Cabor Breaking Timbulkan Kontroversi di Olimpiade Paris 2024
Cabang olahraga breaking timbulkan kontroversi di Olimpiade Paris 2024. Foto: Olympics
MerahPutih.com - Publik merasa ‘kecewa’ dengan cabang olahraga (cabor) Breaking di Olimpiade Paris 2024. Kompetisi cabor tersebut digelar di Place de la Concorde pada 9 dan 10 Agustus 2024.
Namun, tidak semua orang senang dengan breakdance di Olimpiade. Hal itu pun menimbulkan kontroversi dan perdebatan saat Olimpiade Paris 2024 diresmikan.
Breaking merupakan cabang olahraga baru di Olimpiade Paris 2024. Kompetisi ini memiliki dua perebutan medali berdasarkan gender, yakni satu untuk 16 pria dan satu untuk 16 wanita.
Atlet breaking juga dikenal sebagai 'B-Boys' dan 'B-Girls', yang akan bersaing satu sama lain dalam pertarungan solo.
Kemudian, atlet dengan jumlah poin dan ronde terbanyak yang dicetak oleh juri dalam pertarungan solo, bakal maju ke ronde berikutnya.
Baca juga:
Atlet Skateboard AS Pamerkan Medali Olimpiade Paris 2024, Kualitasnya Buruk
Alasan Cabor Breaking Tak Disukai Penggemar
Beberapa penggemar Olimpiade bingung, apakah Breaking harus digolongkan sebagai olahraga atau tidak. Pihak lain juga menyoroti skandal penjurian yang pernah melanda event lain, seperti senam dan figure skating di masa lalu. Mereka pun khawatir jika hal itu terulang kembali.
Mengutip Metro UK, salah satu penggemar Olimpiade mengatakan, bahwa mereka merasa kecewa saat menonton acara Breaking. Sebab, B-Boy atau B-Girl yang mereka pikir seharusnya menang, ternyata harus kalah.
Lalu, penggemar Olimpiade lainnya menambahkan di Reddit: "Saya mencoba menontonnya. Tidak menarik dan kriteria penjurian semuanya salah dan sepenuhnya subjektif, saya membaca buku peraturan dan tidak, terima kasih."
Baca juga:
Mengapa Olimpiade Paris 2024 Memperkenalkan Breaking?
Profesor dari Universitas Loughborough sekaligus pakar pertunjukan dan budaya fisik, Claire Warden mengatakan, bahwa ia menggambarkan Breaking sebagai olahraga dan seni pertunjukan.
“Ini sangat atletis tetapi juga performatif karena artistik. Lalu, akan selalu ada event-event di Olimpiade yang mempertunjukkan siapa yang bisa berlari paling cepat, siapa yang bisa berenang paling cepat, dan seterusnya, tapi menurut saya kita tidak boleh membatasi olahraga hanya pada event-event seperti ini saja," katanya.
Menurutnya, sudah ada cabor di Olimpiade yang menjadi titik temu antara olahraga dan seni pertunjukan, seperti breaking. Contohnya, renang dan senam ritmik.
“Olimpiade tidak pernah sama. Berkali-kali, ia telah bergeser dan berubah, mengikuti perkembangan zaman dan merespons budaya untuk menarik penonton baru. Saya hanya melihat penambahan break sebagai kelanjutan dari narasi itu, tambahnya. (sof)
Bagikan
Soffi Amira
Berita Terkait
Klasemen Super League 2025/2026: Persib Tempel Persija Setelah Menang 1-0 atas Dewa United FC
Punya Status Juara Bertahan, Timnas U-22 Malah tak Ditarget Emas di SEA Games 2025
Kirim 996 Atlet ke SEA Games 2025 , Erick Thohir Pede Indonesia Raih 3 Besar di Asia Tenggara
Final Putra DBL 2025 Jakarta, SMA Jubilee Tebar ‘Psywar’, SMA Bukit Sion Bawa Ambisi Pertahankan Gelar Juara
Hari ini Partai Klasik Final Putri DBL Jakarta 2025, SMA Jubilee Berambisi Akhiri ‘Kutukan’ saat Hadapi SMAN 70
Klasemen Super League 2025/2026 Setelah Persija Jakarta Sikat Persik Kediri 3-1
Final DBL 2025 Jakarta Pertemukan Tim Basket SMA Terbaik, Sentuhan Sportstainment Siap Bikin Penonton Terkesan
Hasil Kualifikasi Piala Asia 2027: Timnas Vietnam Jaga Peluang Lolos Sekaligus Susul Indonesia Setelah Kalahkan Laos 2-0, Akan Jalani Laga Penentuan Vs Malaysia
Tok, DPR Sahkan UU KUHAP
Gamification dan Play-to-Earn Bukan Sekadar Fitur di DRX SPORTNET, Bawa Pengguna Merasakan Keseruan di Dunia Virtual