Dampak Virus Corona di Industri Fesyen Dunia
Shanghai Fashion Week 2018 yang diikuti sejumlah mahasiswa Indonesia dari Raffles Design Institute. (Instagram/@leolgpeng)
BANYAK industri global yang terdampak karena penyebaran virus corona atau COVID-19, tanpa terkecuali industri fesyen. Sejak akhir Januari 2020, penyebaran virus kian masif,termasuk di negara dengan jadwal pagelaran busana global besar seperti Tingkok, Korea Selatan, Italia, Amerika, dan beberapa wilayah Eropa.
Di Italia, wabah virus corona muncul bertepatan dengan berakhirnya Milan Fashion Week, yang kemudian menjadi penyebab utama pembatalan pertunjukan busana lainnya. Hal tersebut mengakibatkan ada penurunan angka penjualan di industri fesyen.
Baca juga:
Beberapa acara fesyen juga mengaku mengalami penurunan pengunjung dari Tiongkok akibat pembatasan perjalanan baik dari dalam atau luar Tiongkok. Padahal dilansir dari Reuters, 40 persen pelanggan produk mewah berasal dari negara tersebut.
Hal tersebut berdampak pada finansial yang menurun. Misalnya Capri Holdings, perusahaan yang menaungi rumah mode mewah seperti Michael Kors, Versace dan Jimmy Choo menutup 150 tokonya di Tiongkong. Kemungkinan keputusan tersebut membuat pendapatannya menurun sekitar US$100 juta pada kuartal berikutnya.
Penurunan pendapatan juga dirasakan oleh Tapestry Inc, perusahaan yang memiliki label fesyen Coach, Kate Spade dan Stuart Weitzman. Mereka mengatakan kehilangan US$250 juta dalam penjualan paruh kedua di tahun ini.
Selain penutupan gerai, acara fesyen di sejumlah negara juga diundur atau dibatalkan. Misalnya Seoul Fashion Week yang tak diselenggarakan tahun ini. Padahal acara yang seharusnya diselenggarakan tanggal 17-21 Maret telah menarik perhatian pecinta mode dunia di tahun sebelumnya.
Baca juga:
Menurut The Korea Week, sekitar 165 calon pembeli yang diundang ke Seoul Fashion Week di musim sebelumnya, yang terdiri dari 135 pembeli Asia dan 30 pembeli dari Amerika Serikat dan Eropa. Selain itu 36 label fesyen yang dijadwalkan memamerkan koleksi baru harus batal.
Berbeda lagi dengan Shanghai Fashion Week. Acara fesyen besar ini tetap digelar. Hanya saja dengan format berbeda yakni streaming. Acara tersebut bekerja sama dengan marketplace Alibaba Group’s (BABA.N) Tmall. Sebelumnya pihak penyelenggara mengumumkan perubahan jadwal dari bulan Februari ke bulan Maret.
"Kami berharap bentuk baru ini akan memungkinkan para desainer untuk mencoba berbagai cara untuk menampilkan desain dan saluran yang berbeda untuk memasarkan dan menjual," ucap Wakil Sekretaris Komite Shanghai Fashion Week Lu Xiaolei, dikutip dari Business of Fashion, Jumat (6/3).
Rumah mode Ralph Lauren tak mau ambil risiko terkait virus corona. Ia memutuskan tak tampil di ajang New York Fashion Week yang diselenggarakan bulan April mendatang. Sebelumnya rumah mode ini juga membatalkan pagelaran busana tunggal untuk memamerkan koleksi Musim Gugur 2020. (Yni)
Baca juga:
Bagikan
Berita Terkait
‘Light and Shape’: ESMOD Jakarta Rayakan Inovasi Mode dari Desainer Muda di Creative Show 2025
UNIQLO Gandeng BABYMONSTER untuk Koleksi UT Terbaru, Tampilkan Desain Edgy dan Playful
Thrifting makin Digandrungi, Industri Tekstil dalam Negeri Ketar-Ketir
Tumbler Viral, Lebih daripada Gaya Hidup Sehat tapi Fashion Statement
Panduan Thrifting Jakarta, Rekomendasi Seru dari Blok M Square hingga Pasar Santa
Menenun Cerita Lintas Budaya: Kolaborasi Artistik Raja Rani dan Linying
JF3 Fashion Festival Bawa Industri Mode Indonesia ke Kancah Global, akan Tampil di Busan Fashion Week 2025
Dari Sneakers Langka hingga Vinyl Kolektibel, Cek 3 Zona Paling Hits di USS 2025
USS 2025 Resmi Dibuka: Lebih Megah, Lebih 'Kalcer', dan Penuh Kolaborasi Epik
Menilik Jenama asal Negeri Sakura UNIQLO Masuk 100 Best Global Brands 2025