Lapsus: Gelora Pertempuran Surabaya

Pamflet Petaka Dari Langit Surabaya Bikin Pejuang Murka

Yudi Anugrah NugrohoYudi Anugrah Nugroho - Jumat, 10 November 2017
Pamflet Petaka Dari Langit Surabaya Bikin Pejuang Murka

Arek-arek Surabaya saat bertempur melawan Sekutu.

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

SIANG, sekira pukul 11.00 WIB, 27 Oktober 1945, sebuah pesawat Dakota berputar di atas langit Surabaya. Dari badan pesawat, berhamburan kertas-kertas pamflet. Isinya berupa ancaman.

"..seluruh rakyat Surabaya harus mengembalikan semua senjata hasil rampasan dari tentara Jepang. Mereka yang menyimpan akan langsung ditembak ditempat," bunyi pamflet itu.

Tepat tengah hari, sejam setelah pamflet disebar, Residen Soedirman dan Ketua BKR Jawa Timur, Moestopo, mengontak Mallaby. Merteka menggelar rapat darurat.

Dalam rapat tersebut, Mallaby terkejut dengan isi pamflet. Ia mengaku tak pernah diajak diskusi atau pun berkontak dengan atasannya Mayor Jenderal H.C Hawthorn, Panglima Sekutu di Jawa, Madura, Bali, dan Lombok.

"Sebagai perwira militer British, meski saya sudah menandatangani persetujuan dengan pemimpin Republik di Surabaya, saya harus mematuhi instruksi panglima saya," ujar Mallaby sepertui ditulis Des Alwi dalam buku Pertempuran Surabaya November 1945. Ucapan Mallaby membuat kecewa Moestopo dan Soedirman.

Surabaya pun seperti kota mati. Senyap. Semua cemas menanti.

Hari itu juga, Mallaby berkirim surat kepada istrinya. Dalam suratnya, dia bercerita bahwa Surabaya sudah dalam keadaan kondusif. Namun keadaan itu berubah menjadi kewaspadaan karena sikap dari pemimpinnya.

"Panglima merusak segalanya dengan menyebarkan pamflet berisi ultimatum dari pesawat yang tinggal landas dari Batavia tanpa memberitahukan isinya terlebih dahului kepadaku," tulisnya. Ia pun melanjutkan,"Pamflet ini adalah tamparan amat memalukan bagiku sebagai perwira tinggi".

Selembar pamflet mengubah seluruh keadaan di Surabaya. Mallaby dan Residen Soedirman semula telah mencapai kata sepakat. Begitu ancaman pamflet menyebar, barikade-barikade dipasang di penjuru jalan Surabaya. Moestopo pun langsung mengantur anak buahnya bersiaga penuh.

Sore hari, insiden-insiden kecil mulai bermunculan. Di daerah Kedungdoro, pasukan India memprovokasi dengan memuntahkan peluru kepada pasukan republik. Baku tembak pun terjadi. Insiden serupa juga terjadi di daerah Keputran.

Saat insiden-insiden kecil meletus, utusan Mallaby, kolonel Pugh datang ke markas Tentara Keamanan Rakyat di jalan Embong Sawo. Ia menyampaikan pesan Mallaby agar republiken bersedia menjaga situasi.

Pesan tersebut direspon komandan TKR karesidenan Surabaya, Jonosewoyo, dan residen Soedirman. Mereka menggelar rapat terbatas. hasilnya, mereka memutuskan sejak saat itu TKR akan menjawab ultimatum Inggris secara militer. Artinya, tak ada kata menyerah! (*) Vishal Rand

#Gelora Pertempuran Surabaya #Pertempuran Surabaya #Pertempuran 10 November 1945 #Brigjen Mallaby
Bagikan

Berita Terkait

Lifestyle
10 November dalam Sejarah: Hari Pahlawan Indonesia dan Momen Bersejarah Dunia
Tanggal 10 November memiliki makna yang sangat penting dalam sejarah Indonesia, serta sejumlah peristiwa bersejarah yang terjadi di berbagai belahan dunia.
ImanK - Minggu, 10 November 2024
10 November dalam Sejarah: Hari Pahlawan Indonesia dan Momen Bersejarah Dunia
ShowBiz
Festival Film Indonesia 2023 Ungkap Nama-Nama Dewan Juri Nominasi 
Malam Anugerah FFI 2023 berlangsung pada 14 November 2023 di Ciputra Artpreneur Theater, Jakarta Selatan.
Dwi Astarini - Kamis, 02 November 2023
Festival Film Indonesia 2023 Ungkap Nama-Nama Dewan Juri Nominasi 
Indonesia
Pemain Terbaik Liga Kampung Akan Dikirim Belajar ke Spanyol
PDI Perjuangan (PDIP) menggelar turnamen Sepak Bola Liga Kampung bertajuk Soekarno Cup. Pertandingan sudah memasuki babak final yang akan berlangsung di Stadion Gelora Bung Karno (SUGBK), Senayan, Jakarta, Jumat (3/11).
Mula Akmal - Kamis, 02 November 2023
Pemain Terbaik Liga Kampung Akan Dikirim Belajar ke Spanyol
Bagikan