Bukannya Bikin Gemetar Pihak Inggris, Tank Arek Suroboyo Malah Ganggu Bung Karno


Pasukan Angakatan Laut Kerajaan Inggris saat pertempuran di Surabaya. (Foto: Imperial Royal Museum
GEDUNG Gubernuran Surabaya kedatangan tamu penting. Jendral DC Hawthorn bersama Brigjen Mallaby, Kolonel Pugh, berhadap-hadapan dengan tokoh nasional Sukarno didampingi M Hatta, Menteri Penerangan Amir Syarifuddin, dan seluruh tokoh badan perjuangan Surabaya.
Baca juga: Perwira Inggris Kaget Arek-arek Suroboyo Bertempur Tak Takut Mati Seperti Orang Mabuk
Mereka sebelumnya telah bersepakat menghentikan tembak-menembak. “Kali ini perundingan dapat dikatakan bersifat tingkat tinggi,” ujar salah satu pengunjung wakil badan perjuangan Surabaya, Roeslan Abdulgani, pada Seratus Hari di Surabaya Yang Menggemparkan Indonesia.
Abdulgani menyaksikan detik-detik perundingan. Ia melihat air muka masam para pejuang Surabaya. Arek-arek Suroboyo malah tak lagi sungkan memaki pihak Inggris. “Bung Karno dan Bung Hatta sering menengahi,” ungkapnya.

Di tengah ketegangan, Abdulgani keluar ruangan untuk memantau kondisi di luar gedung. Ia melewati penjagaan super. Begitu di depan pintu, Abdulgani tambah kaget lantaran situasi di luar justru tak kalah panas. Meriam-meriam kapal perang Inggris di pelabuhan terus memuntahkan dentuman. Tidak jelas sasarannya.
Arek-arek Surboyo, seturut Abdulgani, tersadar mungkin dentuman itu merupakan bentuk intimdasi terhadap jalannya perundingan di Gubernuran. Mereka pun tak mau kalah.
Pihak TKR kemudian berinisiatif menggunakan tank hasil rampasan untuk mengintimidasi balik. Bukan ke arah pelabuhan, melainkan Gubernuran. Tank berputar-putar di luar gedung Gubernuran. Deru suara tank sangat bergemuruh, apalagi karena sering maju-mundur tak keruan. “Maklum pengemudi-pengemudinya belum berpengalaman!”.

Bukannya mengintimidasi para perwira Inggris, tokoh-tokoh nasional, selaik Bung Karno, Bung Hatta, dan Amir Syarifuddin justru terganggu suara tank. Mereka berkali-kali meminta agar tank-tank tersebut berhenti.
“Saya dan teman-teman di ambang pintu tidak dapat menahan senyum,” ujar Abdulgani. Ia pun diminta meneruskan pesan Bung Karno tersebut kepada para pejuang Surabaya.
Baca juga: Bung Tomo-Sulistina Cinta Bersemi di Pertempuran Surabaya
“Yok opo rek! Sing gemeter dadakan dudu Inggrise. Tapi panggede-panggede dhewe teka Jakarta. (Gimana, yang gemetar dadakan bukan Inggrisnya. Tapi pembesar-pembesar sendiri dari Jakarta)”.
“Jadi, bagaimana... Berhenti atau tidak,” tanya pengemudi.
“Saiki mandhega sediluk wae. Tapi engkuk terusna maneh.... (Sekarang berhenti sebentar. Tapi nanti teruskan lagi),” pinta Abdulgani.

Di dalam gedung, kedua pihak mencapai kata sepakat. Ultimatum dicabut dan pelucutan senjata pejuang Surabaya batal. Tentara Sekutu tidak akan campur tangan masalah keamanan Surabaya. Semua tentara Sekutu ditarik kembali dan ditempatkan di kamp-kamp tawanan Darmo dan Tanjung Perak. Hubungan TKR dan Polisi terus berlangsung melalui petugas penghubung.
Tak lama, pesan penghentian tembak-menembak dikumandangkan Bung Tomo melalui Radio Pemberontakan, karena kantor RRI Surabaya ludes terkabar. (*)
Baca juga: Pamflet Petaka Dari Langit Surabaya Bikin Pejuang Murka
Bagikan
Yudi Anugrah Nugroho
Berita Terkait
10 November dalam Sejarah: Hari Pahlawan Indonesia dan Momen Bersejarah Dunia

BG Beberkan Pesan Prabowo di Hari Pahlawan: Jaga Kekompakan dan Kebersamaan

Gibran Pimpin Upacara Peringatan Hari Pahlawan di TMP Kalibata

Menggali Sejarah Hari Pahlawan: Peran Pertempuran Surabaya dalam Kemerdekaan Indonesia

Ulama Kharismatik Kudus KH Asnawi Masuk Daftar Calon Pahlawan Nasional Baru

Peluncuran Buku Sejarah Unindra, Tiap Individu yang Menginspirasi Adalah Pahlawan

Refleksi Hari Pahlawan, MPI Gelar Aksi Damai Tolak LSM Asing

Jokowi Berikan Gelar Pahlawan Nasional Untuk Enam Tokoh

Rayakan Hari Pahlawan dengan 4 Film Ini

Festival Film Indonesia 2023 Ungkap Nama-Nama Dewan Juri Nominasi
