Berikut Alasan Kelompok Santoso Lakukan Perlawanan


Sejumlah anggota Gegana Brimob Polda Sulteng melakukan olah TKP kontak senjata antara kelompok teroris Santoso dan aparat kemanan di Pegunungan Salum Pangi, Pairgi, (Antara Foto)
MerahPutih Nasional- Pengamat teroris asal Indonesian Crime Analyst Forum (ICAF), Mustafa B Nahrawardaya menegaskan, bahwa kelompok terduga teroris Santoso adalah kelompok terduga teroris yang sudah jinak.
Dikatakan sudah jinak lantaran aparat keamanan, khususnya Tentara Nasional Indonesia (TNI) sudah mengetahui dan mengawasi pergerakan kelompok terduga teroris komplotan Santoso. Namun demikian ranah penanganan teroris menjadi tugas dan kewajiban Polri untuk menyelesaikan hal tersebut. (Baca: Mustofa: Kelompok Santoso Hanya Miliki 15 Orang Pengikut)
"Pada awalnya kelompok Santoso sudah mau menyerahkan diri," kata Mustofa kepada merahputih.com, Sabtu (4/4).
Mustofa yang juga salah satu pengurus Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah menambahkan, keinginan kelompok Santoso yang berniat menyerahkan diri harus kandas lantaran isu yang dihembuskan oleh Densus 88 dan Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) bahwa kelompok Santoso adalah kelompok terduga teroris berbahaya.
Padahal, lanjut Mustofa, propaganda yang disampaikan oleh aparat Kepolisian bersama dengan BNPT tidaklah tepat. Sebab, kelompok terduga teroris Santoso hanya memiiliki 15 orang pengikut saja.
"Itulah sebabnya mereka melakukan perlawanan," sambung Mustofa. (Baca: Baku Tembak di Palu, Seorang Terduga Teroris Tewas)
Perlawanan yang mereka lakukan semakin intensif ketika aparat Kepolisian mencanangkan Operasi Camar Maleo selama tiga bulan berturut-turut, terhitung sejak Januari hingga Maret 2015.
Bukan hanya itu, pasca operasi Camar Maleo di kawasan Poso yang berakhir pada tanggal 26 Maret 2015, ribuan personel TNI yang tergabung dalam Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) juga menggelar latihan gabungan. Markas Besar TNI sendiri memilih Poso sebagai medan operasi latihan tempur karena menganggap daerah tersebut sebagai kawasan nyaman bersembunyinya gembong teroris.
"Akibat propaganda inilah mereka semakin sengit melakukan perlawanan," tandas Mustofa. (Baca: Baku Tembak di Palu, Polisi Sita 2 Pucuk Senjata M16)
Seperti diberitakan merahputih.com sebelumnya, baku tembak antara polisi (Densus 88 dan Brimob) dengan kelompok terduga teroris terjadi di kawasan Pegunungan Sakina Jaya, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, Jumat (3/4).
Dalam baku tembak tersebut seorang terduga teroris tewas. Belakangan diketahui terduga teroris tersebut bernama Daeng Koro. Hingga kini sebanyak 700 personel Brimob, Kelapa Dua, masih siaga di Palu, Sulawesi Tengah. Keberadaan ratusan personel Brimob bertujuan untuk meringkus komplotan terduga teroris. (bhd)
Bagikan
Berita Terkait
BNPB Lakukan Asesmen Menyeluruh Seluruh Rumah Ibadah Terdampak Gempa Poso, Warga Diminta Berhati-Hati

Korban Gempa Poso Dijanjikan Bantuan Rumah Rusak Rp 15-30 Juta, Plus Bansos Tunai Rp 600 Ribu 3 Bulan

Takut Gempa Susulan, RUSD Poso Rawat Pasien dalam Tenda Darurat di Halaman

Korban Gempa Poso Butuh Bantuan Mendesak, Pemerintah Pusat Janji segera Turun Tangan

Korban Akibat Gempa Poso Capai 32 Orang, BNPB Sebut Sejumlah Bangunan Rusak Parah

ASN Kemenag Jadi Tersangka NII, Wamenag Minta Densus 88 Tidak Gegabah Beri Label Teroris

ASN Kemenag dan Dinas Pariwisata Aceh Ditangkap Densus 88 Antiteror Polri

Gempa Poso M 6,0 Picu Gangguan Listrik, Sejumlah Rumah Rusak Hingga Roboh

Terungkap, Penghubung Teroris dengan Penyedia Dana dan Logistik Selama Ini Bersembunyi di Bogor

Email Misterius Ancam Ledakkan Pesawat Haji, Densus 88 Koordinasi dengan Otoritas Arab Saudi
