu Presiden berasal dari jenama lokal.
Baca juga:

Berkat bermacam dukungan, jenama lokal seperti Erigo, Compass, dan Vantela memiliki pasar tetap, yaitu anak muda. Erigo sendiri sudah tembus pasar internasional. Mereka kerap kali tampil di parade busana di New York Fashion Week (NYFW).
Tahun lalu, desainer Indonesia memiliki kesempatan dengan mengadakan talkshow yang didukung langsung oleh NYFW.
Tidak hanya busana, produk kebutuhan tubuh pun juga sudah cukup dikuasai oleh jenama lokal. Sebut saja produk skincare dan makeup yang dapat bersaing dengan produk internasional. Antara lain Luxcrime, Somethinc, Avoskin, Skintific, dan Make Over
Kampanye produk lokal juga diikuti dengan selebritas Indonesia yang kerap memakai barang lokal seperti Vincent dan Desta. Sepatu mereka adalah sepatu lokal.
Selain itu, lokapasar (marketplace) daring Indonesia juga turut membantu kampanye produk lokal dengan menawarkan produk-produk UMKM, baik saat di halaman utama maupun di kolom pencarian.
Jadi, tunggu apalagi? Yuk, segera beralih ke produk lokal. Karena kita bangga produk Indonesia. (mro)
Baca juga:
Bagikan
Hendaru Tri Hanggoro
Berita Terkait
Ganti Status Nonton Video di Ponsel Pintar dari Landscape ke Vertikal

Mana Lebih Penting, Skincare atau Makanan Sehat?

Agnez Mo Menangi 2 Penghargaan WPVR 2022 Year-End Pinnacle Awards

Wajah Lebih Cerah dengan Perawatan Ini

Dari 'Bangga Internasional' Jadi Ganti Status 'Bangga Lokal'

Laras dengan Zaman, Ganti Status Pemakai Jam Kinetik ke Jam Digital

Unik, Ransel Berbentuk Mesin Gacha

Kota Bandung Dinyatakan Terbaik pada Indeks Literasi Ekonomi Digital

Dion Mulya Ganti Status Jadi Penyanyi Solo Lewat Debut 'Manusia Sendiri'

JD.id Hengkang dari Indonesia dan Thailand
