Dampak Pemakzulan Yoon Terhadap Pertumbuhan Korsel, Lebih Parah Setelah Trump Kembali ke Gedung Putih?


Presiden Yoon Suk-yeol kena cekal, dilarang meninggalkan Korea Selatan. (foto: youtube/KBS)
MerahPutih.com - Ketidakpastian politik yang melanda Korea telah sedikit mereda menyusul disahkannya mosi pemakzulan terhadap Presiden Yoon Suk Yeol di Majelis Nasional atas kegagalannya memberlakukan darurat militer. Namun, kekhawatiran tentang volatilitas ekonomi tetap ada.
Ada konsensus yang berkembang bahwa perkiraan pertumbuhan negara untuk tahun depan, yang telah diturunkan karena ketidakpastian seputar pengaruh kebijakan mantan Presiden AS Donald Trump setelah kembalinya ia ke Gedung Putih, dapat menurun lebih jauh ke kisaran 1 persen karena dampak krisis pemakzulan, demikian dilaporkan oleh The Korea Times, Senin (16/12).
Pemerintah menjanjikan pengelolaan negara yang stabil setelah usulan pemakzulan terhadap Yoon disahkan pada hari Sabtu, menekankan bahwa dampak ekonomi selama krisis pemakzulan sebelumnya.
Dalam dua krisis pemakzulan sebelumnya, yakni pada mantan presiden Roh Moo-hyun pada tahun 2004 dan Park Geun-hye pada tahun 2016, dampak negatif gejolak politik terhadap ekonomi sebagian besar berkurang karena kebijakan ekonomi terus dijalankan secara independen.
Baca juga:
Dukung Demo Pemakzulan Presiden Yoon Suk-yeol, Donatur Traktir Peserta Aksi Kopi Seharga Rp 61 Juta
Selain itu, faktor eksternal memainkan peran penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi ekspansi cepat Tiongkok pada tahun 2004 dan pasar semikonduktor global yang berkembang pesat pada tahun 2016. Keduanya memberikan dorongan kuat yang membantu mendorong ekspor dan mempertahankan momentum pertumbuhan ekonomi Korea.
Namun kali ini situasinya berbeda di Korea Selatan. Anggota kabinet saat ini, termasuk Perdana Menteri Han Duck-soo dan Menteri Keuangan Choi Sang-mok, menghadapi kritik karena gagal mencegah rencana darurat militer presiden meskipun telah mengetahui rencana tersebut sebelumnya. Hal ini telah menodai kepemimpinan mereka dan melemahkan momentum untuk memajukan kebijakan ekonomi yang penting.
Tantangan lainnya adalah memburuknya kondisi perdagangan, seperti kebijakan tarif tinggi yang diantisipasi di bawah pemerintahan Donald Trump yang akan datang dan melambatnya pertumbuhan Tiongkok.
Hal ini mengarah pada prediksi bahwa gelombang kejutan dari pemakzulan Yoon, dikombinasikan dengan kemerosotan berkepanjangan dalam permintaan domestik dan faktor internal dan eksternal lainnya, mungkin lebih besar dari yang diharapkan.
Baca juga:
Hadapi 2 Tuntutan Pemakzulan, Wapres Filipina Sara Duterte Ngaku Siap
Kendala utama yang saat ini dihadapi pasar keuangan dan valuta asing Korea adalah nilai won yang lemah terhadap dolar AS, yang berada pada kisaran 1.400. Setelah kemenangan Trump dalam pemilihan umum, tren dolar yang kuat diperkirakan akan terus berlanjut, dengan sebagian besar perkiraan memperkirakan bahwa nilai tukar akan tetap berada dalam kisaran ini hingga paruh pertama tahun depan. (ikh)
Bagikan
Berita Terkait
Shutdown Pemerintah AS Ancam Ratusan Ribu Pekerja, Ekonomi Berisiko Terguncang

Paus Leo Berharap Hamas Terima Rencana Perdamaian Presiden AS Donald Trump

Anggaran Tidak Disetujui, Operasional Pemerintah Amerika Serikat Berhenti

Rencana Perdamaian Baru untuk Gaza, Hamas mungkin akan Menolak

‘KPop Demon Hunters’ Mewarnai Lorong Camilan di Korea Selatan, dari Mi Instan hingga Cake Bikin Perusahaan Cuan Besar

Presiden AS Donald Trump dan PM Israel Benjamin Netanyahu Sepakati Rencana Perdamaian Baru untuk Gaza

Trump Tegaskan Tak Akan Izinkan Israel Caplok Tepi Barat, Picu Ketegangan dengan PM Netanyahu

Presiden Amerika Serikat Dongkol karena Eskalator Macet, PBB Sebut Juru Kamera Trump Biang Keroknya

Tuding ‘Sabotase’ di Markas PBB Sampai 3 Kali, Trump: Bukan Kebetulan, Seharusnya Malu

Jimmy Kimmel kembali Mengudara, Sentil Pemimpin yang Takut Komedian
