Cloud Kitchen, Alternatif untuk Industri Layanan Makanan Kala Pandemi


Pandemi COVID-19 berdampak terhadap industri layanan makanan. (Foto: Unspalsh/Michael Browning)
PANDEMI Covid-19 berdampak pada segala industri. Dampak terparah paling dirasakan oleh industri layanan makanan. Pada tahun 2020 industri layanan makanan di Asia mengalami penurunan sebesar 25 hingga 30 persen. Besarnya penurunan tersebut mengakibatkan layanan makanan mengalami penurunan jumlah pendapatan sekitar 952 miliar dolar AS.
Penurunan pada layanan makanan ini juga dirasakan di Indonesia yang mengalami penurunan akibat pandemi Covid-19 sebanyak 35 hingga 45 persen. Namun berdasarkan hasil riset milik Kearney yaitu “Food for thought: evolution of food services post-COVID-19 in Asia” memperlihatkan adanya perkembangan pesat yang terjadi pada pelaku industri layanan makanan di tengah kondisi penurunan pasar. Pelaku industri layanan makanan dapat dengan cepat beradaptasi dengan model bisnis berbasis teknologi yang inovatif.
Baca juga:
Siddharth Pathak selaku mitra Kearney Singapore dan merupakan bagian dari tim Consumer & Retail Practice Leadership untuk Asia pasifik menyatakan walaupun COVID-19 berdampak pada aspek ekonomi, tetapi preferensi konsumen terus berkembang. Oleh karena itu, perusahaan jasa makanan harus melakukan pengaturan ulang yang signifikan untuk membantu bisnis yang mereka jalani.

Dengan diberlakukannya pengaturan ulang, biaya bisnis dapat dialokasikan sebanyak 30 persen pada model operasional baru seperti cloud kitchen. Cloud kitchen atau yang disebut juga sebagai ‘ghost kitchen’ atau ‘virtual kitchen’ ini merupakan fasilitas yang memungkinkan para pelaku industri layanan makanan untuk lebih berfokus memproduksi makanan untuk layanan pengiriman.
Baca juga:
Fasilitas ini menjadikan layanan makanan dapat lebih mengoptimalkan layanan pesan antar daripada layanan makan di tempat. Dengan menerapkan model operasional cloud kitchen, restoran dapat meminimalkan pengeluaran biaya sewa, bahan dapur, dan gaji karyawan yang dapat menghemat sekitar 10 persen dari total pengeluaran.

Penerapan model operasional cloud kitchen semakin populer dan sudah diterapkan oleh sebagian besar restoran cepat saji. Namun, Kearney menjelaskan bisnis layanan makanan dengan skala lebih kecil perlu menutup keseluruhan toko fisik mereka dan beralih sepenuhnya pada model operasional cloud kitchen.
Selain dinilai dapat mengalokasikan pendapatan dari sebuah bisnis layanan makanan kepada sesuatu yang lebih dibutuhkan, penerapan model operasional cloud kitchen juga dapat meminimalisir kontak manusia dalam proses penyajian makanan karena diganti dengan sistem aplikasi digital. (cit)
Baca juga:
Bagikan
Berita Terkait
Super Awet! Huawei Watch GT 6 Series Mampu Bertahan hingga 21 Hari

Huawei Watch GT 6 Series Rilis di Indonesia, Smartwatch Premium dengan Fitur Kelas Atas

Apple Hadapi Investigasi di Prancis, Siri Diduga Rekam Suara Pengguna Tanpa Izin

Menu MBG Pangsit Goreng di SD Depok Viral, BGN Sebut Ada Kandungan Ayam dan Telur

OPPO Find X9 Ultra Bisa Jadi HP Flagship Pertama dengan Kamera Telefoto Periskop Ganda

OPPO A6 Pro Jago dengan Kapasitas Baterai Besar 7000 mAh, Tahan Lama Bahkan Bisa Jadi Power Bank Darurat

Jepang Selamat dari Ancaman Kekurangan Bir, Perusahaan Asahi kembali Berproduksi setelah Serangan Siber

Ukuran Baterai Vivo X300 dan X300 Pro Terungkap, Kapasitasnya Besar!

OPPO Find X9 dan Find X9 Pro Sudah Raih Sertifikasi Global, Siap Meluncur 16 Oktober

S25 Edge Gagal Total, Samsung Bakal Hadirkan Model Plus di Galaxy S26 Series
