Cara Sederhana Hentikan Kebiasaan Gigit Kuku dan Cabut Rambut


Menggigit kuku, mengorek kulit, atau mencabuti rambut sudah lama menjadi masalah yang mengakar bagi sebagian orang. (Foto: Unsplash/Analia Baggiano)
MENGGIGIT kuku, mengorek kulit, atau mencabuti rambut sudah lama menjadi masalah yang mengakar bagi sebagian orang. Namun, tak perlu khawatir, sebab sebuah studi baru menunjukkan bahwa teknik sederhana dapat membantu menghilangkan kebiasaan tersebut.
Perilaku berulang yang berfokus pada tubuh (BFRB), seperti secara kompulsif menarik rambut atau menggigit kuku, rupanya memengaruhi sekitar 5 persen orang di seluruh dunia. Hal ini diungkapkan oleh TLC Foundation for Body-Focused Repetitive Behaviors, sebuah kelompok advokasi untuk orang-orang dengan kondisi tersebut.
Penelitian yang diterbitkan Rabu lalu di JAMA Dermatology menemukan bahwa sebuah pendekatan yang disebut dengan metode habit replacement atau penggantian kebiasaan dapat membantu mengurangi perilaku ini.

Sementara teknik baru yang melibatkan menggosok lembut ujung jari, telapak tangan atau punggung lengan setidaknya dua kali sehari tidak berhasil mengatasi masalah semua orang. Sekitar 53 persen orang dalam penelitian mengatakan mereka merasakan setidaknya beberapa perbaikan pada perilaku mereka.
"Aturannya adalah menyentuh tubuhmu dengan ringan," kata penulis studi utama Steffen Moritz, kepala kelompok kerja neuropsikologi klinis di University Medical Center Hamburg-Eppendorf, di Hamburg, Jerman.
"Jika kamu sedang stres, kamu mungkin melakukan gerakan lebih cepat, tetapi tidak dengan tekanan yang lebih banyak diterapkan sendiri."
Studi ini dianggap sebagai penelitian ‘bukti konsep’ yang masih membutuhkan konfirmasi lebih lanjut. Namun, para ahli mengatakan hasilnya menggembirakan.
Dalam studi yang berlangsung selama enam minggu itu, Moritz dan rekannya mengamati 268 orang yang menderita trikotilomania (suatu kondisi di mana orang mencabut rambut sebagai respons terhadap stres atau menenangkan diri) atau berulang kali menggigit kuku atau bagian dalam pipi mereka.
Para peneliti secara acak menugaskan sukarelawan ke dalam dua kelompok. Satu kelompok diberi panduan dan video yang menunjukkan kepada mereka cara membentuk kebiasaan baru yang tidak terlalu berbahaya, seperti dengan menggosok ujung jari, telapak tangan, atau lengan dengan lembut setiap kali mereka merasakan keinginan untuk menggigit kuku atau terlibat dalam perilaku berbahaya.
Mereka juga diinstruksikan untuk mempraktikkan kebiasaan baru saat mereka tidak merasakan dorongan untuk menarik, mencabut, atau menggigit. Orang-orang dalam kelompok kontrol diberi tahu bahwa mereka dimasukkan ke dalam daftar tunggu untuk pengobatan, dan baru mendapatkan pelatihan penggantian kebiasaan setelah penelitian selesai.
Secara keseluruhan, hampir 80 persen orang dalam kelompok perlakuan mengatakan bahwa mereka puas dengan pelatihan tersebut dan 86 persen mengatakan akan merekomendasikannya kepada teman.
John Piacentini, presiden dewan direktur TLC Foundation for Body-Focused Repetitive Behaviors, mengatakan "Sangat luar biasa bahwa penelitian ini akan meningkatkan kesadaran akan BFRB karena mereka sangat kurang dipahami, seringkali salah didiagnosis atau tidak terjawab sama sekali."
“Ada perawatan yang cukup baik di luar sana yang sebagian besar dokter tidak sadari atau tidak lakukan,” lanjutnya seperti dilaporkan oleh NBC News.
Namun, dia mencatat beberapa keterbatasan penelitian, termasuk bahwa kelompok kontrol tidak menjalani beberapa jenis pengobatan alternatif. Penelitian ini relatif singkat hanya enam minggu, dan tidak jelas apakah intervensi tersebut dipengaruhi oleh kondisi lain seperti kecemasan atau depresi atau membantu mengurangi gangguan .
“Dalam populasi ini, kami benar-benar mencari pengobatan yang benar-benar berdampak atau benar-benar mengurangi keparahan gejala spesifik ini,” tutupnya. (dsh)
Bagikan
Berita Terkait
DPR Kritik BPJS Kesehatan Nonaktifkan 50.000 Warga Pamekasan, Tegaskan Hak Kesehatan tak Boleh Disandera

[HOAKS atau FAKTA]: Terlalu Sering Makan Mi Instan Bisa Bikin Usus Tersumbat
![[HOAKS atau FAKTA]: Terlalu Sering Makan Mi Instan Bisa Bikin Usus Tersumbat](https://img.merahputih.com/media/dd/9e/b5/dd9eb5a1bf5cdc532052d7f541d290b4_182x135.png)
Smart Posyandu Difokuskan untuk Kesehatan Jiwa Ibu setelah Melahirkan

Pemerintah Bakal Hapus Tunggakan BPJS Kesehatan Warga

Waspadai Tanda-Tanda Mata Minus pada Anak

Strategi Sehat Kontrol Kolesterol, Kunci Sederhana Hidup Berkualitas

Peredaran Rokok Ilegal Dinilai Mengganggu, Rugikan Negara hingga Merusak Kesehatan

Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak

Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian

DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
