BNPB: Longsor Terjadi Pagi Saat Warga Kembali Setelah Malamnya Mengungsi
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho. (Foto: MerahPutih/Yohanes Abimanyu)
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) terus mendata jumlah korban akibat longsor di Ponorogo, Jawa Timur.
Banyaknya jumlah korban yang meninggal maupun hilang dikarenakan longsor datang tiba-tiba saat warga kebanyakan sedang berada di dalam rumah.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan tanda-tanda bahaya longsor sudah diketahui sejak 20 hari lalu dan BNPB sudah memberi peringatan kepada warga.
"Berdasarkan peta rawan longsor, Desa Banaran merupakan daerah bahaya tinggi longsor. BNPB telah memperingatkan kepada warga," jelasnya saat jumpa pers di Kantor BNPB, Jakarta, Minggu (2/4).
Dijelaskan Sutopo, sejak diketahui ada tanda-tanda rawan longsor sebenarnya masyarakat sudah mengungsi pada malam harinya. Keesokan paginya warga kembali melakukan aktivitas biasa, seperti memasak atau bekerja di kebun. Justru saat itulah longsor terjadi tanpa tanda-tanda peringatan. Warga yang sedang bekerja di kebun pun ikut tertimbun meski sudah berusaha menyelamatkan diri.
Sutopo menjelaskan kronologi kejadian ditandai oleh bunyi gemuruh pada pukul 07.30 WIB. Sebagian masyarakat berusaha menyelamatkan diri ke tempat yang lebih aman. Kemudian pada pukul 08.00 WIB lereng perbukitan longsor menerjang dua RT Desa Banaran yakni RT 02 dan RT 03 terdiri dari 23 rumah penduduk, yang dihuni 35KK atau 128 jiwa dan warga yang sedang berada di ladang sejumlah 50 jiwa.
Longsor menimbun rumah dan masyarakat di bagian lereng perbukitan ini, dipicu oleh hujan dengan intensitas tinggi tiga hari terakhir.
Berdasarkan data yang diperoleh, dari Pusdalops BNPB sebanyak 19 orang meninggal, 17 luka-luka, 100 selamat dan 26 masih hilang. Dua orang atas nama Katemi (70) dan cucunya Iwan (30) ditemukan sudah tak bernyawa di rumahnya. Korban luka-luka saat ini mendapat perawatan di Puskesmas Pulung.
"Berdasarkan data lapangan, saat ini diperkirakan masih terdapat 26 orang lebih yang tertimbun longsor, sementara 12 orang lainnya sudah ditemukan oleh Tim SAR gabungan Koramil, Polsek Pulung, Tagana, BNPD Ponorogo, Dinas Kesehatan, dan relawan serta masyarakat setempat," kata Sutopo.
Saat ini Tim Reaksi Cepat BNPB telah berada di lapangan, dipimpin langsung oleh Kepala BNPB bersama Kementerian Sosial dan BPBD Provinsi Jawa Timur untuk penanganan darurat oleh TNI, Polri, dan Relawan untuk melakukan proses pencarian dan evakuasi serta pendataan.
"Saat ini Posko Tanggap Darurat sudah diaktivasi di Desa Banaran dengan Kalak BPBD Kab. Ponorogo sebagai PIC. Proses Evakuasi masih terus dilakukan. Kantong Jenazah dan dapur umum telah dipersiapkan,"
Jalur evakuasi sudah disiapkan untuk kemudahan akses alat berat untuk memindahkan material longsor.
"Alat berat sangat diperlukan untuk mengevakuasi korban yang tertimbun longsor. Akses menuju lokasi cukup sulit dilalui karena jalan kecil," pungkasnya. (Abi)
Bagikan
Berita Terkait
Update Bencana Alam Sumatra: 1.059 Orang Meninggal, 192 Masih Dalam Pencarian
Korban Tewas Banjir Pulau Sumatera Tembus 1.006 Orang, Hampir Setengahnya di Aceh
Korban Meninggal Banjir Bandang dan Longsor di Sumatra Tembus 969 Orang, Infrastruktur Rusak Parah
BNPB Bantah Ada Penimbunan Bantuan, Publik Dipersilakan Bisa Cek ke Lapangan
Seskab Teddy Tegaskan Presiden Perintahkan Percepatan Penganan Bencana Sumatra
Update Terkini Korban Bencana Aceh-Sumatera: 961 Tewas, 5 Ribu Orang Terluka
BNPB Tegaskan Bantuan Rumah Rp 60 Juta Tak Berbentuk Uang Tunai
Bukan Cuma Kemenhut, Bencana Sumatra Dinilai Jadi 'Kesalahan Besar' Kementerian Lain
Kondisi Pengungsi Memburuk, DPR Minta Kemenkes Kirim Tenaga Kesehatan Tambahan ke Sumatra
Presiden Prabowo Instruksikan Dukungan Penuh Penanganan Bencana, Termasuk Tambahan Anggaran